Mohon tunggu...
Stephen
Stephen Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Buat tugas sekolah

Selanjutnya

Tutup

Film

Malam yang Singkat Namun Bermakna

25 Maret 2024   15:05 Diperbarui: 25 Maret 2024   15:13 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :  https://www.blibli.com/friends/blog/sinopsis-film-one-night-stand-14/

Judul Film : One Night Stand

Sutradara : Adriyanto Dewo

Produser : Perlita Desiani

Genre Film : Romansa, Drama 

Durasi : 80 menit


Tanggal Rilis : 26 November 2021

Pemeran : Jourdy Pranata, Putri Marino, Elang El Gibran, Gilbert Pattiruhu

Tempat tayang : Bioskop Online


Baskara atau dikenal dengan sapaan Ara, sedang dalam proses menemukan jati dirinya setelah putus cinta. Ia ingin mencari kebebasan setelah baru saja putus dengan pacarnya beberapa waktu yang silam. Ara tiba di Yogyakarta untuk menghadiri dua acara dalam hari yang sama namun saling bertolak belakang yaitu pemakaman dan pernikahan. Pagi hari, Ara pergi melayat ke pemakaman yang penuh keharuan dari seorang tante Mia yang sangat dekat dengan ingatan masa kecilnya. Sorenya Ara turut datang menggembirakan pernikahan temannya yang bernama Ruth dan Edo.

Ara dikejutkan oleh seorang perempuan muda berparas cantik yang tiba-tiba memanggil namanya ketika sedang mengambil tas di bandara. Perempuan tersebut memperkenalkan diri sebagai salah satu kerabat dekat dari keluarga Om Rendra  yang diminta membantu menjemput Ara dari bandara. Tanpa disadari, pertemuan Lea dan Ara tersebut akan membuka kisah baru yang singkat, namun berkesan dalam kehidupan mereka berdua. 

Film One Night Stand dapat membawa pergumulan anak muda jaman sekarang tentang masalah percintaan. Adegan-adegan romantis yang diselipkan di dalam film ini terasa natural dan tidak terkesan terlalu dibuat-buat. Film ini dapat menggali kedalaman emosi dan kompleksitas hubungan percintaan anak muda yang semakin beragam. Kesederhanaan dialog antar para pemain dapat membuat penonton merasa tidak asing dengan konflik yang dialami oleh Ara dan Lea.

Alur maju pada film ini membuat cerita dapat mengalir dengan baik dan mudah dimengerti sehingga membuat penonton tidak harus berpikir dengan keras untuk memahami isinya. Setiap adegan mempunyai hubungan kausalitas dengan adegan sebelumnya. Para penonton dapat dengan mudah mengerti jalan cerita meskipun kehilangan beberapa adegan. Alur pada film One Night Stand tergolong lambat karena dari awal sampai akhir film hanya menceritakan kejadian dalam satu hari saja.

Film One Night Stand kaya akan simbolisasi-simbolisasi tentang hubungan Ara dan Lea.  Simbolisasi acara pernikahan dan pemakaman yang berlangsung satu hari mempunyai makna yang dalam. Pernikahan sebagai makna permulaan awal cinta dan pemakaman sebagai perpisahan cinta. Kedua acara tersebut yang terjadi dalam 1 hari yang bersamaan bagai melambangkan kisah Ara dan Lea yang jatuh cinta namun harus berpisah untuk menjalani kehidupan masing-masing. Selain itu, lagu "Sampai Jumpa" karya Endank Soekamti yang dimainkan di bar pada menjelang akhir cerita juga mempunyai makna bahwa malam tersebut adalah malam pertama dan terakhir kebersamaan Lea dan Ara.

Film One Night Stand mempunyai keunggulan yaitu dapat  menghadirkan perkembangan karakter dari tokoh Ara dan Lea yang terjadi secara bertahap dengan sangat baik. Pada awal sampai pertengahan film, Ara belum bisa melupakan dan beranjak dari hubungan masa lalunya. Hal tersebut nampak sangat jelas saat perbincangan antara Ara dan Lea di tangga dimana Ara ingin pergi ke Jakarta untuk kembali bertemu dengan mantan kekasihnya. Namun pada akhir film pada adegan di bandara, Ara tampaknya dapat mulai melupakan masa lalunya dengan memutuskan untuk tidak pergi ke Jakarta dan pergi ke sebuah pantai. 

 Di lain sisi, Lea yang sedari umur 12 tahun sudah ditinggalkan oleh ayahnya mengalami disosiasi emosional. Disosiasi emosional adalah pertahanan psikologis paling langsung terhadap pengalaman traumatis yang luar biasa, hal tersebut mengakibatkan Lea tidak bisa menangis meskipun merasa sedih. Seiring berjalannya cerita, Lea pun mengalami perubahan karakter menjadi pribadi yang lebih terbuka karena menghadiri acara-acara bersama dengan Ara. Kebersamaan dengan Ara membuat Lea berhasil mengekspresikan perasaannya dengan lebih terbuka dimana ia akhirnya dapat menangis lagi pada adegan di mobil setelah mengantar Ara ke Bandara.

Namun, film garapan sutradara Ariyanto Dewo ini juga tidak luput dari beberapa kekurangan. Pengambilan video adegan yang terkadang tidak stabil dan bergoyang-goyang dapat membuat penonton merasa pusing. Pada adegan saat Ara dan Lea sedang berjalan setelah pamit berpisah dengan Dimas di rumah Om Rendra, ketidakstabilan pengambilan adegan video dapat dilihat dengan jelas. Film One Night Stand juga merupakan jenis film yang sangat berpacu pada cerita dan dialog antar tokoh sehingga dapat menjadi cukup membosankan. Penyelesaian yang menggantung juga menjadi salah satu kelemahan dari film ini, penonton hanya bisa dibuat berandai-andai apakah hubungan Ara dan Lea sampai disitu saja.

Film One Night Stand cocok untuk ditonton oleh penggemar film romantis dengan sentuhan drama yang realistis. Film ini sebaiknya ditonton oleh penonton yang berusia 17 tahun keatas karena mengandung adegan yang tidak pantas untuk penonton di bawah batas umur 17 tahun. Penonton juga turut diajak untuk merasakan berbagai emosi seperti kesedihan, kegembiraan, dan bahkan keraguan dalam menjalani suatu hubungan. Permainan peran yang natural dari Jourdy Pranata sebagai Baskara dan Putri Marino sebagai  Lea juga patut diacungi jempol. 

Film ini juga lebih cocok untuk ditonton bagi penonton yang gemar dengan film yang berpacu pada dialog dan cerita dibandingkan sinematografi dan akting. Kelemahan-kelemahan yang ada di dalam film ini dapat tersamarkan oleh kualitas cerita yang baik. Pergumulan percintaan modern dapat direpresentasikan dengan baik pada film garapan Ariyanto Dewo ini. Secara keseluruhan film One Night Stand mendapatkan nilai 8/10 karena ceritanya yang unik dan mudah dimengerti. 

Sumber pustaka : 

van Der Hart, O. (1989). The dissociation theory of Pierre Janet. Journal of Traumatic Stress, 2, 397-412. Diakses 25 Maret 2023 https://link.springer.com/article/10.1007/BF00974598#citeas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun