Hari Jumat 17 Oktober 2025 sore yang hangat itu, Amuya Gallery di Kemayoran, Jakarta  terasa hidup oleh warna dan cerita. Di balik dinding-dinding putihnya, tersaji 43 karya lukisan dari seniman Kembang Sepatu , sosok yang namanya sudah lekat di dunia seni rupa Indonesia, terutama lewat kiprahnya sebagai Ketua Umum Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN).
Pameran tunggal bertajuk "Tapak Merdeka" ini dikuratori oleh A. Dimas Aji Saka, dan menjadi semacam perjalanan visual yang menandai jejak langkah Kembang Sepatu di dunia seni lukis. Judulnya mengandung makna mendalam, Â tentang kebebasan seorang seniman untuk terus berkarya tanpa belenggu aturan kaku, tanpa batasan gaya, dan tanpa rasa takut untuk menjadi dirinya sendiri.
Kembang Sepatu, dari karya-karyanya dikenal sebagai seniman yang membumi, dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ia menangkap hal-hal sederhana di sekitar kita dan mengubahnya menjadi simbol-simbol visual yang penuh makna.
Salah satu tema yang paling ikonik dalam karya-karyanya adalah sandal jepit. Â benda sederhana yang baginya sarat dengan kisah dan filosofi kehidupan.
Dalam lukisan "Janji Suci", misalnya, sepasang sandal jepit digambarkan berdampingan dengan tenang. Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan makna mendalam tentang perjalanan dua insan yang berkomitmen untuk berjalan bersama hingga waktu memisahkan. Haru dan kehangatan seolah meresap keluar dari kanvas.
Ada pula karya "Bersimpang Jalan", yang menampilkan sepasang sandal jepit melangkah ke satu arah, sementara selembar uang seratus ribu justru berjalan berlawanan. Ironis, jenaka, sekaligus menggigit. Lukisan ini seperti cermin realitas yang akrab di tengah kehidupan modern kita.
Lukisan lain menampilkan penyu laut yang terjerat jaring, dengan sebuah sandal jepit tersangkut di paruhnya. Goresan ini sungguh menggugah rasa iba, dan  juga menjadi kritik tajam terhadap keserakahan dan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan.
Dan masih banyak lagi lukisan sandal jepit dan sandal jepit lainnya di pameran itu.