Mohon tunggu...
Nimas Ayu Rizky Hananni
Nimas Ayu Rizky Hananni Mohon Tunggu... saya mahasiswa dari Universitas Airlangga

topik atau konten favorit saya dalam berita yaitu tentang kesehatan ataupun hal seperti update suatu penyakit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemeriksaan Radiografi Thorax Indikasi Fraktur pada Tulang Rusuk Akibat Benturan

14 Juni 2025   11:07 Diperbarui: 14 Juni 2025   11:07 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan Thorax dengan Posisi Ap Menggunakan alat X-Ray

Fraktur atau patah tulang adalah istilah yang mengacu pada hilangnya sebagian atau seluruh struktural korteks tulang, dengan derajat cedera pada jaringan lunak di sekitarnya, yang umumnya disebabkan oleh trauma atau kekuatan fisik. Fraktur costa (patah tulang iga/rusuk) adalah cedera pada dada karena trauma tumpul, tajam atau kondisi patologis yang menyebabkan patah tulang rusuk dan menunjukkan keparahan yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab utama pada fraktur costa. Penyebab utama dari fraktur costa yaitu trauma tumpul pada daerah thorax, seperti kecelakaan lalu lintas, benturan saat aktivitas fisik seperti olahraga, dan terjatuh dari ketinggian yang melebihi batas ketahanan dari suatu tulang. Selain itu, seseorang dengan aktivitas berulang, seperti batuk kronis dan mengangkat beban yang dapat membebani otot-otot dan struktur thorax juga menjadi penyebab fraktur costa. Secara internal, seseorang lanjut usia dengan osteoporosis yakni kondisi berkurangnya kepadatan suatu tulang sehingga mudah retak atau patah.

Fraktur costa merupakan cedera yang sering terjadi akibat trauma thorax, dengan insidensi sekitar 12% dari seluruh kasus fraktur, dan sekitar 10% pada pasien trauma tumpul. Fraktur costa sering ditemukan pada lansia karena kepadatan tulang yang menurun. Fraktur costa juga berkaitan erat dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Angka kematian dapat mencapai 51%, terutama pada kasus berat dengan komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah pneumotoraks diikuti hemothoraks, kontusio paru dan flail chest, yang dapat terjadi pada hingga 70% pasien. Hal ini disebabkan oleh nyeri hebat yang membatasi gerakan dinding dada dan ventilasi paru, sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran napas. Nyeri adalah masalah yang paling umum dan biasanya terlokalisir di satu area, serta akan meningkat saat bernapas. Ketika menarik napas, rongga dada akan melebar dan kondisi ini akan menggeser bagian tulang rusuk yang patah, sehingga menyebabkan gesekan antara ujung bagian tersebut dengan jaringan lunak di sekitarnya yang akan memicu rasa sakit.

Pemeriksaan radiografi thorax merupakan metode diagnostik pencitraan yang umum digunakan untuk mendeteksi dan mengevaluasi cedera maupun kelainan pada area dada. Pemeriksaan ini memiliki berbagai proyeksi atau arah penyinaran, yang memungkinkan radiografer untuk menyesuaikan teknik pencitraan sesuai dengan indikasi klinis pasien. Penyesuaian arah sinar berseduaian dengan posisi pasien yang bertujuan untuk memperoleh citra toraks dari sudut pandang tertentu guna meningkatkan akurasi diagnostik. Pembahasan ini berfokus pada teknik pemeriksaan radiografi toraks Antero Posterior (AP) dan Left Posterior Oblique (LPO).

Pemeriksaan radiografi thorax Antero Posterior (AP) merupakan proyeksi dengan arah berkas sinar-X masuk melalui bagian depan dada pasien dan keluar melalui bagian belakang. Proyeksi ini dapat dilakukan berdiri sehingga pasien membelakangi bucky stand. Namun, proyeksi AP sering dilakukan pada pasien non-kooperatif dengan posisi supine. Untuk mendapatkan hasil citra yang optimal dengan proyeksi AP, maka seorang radiografer dapat memposisikan dan mengarahkan pasien untuk tidur terlentang dengan tangan sedikit abduksi. Menggunakan IR ukuran 35x43 cm dengan penempatan tabung sinar-X tegak lurus terhadap bidang objek. Center point diarahkan sekitar 5 cm di bawah jugular notch dan kolimasi sinar harus disesuaikan agar mencakup seluruh area thorax, sebagian abdomen atas, serta sebagian humerus untuk memperoleh gambaran yang komprehensif. Faktor eksposi yang diberikan mencakup kVp 60-70, mAs 8-16, dan mA 250 yang disesuaikan dengan kondisi tubuh pasien. Radiografer juga harus memastikan bahwa tidak ada artefak, seperti benda logam, yang dapat mengganggu sinar-X menembus objek. Pemeriksaan ini dilakukan pada fase inspirasi penuh, dengan instruksi kepada pasien untuk menahan napas guna meminimalkan pergerakan dan memperoleh visualisasi struktur intrathorakal secara optimal.

Pemeriksaan dengan proyeksi AP fraktur costae sering kali sulit dikenali pada pemeriksaan radiografi thorax proyeksi AP standar, khususnya pada segmen lateral dan posterior, akibat superimposisi antar struktur tulang serta keterbatasan posisi pasien yang umumnya terlentang. Maka dari itu, proyeksi ini lebih cocok digunakan untuk melihat fraktur costae secara jelas pada costae bagian depan.

Pada studi kasus yang terjadi yaitu yang mengalami trauma pada thorax akibat dari kecelakaan berupa benturan dari benda tumpul dengan dugaan fraktur pada struktur kosta,selain menggunakan pemeriksaan dengan posisi AP (Anteroposterior) salah satu variasi posisi lain yang digunakan dalam pemeriksaan thorax adalah posisi LPO (Left Posterior Oblique). Dilakukannya pemeriksaan dengan posisi LPO bertujuan untuk pemeriksaan pasien yang mengalami benturan pada dada atau penyakit tertentu pada dada untuk mengetahui kondisi paru-paru, jantung, dan struktur mediastinum apakah terjadi suatu fraktur ataupun kelainan pada bagian kanan atau kiri, tanpa adanya tumpang tindih sehingga dapat mengetahui bagian anatomi thorax dengan jelas. Posisi ini juga memberikan sudut pandang yang lebih baik terhadap lesi, massa, atau klasifikasi yang mungkin tidak terlihat dalam pemeriksaan thorax dengan posisi PA (posteroanterior) karena dalam kasus yang terjadi, pasien mengalami sedikit sesak nafas dan nyeri hebat pada dada sehingga dalam evaluasi pemeriksaan, posisi ini dilakukan untuk mencari fraktur yang tidak tampak pada proyeksi konvensional. Selain itu, pada pemeriksaan mediastinum posterior, penilaian mobilitas diafragma, dan deteksi pneumotoraks kecil atau efusi pleura lokal pada sisi tertentu juga dapat dilakukan dengan lebih akurat menggunakan posisi ini.

Pada saat dilakukannya pemeriksaan dengan posisi LPO, posisi pasien erect dengan bagian tubuh posterior kiri menghadap detektor, sambil memutar tubuh 45 derajat ke arah kanan. Detektor ditempatkan di belakang sisi kiri posterior pasien, dengan sinar pusat yang diarahkan ke tengah sternum pada level T7. Untuk mendapatkan ekspansi maksimal paru-paru, pernapasan dilakukan saat inspirasi penuh, dan jarak antara sumber sinar dan detektor biasanya sekitar 180 cm untuk mengurangi distorsi bayangan pada jantung.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa fraktur yang terjadi di area thorax sangat berbahaya karena pada rongga thorax terdapat dua sistem yang sangat penting bagi tubuh, yaitu sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada kasus ini adalah thorax AP dan LPO. Proyeksi Thorax AP dilakukan ketika pasien dalam keadaan non-kooperatif dengan posisi supine. Namun hasil pemeriksaan ini kurang jelas untuk mendiagnosa kelainan pada thorax sehingga diperlukannya satu proyeksi yaitu LPO. LPO bertujuan untuk mengetahui kondisi paru-paru, jantung, dan struktur mediastinum apakah terjadi suatu fraktur ataupun kelainan pada bagian kanan atau kiri, tanpa adanya tumpang tindih sehingga dapat mengetahui bagian anatomi thorax dengan jelas. Posisi ini juga memberikan sudut pandang yang lebih baik terhadap lesi, massa, atau klasifikasi yang mungkin tidak terlihat dalam pemeriksaan thorax dengan posisi PA (posteroanterior). Sehingga pada kasus ini terdapat dua proyeksi pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi kelainan thorax yang terjadi pada pasien.

REFERENSI

Amroji, Ali & Faradina, Raditya & Adriana, Agnes. (2019). Perbandingan Rata-Rata Densitas Pada Hasil Foto Thorax Proyeksi Antero Posterior (AP) Supine dan Duduk Tegak. JRI (Jurnal Radiografer Indonesia). 2. 1-8. 10.55451/jri.v2i1.23.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun