Mohon tunggu...
Nila Karimatunnisa
Nila Karimatunnisa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Interested in public health and urban planning

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Budaya Baru "Musik dan Keresahan"

4 Juni 2020   19:20 Diperbarui: 4 Juni 2020   19:29 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tulisan ini lebih banyak mengambil perspektif mengenai kesehatan mental dan metode katarsis melalui mendengarkan musik. Terlebih dahulu perlu dikontekskan bagaimana kondisi kesehatan mental di Indonesia. 

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan kesehatan mental dengan gejala gangguan emosi sebesar 9,8 persen. Data ini meningkat cukup signifikan sebesar 3,8 persen dibandingkan data tahun 2013. 

Lebih mirisnya lagi, dari dari jumlah penderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia sebesar 400ribu jiwa, 14,3 persen di antaranya sedang atau pernah dipasung. 

Menurut data Depkes tahun 2016, juga dijelaskan bahwa banyak anak muda berusia antara 12 hingga 29 tahun mengalami skizofrenia. Penyebabnyapun beragam, tetapi Sebagian besar disebabkan karena pengalaman traumatis bullying di sekolah dan di lingkungan keluarga.

Kondisi kesehatan mental yang cukup memprihatinkan ini ternyata diikuti dengan berkembangnya industri musik dengan tema baru yaitu 'keresahan diri'. Seperti lagu dengan tema pada umumnya, lirik demi liriknya dirangkai dengan pesan yang hendak disampaikan pada pendegar dengan alunan alat musik yang menenggelamkan pikiran. 

Lagu dengan tema 'keresahan diri' juga demikian. Berbagai kalimat yang dirasa relate dengan kondisi pendengar akan meningkatkan enggagement pada musik terkait. Salah satu contohnya yaitu lagu yang berjudul Rehat dari Kunto Aji. Penulis pernah mempunyai pengalaman menemui seorang sedang duduk di pojok kantor sambil mendengarkan lagu ini. 

Setelah beberapa menit lagu ini diputar, seseorang tersebut menundukkan kepalanya dan menangis. Entah apa yang ia pikirkan tapi suasana berubah menjadi hening. 

Uniknya lagi, dibeberapa co-working sapace di jogja juga memutar lagu dengan tema yang demikian. Penulis kembali mengamati salah satu pengunjung menopangkan kening pada kedua tangannya seolah menutupi wajahnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia sedang menangis. Berbagai hal tersebut mungkin salah satu engganggent pendengar pada lagu tersebut. Salah satu liriknya yang masih penulis ingat

"Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti yang kau takutkan takkan terjadi" Rehat --- Kunto Aji

Pada bagian lirik tersebut penulis melihat seseorang di kantor dan di co-working space mulai mengubah suasana menjadi hening dan haru. Entah hanya dirasakan penulis saja atau memang orang sekitar juga merasakannya. 

Dari semua fenomena tersebut sebenarnya ada budaya baru di masyarakat mengenai kesadaran kesehatan mental. Mungkin tidak semua emosi harus dikaitkan dengan kesehatan mental, penulis menyadarinya. Oleh karena itu, mari sedikit membahas mengenai lagu Rehat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun