Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Menemukan Kembali Harmoni Musik Dunia

20 April 2021   22:23 Diperbarui: 20 April 2021   23:05 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Borobudur (sumber: traveler.byunique.com)

Ketika pertama kali mendengar Sound of Borobudur, imajinasi kita akan dibawa kepada kemegahan candi terbesar di dunia, Candi Borobudur. Dibangun pada tahun 824 masehi saat wangsa (dinasti) paling berkuasa di  Nusantara, Wangsa Syailendra.

Awal pembangunan candi tersebut dilakukan oleh Raja Samaratungga. Lalu diselesaikan oleh putrinya, Ratu Prabuwardhani pada tahun 847 masehi. Pembangunan candi yang diarsiteki oleh Gunadharma ini menjadi tanda untuk memuliakan Budha Mahayana.

Kemegahan candi ini terpancar luas dari desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Menembus ruang dan waktu, dari medio abad ketujuh/kedelapan, hingga ditemukan kembali oleh Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Raffles sekitar tahun 1814 setelah hilang ditelan hutan. Candi Borobudur menyuarakan sebuah cerita peradaban unggul dalam setiap goresan relief dan bentuk bangunannya.

 

Tak kurang dari 504 arca/patung Budha dan 73 buah stupa yang ada di Candi Borobudur. Ukuran panjang 121,66 meter, lebar 121,38 meter, tinggi 35,40 meter memuat 1460 panel naratif dan 1212 panel dekoratif. Total 2672 panel relief tersebut mengitari bangunan yang dibagi secara filosofis meliputi Kamadhatu (kaki candi), Rupadhatu (badan candi), Arupadhatu (atas candi).

Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah relief bermusik yang terdapat pada bagian kaki Candi Borobudur. Menurut catatan Balai Konservasi Borobudur, terdapat empat jenis alat musik yang digambarkan oleh relief Karmawibhangga: idiophone (diketuk/dipukul) seperti gong, membraphone (berbahan dasar kulit) seperti gendang, chordophone (berasal dari senar/tali) seperti rebab, dan aerophone (bantuan udara) seperti suling.

Relief dan Artefak Kuno

Penggalian asal-muasal munculnya relief alat musik pada Candi Borobudur memang masih memerlukan kerja keras dari berbagai pihak, terutama para peneliti.  Penelurusan secara ilmiah akan memberikan referensi bagi perkembangan musik sejak tempo dulu.

Menurut catatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, masyarakat Jawa kuno sudah mengenal alat musik. Hal itu ditandai oleh bukti-bukti arkeologi berupa arca dewi kesenian dalam agama Budha. Arca dewi-dewi tersebut memainkan alat musik berupa gendang (Mukunda), tamborin (Muraja), vina/harpa (Vajragiti/Gita), seruling (Vamsa).

Relief Karmawibhangga, menggambarkan penggunaan alat musik (sumber: soundofborobudur.org)
Relief Karmawibhangga, menggambarkan penggunaan alat musik (sumber: soundofborobudur.org)

Selain menggunakan alat musik, terdapat juga arca dewi tari kesuburan (Vajranrtya) dan dewi  wewangian (Vajradupha). Arca asli yang terbuat dari perunggu tersebut ditemukan di Desa Surocolo, Bantul, DIY. Bukti arkeologi tersebut juga terekam dalam relief yang terdapat di kompleks Candi Prambanan.

Artefak yang ditemukan dan relief yang terdapat pada Candi Prambanan dan Candi Borobudur tersebut bisa jadi serangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan bermusik pada era Wangsa Syailendra. Temuan-temuan tersebut semakin memperdengarkan nyaringnya harmoni oleh orkes musik kuno yang berpadu dengan seni tari dan seni lainnya. Indah dalam komposisi yang apik.

Gerakan Sound of Borobudur

Relief bermusik tersebut menjadi inspirasi bagi para musisi Indonesia untuk menggali kekayaan sejarah musik yang sudah ada bahkan sebelum abad kesepuluh. Upaya ini datang dari inisiatif Trie Utami, Dewa Budjana, dan Purwacaraka yang mendengar harmoni laras-laras dari relief tersebut. Harmoni tersebut membentuk komposisi yang unik dan membawa mereka larut dalam dimensi bermusik yang penuh kekayaan.

Dari situ kemudian, gerakan Sound of Borobudur mereka canangkan dengan membuat replika alat musik yang terdapat dalam gambar relief. Sejak tahun 2016 hanya ada beberapa alat musik yang berhasil mereka rancang dengan bunyi seadanya. Hingga tahun 2021 ini, ternyata sudah menghasilkan lebih dari dua ratus alat musik. Salut!

Kerja keras selama lima tahun tersebut, bukan tanpa hambatan. Bagaimana para musisi tersebut harus membawa dirinya berkelana jauh ke kurun masa sebelum abad kesepuluh tersebut. Jenis alat musik, bahan dasarnya, dan cara membunyikan menjadi tantangan tersendiri.

Contoh alat musik yang direkacipta oleh Dewa Budjana, dkk (sumber: soundofborobudur.org)
Contoh alat musik yang direkacipta oleh Dewa Budjana, dkk (sumber: soundofborobudur.org)

Lantas, apa selanjutnya?

Sound of Borobudur, mengutip ucapan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo: menjadi sebuah gerakan reinventing (menemukan kembali), dari sebuah hipotesis bahwa Borobodur pusat seni, pusat musik dunia, atau sebaliknya. Dengan melakukan riset secara berkelanjutan, gerakan ini diharapkan berlanjut hingga menghasilkan alat musik yang sesuai dengan replika dan bisa diproduksi untuk kemudian digunakan secara luas.

Dewa Budjana, Trie Utami, Purwacaraka, dan kawan-kawan telah memulai sebuah perjalanan panjang untuk menginterpretasikan bunyi relief dalam konteks kekinian. Berawal dari seperangkat dawai dan gerabah yang direkacipta ulang, berpadu harmoni dengan komposisi apik dengan alat musik dari berbagai daerah di Indonesia, untuk menemukan kembali dunia musik.

Di masa depan, kita mengharapkan semakin banyak musisi yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Dan semakin baik bila masuk dalam kampanye Pesona Indonesia (Wonderful Indonesia) atau kampanye pelestarian budaya lainnya. Dengan itu, gerakan ini menjadi panggilan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif, bahwa dari Borobudur, musik dunia sudah pernah direkam dan ditemukan kembali.

Hal ini membuat telinga kita semakin tak sabar untuk mendengar aransemen dari Sound of Borobudur yang terdengar di konser-konser musik, pertunjukan sendratari, lantunan musik di Tiktok, atau nada dering panggilan telepon pada berbagi merk ponsel.

Gerakan Sound of Borobudur melibatkan banyak musisi (sumber: soundofborobudur.org)
Gerakan Sound of Borobudur melibatkan banyak musisi (sumber: soundofborobudur.org)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun