Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Peran Anda? Penindas, Tertindas atau Penonton?

15 November 2017   22:43 Diperbarui: 16 November 2017   08:40 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.senayanpost.com

Dua kasus pembunuhan menyedot perhatian publik beberapa hari terakhir. Pertama, penembakan yang merenggut nyawa dokter Lety Sultri, dilakukan oleh suaminya. Berikutnya, bocah berumur lima tahun tewas di tangan ibu sendiri, gara-gara si anak sering mengompol.

Usia dan status korban berbeda, hubungan pelaku - korban tidak sama, motif pembunuhan pun berbeda. Namun ada satu hal yang membuat keduanya seragam. Yaitu : semua berawal dari rentetan KDRT - Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Kematian adalah dampak terpahit berlangsung nya KDRT dalam dua kasus itu. Artinya, ada sejumlah KDRT sebelum akhirnya sampai pada titik fatal tersebut. Dalam sebuah tayangan televisi, adik dokter Lety menyatakan, kakaknya pernah hendak dibakar oleh si suami. Bahkan dokter Lety pernah melaporkan tindak kekerasan suami nya kepada polisi. Namun kemudian laporan itu dicabut.

Sementara, pada kasus bocah dibunuh karena mengompol, temuan awal kepolisian mengungkapkan tersangka NW, 26 tahun, menganiaya anaknya setidaknya sejak dua bulan belakangan, di kamar kos.  Saat dibawa ke rumah sakit, bocah laki laki itu terluka di sekujur tubuhnya, seperti luka memar di bagian kaki dan tangan kiri dan kanan, serta bekas ikatan tali di bagian tangan dan kaki.

Rantai Kekerasan

Dalam rantai kekerasan, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat. Barbara Coloroso, dalam Buku The Bully, Bullied and Bystander menulis :

"Tragedi penindasan kerap melibatkan tiga pemeran, penindas, tertindas dan penonton.

Ketiganya tak hanya sering kita temui, tetapi juga sering kita jalani.

Namun sadarkah Anda bahwa ketiga karakter itu sejatinya juga dimainkan dan dipelajari oleh anak-anak kita  dalam keseharian mereka di rumah, di sekolah  atau  di tempat  bermain?"

Buku ini lebih fokus menyoroti kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan bagaimana pengaruhnya pada perkembangan jiwa ketika si anak tumbuh dewasa. Entah dia berangkat dari masa kecil sebagai penindas, korban (tertindas), maupun sebagai penonton.

Manusia dewasa yang sering bertindak brutal dan menjadi penindas, bukan tidak mungkin dulunya adalah korban penindasan. Dalam bentuk verbal, fisik maupun relasional. Baik yang terjadi di rumah - oleh orang tua atau yang lebih tua- maupun yang terjadi di lingkungan sekolah dan tempat bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun