Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diperkaya oleh Orang Lain

2 Februari 2018   12:25 Diperbarui: 2 Februari 2018   12:44 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pak Abidin, seorang supir di sebuah institusi pendidikan yang berlokasi di pedalaman (rural area), ternyata penuh dengan inspirasi. Dari pertama kali melihatnya, kita bisa merasakan bahwa ia seorang yang antusias, penuh semangat dan bekerja sepenuh itu. Bagaimana tidak, dari sedikit kisah perjalanan hidup yang ia lakoni, ternyata bisa memperkaya orang lain.

Ia pernah mengecap pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi negeri terbaik di negeri ini. Kemampuan orangtua yang terbatas untuk membiayai menjadi hambatan untuk bisa terus menyelesaikan kuliah. Ia pun diperintahkan harus kembali ke kampung halaman. Namun ia tidak langsung menyerah. Ia mengadu nasib di ibukota menjadi supir bis kota.

Tak berapa lama menjadi supir bis kota, perintah untuk kembali ke kampung halaman tidak bisa dielakkan. Dengan iming-iming sebuah pekerjaan, ia pun rela kembali ke tepian danau terbesar di negeri ini. Ternyata hidup tidak seperti yang dipikirkan sebelumnya. Tidak puas dengan pekerjaan yang ada, ia beralih menjadi supir truk angkutan barang lintas daerah bahkan lintas pulau. Selama menjadi supir truk, ada keunggulan yang didapat. Hasil yang dibawa pulang ternyata cukup menjanjikan.

Hidup harus terus berjalan. Setelah pekerjaan baik, selanjutnya adalah mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan rumah tangga. Ia menemukan belahan jiwa yang tinggal menetap di kampung halamannya.

Kehidupan pernikahan pun menjadi fase baru yang menawarkan tantangan baru dalam perjalanan hidup. Penghasilan yang sudah baik ternyata tidak melulu menjadi alasan untuk tetap dalam sebuah pekerjaan. Istri dan anak-anak, serta dorongan keluarga pun menjadi pertimbangan untuk kembali ke kampung halaman, memulai pekerjaan yang berbeda.

Sudah pada lazimnya, ketika kembali ke kampung halaman dan memasuki pekerjaan yang baru, penghasilan belum tentu seperti yang diharapkan sebelumnya. Bahkan, untuk menjadi setara dengan penghasilan sebelumnya pun masih jauh. Namun, dorongan dan motivasi dari keluarga menjadi tenaga penggerak utama untuk tetap kembali ke kampung halaman.

Pekerjaan baru sebagai supir di sebuah institusi pendidikan mungkin bukan menjadi tujuan kebanyakan orang. Namun, di dalamnya pun ternyata seseorang bisa menemukan kenyamanan bekerja. Sudah berkali-kali tawaran yang jauh lebih menarik datang. Tetap ada keteguhan hati ketika pertimbangan utama adalah keluarga.

Bahkan bila pun harus membandingkan, Pak Abidin selalu merasa sebagai orang dengan ekonomi lemah. Betapa tidak, beberapa anggota keluarganya sudah memiliki pekerjaan yang sangat baik dan menduduki posisi yang baik juga. Namun Pak Abidin tetap bisa teguh menjalani kehidupan di kampung halaman bersama istri dan keenam orang anaknya.

Pak Abidin pun sempat bercerita tentang beberapa kerabatnya yang sudah memiliki posisi yang baik dan sudah berkali-kali mengajaknya untuk bekerja pun ternyata merasa tidak seberuntung beliau yang dilimpahi anugerah keturunan. Karena itu, anak-anak Pak Abidin pun ditawarkan untuk disekolahkan oleh anggota keluarganya tersebut. Namun, Pak Abidin dengan kekayaan hati dan penuh tanggung jawab merasa bahwa ia tetap berperan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Apa yang dialami oleh Pak Abidin mungkin acapkali bisa kita temukan di sekitar kita. Cara pandang tentang sesuatu, sebut saja kekayaan, tidak melulu hanya berkutat di sesuatu yang materil. Materi dibutuhkan, namun tidak melulu menjadi pengkonversi kekayaan. Ada banyak hal-hal lain, yang bisa dijadikan alasan untuk tetap merasa kaya. Bahkan dengan cerita pengalaman, kita pun bisa diperkaya oleh orang lain.

Dari pengalaman orang lain, kita bisa belajar bahwa uang yang sedikit mungkin bisa kita atur sedemikian sehingga cukup. Namun, bila uang banyak, yang terasa justru merasa kurang. Ada banyak paradoks dalam kehidupan. Orang lain mengatakan, uang adalah hamba yang paling baik, tapi tuan yang paling jahat. Dan masih banyak paradoks lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun