Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Fenomena Menulis di Masa Pandemi

29 April 2021   08:26 Diperbarui: 29 April 2021   08:30 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Karya Bersama. dokpri

Jika Anda ingin diingat orang setelah Anda tiada, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan. (Benjamin Franklin)

Menulis adalah hobi yang biasa dilakukan banyak orang. Tidak sedikit orang yang hobi menulis buku harian, menulis cerpen, puisi atau jenis tulisan lain. Namun tidak semua orang yang berani memublikasikan karya-karyanya. Berbeda dengan masa pandemi Covid 19 ini. Keberanian dan kepercayaan diri muncul di kala ada wadah yang dapat membantu kita memublikasikan karya tulis kita.

Ada kisah yang saya alami berkaitan dengan hobi tulis menulis ini. Suatu hari saya mendapat undangan dari seorang kawan untuk mengikuti kegiatan menulis bersama sebuah komunitas. Sebagai orang yang belum memiliki keberanian untuk menulis sendiri , ajakan tersebut saya terima. Dan hasilnya memang luar biasa. 

Semangat saya bertumbuh untuk melakukan hobi tersebut. Saya memang hobi menulis namun tulisan tersebut masih sebatas koleksi pribadi dan belum memiliki kepercayaan diri untuk dipublikasikan. 

Apalagi saya seorang guru bahasa Indonesia yang kerap harus memberikan contoh kepada siswa dari tulisan-tulisan yang saya buat. Kegiatan menulis bersama itu merupakan batu loncatan yang saya pakai untuk menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri.

Ternyata fenomena menulis bagi guru sekarang ini lebih marak dibandingkan hari-hari biasa. Khususnya di masa Pandemi Covid 19, projek menulis bersama ini semakin banyak. 

Hal itu dapat dibuktikan dengan tawaran menulis buku bersama ini lebih sering saya terima. Beberapa komunitas dadakan yang beranggotakan berbagai profesi menawarkan projek menulis dengan berbagai tema.

Komunitas-komunitas tersebut dibentuk dan bekerja sama dengan para penerbit indie. Jadi tidak heran jika mereka banyak yang tidak terdampak pandemik Covid 19.

Dan yang menakjubkan para penulis dadakan itu tidak hanya memiliki latar belakang guru bahasa saja. Ada fakta yang mendukung hal tersebut. Seorang kawan saya mengikuti kelas menulis pada saat awal pandemic Covid 19 dan berujung menerbitkan buku bersama. 

Awalnya saya melihat dia tidak memiliki kegemaran menulis selain menulis bahan ajarnya. Dia berlatar belakang pendidikan IPA. Setelah dia menerbitkan buku, semangat menulisnya tumbuh sedemikian pesat. Setiap hari dia mengirimkan artikel di Kompasiana.com. Dan kini dia menjadi salah satu kompasianer yang rajin mengirimkan artikel- artikelnya.

Pada awal April lalu saya bergabung dengan satu komunitas yang akan menerbitkan buku tentang inspirasi wanita. Kami mengusung tema tersebut karena berkaitan dengan peringatan hari Kartini.Anggota komunitas tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. 

Mereka memiliki profesi yang beragam, antara lain: guru, ibu rumah tangga, dan pengusaha. Hal itu menunjukkan bahwa kegiatan menulis ini semakin meningkat saat masa Pandemi Covid 19 ini.

Faktor --faktor penyebab maraknya kegiatan menulis buku di masa pandemi  Covid 19 , yaitu :

  1. Banyaknya waktu yang tersedia bila dibandingkan saat-saat sebelum pandemi Covid 19. Mereka yang memiliki minat menulis dapat menyalurkannya dengan lebih mudah karena ketersediaan waktu yang cukup,
  2. Adanya kemudahan dalam berkarya dan menuangkan ide-ide tulisan yang diinginkan penulis.
  3. Adanya kemudahan dalam menerbitkan buku. Sekarang ini banyak penerbit indie yang memberikan kemudahan bagi para penulis pemula untuk menerbitkan karya tulisnya. Dalam jumlah tertentu, karya Penulis pemula dapat dicetak dan diterbitkan dengan anggaran yang tidak terlalu besar. Berbeda dengan penerbit mayor yang membutuhkan prosedur yang selektif dan harus dalam jumlah ribuan eksemplar.
  4. Berkembangnya media sosial. Media sosial adalah salah satu sarana bagi berkumpulnya seseorang di dunia maya. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membentuk komunitas  termasuk komunitas menulis. Bagai jamur di musim hujan, begitu kata pepatah yang dapat menggambarkan tentang maraknya kegiatan menulis sekarang ini. Media social pula tempat yang tepat untuk menginformasikan dan menawarkan buku-buku yang sudah dicetak.

Manfaat dari maraknya kegiatan menulis ini tentu saja banyak, antara lain:

  1. Menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri bagi para penulis pemula.
  2. Meningkatkan taraf kecerdasan masyarakat Indonesia. Menulis adalah satu kegiatan yang membutuhkan pemikiran yang serius. Ide-ide yang disampaikan itu harus dipahami. Oleh karena itu seorang penulis membutuhkan kemampuan dalam menyampaikan gagasan-gagasannya.   
  3. Berkembangnya dunia literasi baca tulis di Indonesia. Semakin banyak buku yang dicetak dan beredar di masyarakat, menunjukkan bahwa minat literasi baca tulis ini semakin tumbuh dan berkembang.

Saat kita akan menulis lakukanlah tanpa perlu takut salah . Karena  kuncinya   yaitu keberanian dan kepercayaan diri agar karya- karya tulis  yang dibuat dapat selesai. Jangan pernah takut salah. Dan jangan pernah takut untuk memublikasikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun