Refleksi SenimanÂ
Pernahkah teman-teman merasa hutan berbicara? Tidak dengan kata-kata, tapi lewat aroma tanah basah, gemericik air, dan warna-warna bunga yang menenangkan jiwa. Saya pernah merasakannya ketika berada sendirian di dalam hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Belakangan, ketika mengenang pengalaman saya berada di dalam hutan, di antara sunyi dan rimbunnya alam, saya  jadi menemukan inspirasi untuk menciptakan lukisan "Penjaga Hutan Bunga" (The Guardian of Flowers Jungle), sebuah karya tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan masa depan bumi yang ingin saya jaga melalui sapuan warna.
Kelahiran Sebuah Lukisan
Setiap karya seni memiliki cerita kelahirannya sendiri. Bagi saya, "Penjaga Hutan Bunga" lahir dari kerinduan terhadap alam yang perlahan mulai kehilangan keseimbangannya. Saya membayangkan sebuah hutan penuh bunga tropis yang mekar indah, kolam biru di tengahnya yang jernih dan damai, serta seekor gajah berhias bunga yang berdiri tenang, seolah menjadi penjaga yang bijak bagi seluruh kehidupan di sekitarnya.
Dalam karya ini, setiap elemen memiliki makna tersendiri:
* Bunga-bunga melambangkan keindahan hidup dan keberagaman.
* Hutan hijau adalah simbol kekayaan alam yang penuh kehidupan.
* Kolam air menjadi lambang sumber kehidupan, tempat semua makhluk bergantung.
* Dan gajah, sosok bijak yang tenang namun kuat, mewakili kebijaksanaan, kesetiaan, dan perlindungan.
Melalui warna-warna cerah dan harmoni visual, saya ingin menciptakan suasana yang damai dan penuh harapan. Sebuah dunia yang ideal, di mana manusia dan alam hidup berdampingan, saling menjaga, dan tidak saling melukai.
Seni dan Masa Depan Bumi
Ketika saya melukisnya, saya banyak berpikir tentang masa depan bumi.
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat hutan yang hijau? Apakah bunga-bunga liar masih akan bermekaran di tepi sungai? Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi dorongan kuat untuk menyuarakan pesan lingkungan melalui karya ini.
Tema ini sangat selaras dengan semangat pameran Fine Art Exhibition "The Future" yang saat ini sedang berlangsung di Jakarta Design Center, Â yang mengajak seniman untuk membayangkan masa depan bukan hanya dari sisi teknologi atau kemajuan manusia, tetapi juga dari sisi kesadaran ekologis dan keseimbangan alam.
Bagi saya, masa depan yang sejati adalah ketika manusia bisa hidup berdampingan dengan bumi, penuh hormat, penuh kasih, dan penuh tanggung jawab.
Dialog dengan Generasi Muda
Saya merasa bahagia melihat semakin banyak anak muda yang peduli dengan masa depan planet kita. Mereka menanam pohon, membersihkan pantai, memilih gaya hidup berkelanjutan, dan bahkan menggunakan seni sebagai alat untuk menyuarakan perubahan.
Lewat lukisan ini, saya ingin berbicara kepada mereka, bukan dengan pidato, tapi dengan bahasa warna dan simbol.
Gajah dalam "Penjaga Hutan Bunga" adalah wujud harapan: penjaga lembut yang mewakili kebijaksanaan manusia ketika memilih untuk melindungi, bukan menguasai alam.
Saya percaya, setiap individu bisa menjadi "penjaga kecil" bagi bumi, Â melalui pilihan hidup yang sederhana namun penuh cinta: menanam, merawat, dan menghormati kehidupan di sekitar kita.
Bumi yang Terus Berbunga
Bagi saya, melukis adalah bentuk doa.
Melalui "Penjaga Hutan Bunga", saya berdoa agar bumi kita tetap hijau, agar air tetap jernih, dan agar bunga-bunga kehidupan tetap mekar di masa depan.
Seni bukan hanya untuk dilihat dan ditonton, tetapi untuk dirasakan dan diingatkan, bahwa masa depan yang indah hanya mungkin terjadi jika kita menjaganya dengan bijaksana hari ini.
"Alam akan tetap indah, jika kita menjadi penjaganya yang bijak."
Semoga setiap sapuan warna di lukisan ini bisa menginspirasi setiap orang untuk ikut menjaga bumi, Â rumah besar kita semua, agar tetap menjadi taman bunga yang damai dan penuh kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI