"Mengapa masih banyak anak usia dini yang kesulitan mengenal angka 1–10 dan mengurutkannya secara benar?" Pertanyaan ini muncul saat saya melakukan observasi RA Al Iman Semarang, di mana sebagian anak tampak ragu bahkan bingung ketika diminta menyebutkan atau menata urutan angka dengan tepat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kognitif anak, khususnya dalam aspek mengenal konsep bilangan, masih memerlukan stimulasi yang menarik dan bermakna. Pembelajaran yang terlalu monoton dan minim media pendukung sering kali membuat anak cepat bosan, sehingga proses pengenalan angka menjadi kurang optimal.
Sebagai upaya menjawab tantangan tersebut, saya menghadirkan “Kincir Angka”, sebuah media edukatif yang dirancang khusus untuk menstimulasi kemampuan kognitif anak usia dini. Melalui desain yang berwarna, bentuk yang menarik, serta cara penggunaan yang mudah, Kincir Angka mengajak anak belajar mengenal angka melalui pengalaman bermain yang menyenangkan. Anak dapat memutar kincir, mengenali angka yang muncul, dan mencocokkannya sesuai urutan yang benar, sehingga proses belajar berlangsung aktif, interaktif, dan bermakna.
Dari Observasi Menjadi Inovasi
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan, saya menemukan bahwa beberapa anak masih kesulitan mengenal konsep urutan dan hubungan antarangka 1–10. Ketika guru meminta mereka menyusun kartu angka secara berurutan, banyak anak yang menempatkan angka secara acak atau terbalik. Misalnya, angka 3 sering diletakkan setelah 5 . Anak memang mengenal bentuk angka, tetapi belum memahami keterkaitannya dalam urutan yang benar.
Situasi ini menunjukkan bahwa anak membutuhkan media pembelajaran yang mampu membantu mereka memahami konsep urutan secara konkret, bukan sekadar menghafal. Dari pengamatan tersebut, saya terinspirasi untuk menciptakan “Kincir Angka" media edukatif berbentuk kincir berwarna yang dapat diputar. Melalui kegiatan memutar kincir dan menebak angka yang muncul beserta angka sebelum dan sesudahnya, anak belajar mengenali pola dan urutan angka dengan cara yang aktif, menyenangkan, dan mudah dipahami.
Cara Bermain dan Belajar
Kegiatan dimulai dengan saya memperkenalkan Kincir Angka di depan kelas. Anak-anak diajak duduk melingkar, lalu secara bergiliran memutar kincir. Saat kincir berhenti, saya bertanya, “Angka berapa yang muncul?” Anak-anak dengan antusias menyebutkan angka yang ditunjuk, kemudian bersama-sama menebak angka sebelum dan sesudahnya.
Suasana kelas pun berubah menjadi sangat hidup. Anak-anak tampak bersemangat, tertawa, dan berlomba-lomba ingin memutar kincir lebih dulu. Dalam kegiatan ini, anak tidak hanya belajar berhitung, tetapi juga berlatih kesabaran, konsentrasi, serta kemampuan berkomunikasi dengan teman sebaya. Guru yang mendampingi pun mengaku bahwa kegiatan ini membantu menciptakan suasana belajar yang tidak monoton dan lebih berwarna.
Belajar dari Pengalaman
Sebagai mahasiswa calon pendidik PAUD, pengalaman menciptakan dan mengimplementasikan Kincir Angka memberi banyak pelajaran berharga. Saya belajar bahwa media pembelajaran yang efektif tidak harus mahal atau rumit, tetapi harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Observasi di lapangan membantu saya memahami bahwa anak belajar paling baik ketika mereka terlibat secara langsung, aktif, dan bahagia. Melihat bagaimana anak-anak tersenyum sambil belajar angka membuat saya semakin yakin: kreativitas sederhana yang lahir dari kepedulian terhadap proses belajar anak dapat memberikan dampak besar bagi perkembangan mereka.
Kreativitas Sederhana, Dampak Bermakna