Mohon tunggu...
Nimas Ayu
Nimas Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi UNS

mahasiswa sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Glokalisasi: Budaya Asing Bercita Rasa Lokal dan Dampaknya

23 Mei 2022   21:05 Diperbarui: 23 Mei 2022   21:06 7585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Glokalisasi menurut Eko Budiharjo (2012) dijelaskan sebagai "globalization with local flavour". Glokalisasi merupakan efek dari globalisasi dimana sebagai bentuk gerakan lokalisasi terhadap budaya asing yang masuk melalui penyesuaian dengan budaya lokal. 

Glokalisasi sendiri menurut sejarahnya merupakan suatu bentuk gerakan anti globalisasi yang merajalela sekitar abad ke-19, dimana pada saat itu proses globalisasi berkaitan dengan praktik kapitalisme (Neny, 2015: 106). 

Akibat dari adanya kapitalisme tersebut banyak terjadi kesenjangan sosial antar masyarakat dan timbul ketidakadilan. Sehingga adanya gerakan glokalisasi diharapkan dapat merubah cara berpikir masyarakat dari globalisasi yang dianggap menyengsarakan menjadi pembuka peluang baru bagi eksistensi budaya lokal. 

Masyarakat Indonesia yang majemuk relatif merasa kesulitan ketika dihadapkan dengan budaya baru dan membutuhkan waktu untuk adaptasi. Maka dari itu glokalisasi digunakan masyarakat untuk lebih terbuka menyesuaikan diri dengan budaya asing namun disisi lain tetap bisa menjaga eksistensi budaya lokalnya. 

Bentuk implementasi dari glokalisasi ini dapat kita lihat pada restoran makanan cepat saji dari perusahaan asing yang tersebar luas di Indonesia, yaitu McDonalds dan KFC. Kedua restoran tersebut termasuk salah satu produk globalisasi dimana keberadaanya sudah mendunia dan siapa saja pasti pernah mendengar merk tersebut. 

Dalam realitanya restoran McDonalds dan KFC sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat dan mampu menarik banyak pelanggan terutama dari kalangan anak muda. 

Fenomena tersebut bisa terjadi dikarenakan kedua restoran mampu memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai selera lokal sebagai orang Indonesia. 

Contohnya pada menu makanan mereka yang mengusung konsep cita rasa lokal khas Indonesia namun tetap dibungkus dengan nuansa modern khas budaya barat. Makanan tersebut seperti adanya menu burger dengan rasa rendang, burger balado, kentang goreng rasa gulai, dan sebagainya. 

Sekilas tidak pernah terpikirkan ada makanan barat yang bercita rasa lokal yang pada dasarnya merupakan dua jenis makanan yang berbeda. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi restoran McDonalds atau KFC yang pandai untuk menciptakan inovasi baru berdasarkan selera masyarakat sebagai target pasar mereka. 

Dalam hal ini McDonalds dan KFC telah menerapkan proses glokalisasi sebagai cara atau strategi pemasaran mereka. Secara umum memang proses glokalisasi ini lebih berpengaruh pada sektor perekonomian karena berkaitan dengan strategi pemasaran. 

Walaupun masih terbawa oleh pengaruh produk global namun glokalisasi memberi peluang mengembangkan potensi budaya lokal untuk lebih menonjol dan tetap terjaga kelestariannya melalui cara baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun