Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Di Balik Ribut-Ribut Konser Taylor Swift

14 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 18 Maret 2024   19:39 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AMY SUSSMAN via KOMPAS.com

Tahun 1977, Jacques Attali, seorang ekonom profesional dan teoritis sosial Prancis menulis buku teori perkembangan musik. Judulnya Bruits: essai sur l'economie politique de la musique. Diterjemahkan ke Bahasa Inggris menjadi Noise: the Political Economy of Music (1985) oleh University of Minnesota, AS.

Menarik bahwa Attali menggunakan kata "noise", yakni bunyi (biasanya keras), tidak menyenangkan dan mengganggu. Dalam bahasa Indonesia, "noise" itu "kebisingan", "suara ribut". Mungkin karena, musik dengan volume besar memang menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang mendengar.

Attali membagi empat tahap perkembangan musik. Pertama, sacrificing, berlangsung sebelum tahun 1500. Pada tahap ini, musik belum diberi nada dan diproduksi massal, masih dalam bentuk nyanyian oral rakyat, hidup dalam ingatan.

Musik merupakan lawan dari "noise" alam, yakni kematian, kehancuran dan chaos. Disebut "sacrificing", karena musik adalah tranformasi emosional manusia, dalam bentuk ritual terhadap kekerasan alam.

Kedua, representing, berlangsung tahun 1500-1900, era musik yang dinotasi. Musik diperjualbelikan, menjadi kompleks, diurus oleh spesialis musik. Musik hadir melalui pertunjukan. Di dalamnya, seorang penampil, musikus, menghadirkan musik yang tidak ada menjadi ada. Dengan mengadakan nada-nada dari lembaran ciptaan komposer kepada pendengar yang menunggu.

Ketiga, repeating, era sudah tahun 1900. Musik yang direkam dan disiarkan. Notasi yang sebelumnya ditulis dan menjadi dasar bagi musikus saat pertunjukan, kemudian direkam dan bisa diulang-ulang melalui siaran. Yang direkam belakangan adalah pengulangan dari apa yang ada sebelumnya.

Dan, keempat, post-repeating yang melibatkan remixing, manipulasi elektronik

Awal Maret 2024, beberapa negara Asia Tenggara lagi bikin "noise" (kebisingan). Sebabnya adalah "noise" yang lain yakni konser 6 hari (2-4, 7-9 Maret) Taylor Swift di Singapura.

Bersamaan itu juga Singapura dikritik karena memonopoli tur Swift ke Asia Tenggara. Negara ini bahkan dicurigai pakai "uang sogokan" agar Taylor Swift hanya pentas di negara ini.

Musik dari personal ke personal yang lain

Musik lahir dari refleksi personal para musisi. Ketika berubah menjadi industri pertunjukan, musik melibatkan matematika, teknologi dan seni.

Matematika musik menggabungkan bahan mentah angka, nada, interval, kata-kata, tanda-tanda menjadi sebuah sajian yang enak didengar, menggerakkan hati penikmatnya. Matematika musik hanya 7 angka tetapi jadi jutaan lagu, dari yang paling cadas sampai paling melow.

Teknologi sangat mempengaruhi perkembangan musik modern. Dulu produksi alat musik merupakan arts yang sangat bergantung pada keterampilan, perasaan, intuisi pembuatnya. Teknologi mengubah produksi musik sebagai proses teknis.

Saat ini, alat musik seperti gitar, piano, drum, gendang, organ diproduksi dengan teknologi presisi yang sama dengan presisi komponen mesin. Dulu, hanya orang yang paham nada bisa menyetem sebuah gitar. Saat ini, Anda hanya perlu menggunakan program yang bisa diakses online untuk menyelaraskan nada-nada senar gitar.

Dalam pentas besar, teknologi sound, pencahayaan, tata panggung, kostum menjadi bagian penting dari pertunjukan musik modern.

Dalam bentuk repeating dan post repeating, musik menyeberangi batas geografis, batas negara, batas sosial budaya, batas psikologis, batas waktu dan generasi. Teknologi digital mengubah cara orang menikmati musik. Seseorang tidak perlu membeli tiket konser untuk menikmati Cold Play, Taylor Swift atau Lady Gaga.

Teknologi streaming, membawa konser ke kamar rumah. Cukup memberi screen lebar, sistem sound yang mumpuni, konser menginvasi ruang privat. Tidak hanya ruang privat rumah, tetapi ruang privat. Qolbu. Kedalaman jiwa.

Teknologi membawa musik menyeberangi batas-batas generasi. Seorang remaja penggemar Blackpink, dapat mendengar dan menikmati Bohemian Rhapsody milik Queen, Bed of Roses John Bon Jovi, November Rain Gun's and Roses atau Enter the Sand Man punya Metalica. Semua mungkin karena teknologi rekaman dan video YouTube.

Industri musik juga dikelola sama dengan perusahaan bisnis lain. Musik melibatkan input yakni lagu, penyanyi, alat musik. Diproses melalui pabrik perusahaan rekaman. Didistribusikan melalui pemegang hak siar, konser, berbagai platform seperti YouTube, TikTok, Spotify, Soundcloud dan yang lain.

Ketika jadi industri, musik menempatkan orang lain (pencipta) ke dalam pengalaman orang lain (pendengar). Ia terlepas pengalaman batin komposer dan menjadi bagian dari pengalaman batin personal para pendengarnya. Seorang yang patah hati mungkin dapat melihat dirinya sendiri dalam lagu Ed Sheran, Dancing on My Own Seorang yang ingin menyimpan kenangan, melihat dirinya sendiri dalam Remember us this Way, Lady Gaga.

Orang-orang dari latar suku, budaya, agama, negara, ideologi, pendidikan dapat berjingkrak bersama saat mendengar musik. Musik menyeberangi kelas sosial. Jazz yang berasal komunitas Afro-American, New Orleans, akhir abad 19; saat ini masuk ke ruang-ruang konser kelas atas di seluruh dunia. Demikian juga Blues. Dangdut yang dulu musik rakyat jelata masuk acara wisuda di universitas dan ruang istana presiden. Karena itu, orang menyebut musik sebagai bahasa universal.

Musik itu ekonomi

Dari hymne di rumah-rumah pemujaan, dari nyanyian privat di rumah-rumah bangsawan dan para raja, dari nyanyian ritual komunal, dari gremengan kelas bawah di pabrik dan perkebunan tebu, musik telah berkembang menjadi industri global. Musik juga menjadi industri noise yang memicu industri lain. Music mengombinasikan budaya, teknologi dan bisnis.

Pada tahun 2022 saja, nilai industri musik mencapai US$ 26,2 miliar, dengan pertumbuhan rata-rata 9 % di tahun yang sama. AS berada di tempat pertama dalam industri musik dunia, disusul Jepang (2), Inggris (3), Jerman (4).

Di Asia, Cina dan Korea Selatan adalah negara dengan industri yang bertumbuh pesat. Tiongkok berada posisi ke 5 dalam pasar musik global, sedangkan Korsel di posisi ke 7, setelah Perancis yang menduduki posisi ke 6 (https://globalmusicreport.ifpi.org/).

Untuk kontes Swift kali ini saja, Singapura meraup keuntungan dari 300 ribu tiket, yang katanya diincar 22 juta orang. Pariwisata dapat untung banyak karena penerbangan dan akomodasi naik 30 % (https://www.cnnindonesia.com). Singapura juga diserbu anak-anak muda akibat konser tersebut.

Begitu besarnya nilai ekonomi yang diperoleh, membuat musik menjadi bagian dari industri pendidikan dan juga ilmu pengetahuan. Akademi, institut dan universitas membuka jurusan musik untuk mendidik para komposer, penyanyi dan entrepreneur musik. Teori-teori musik dikembangkan untuk menggali mengapa, bagaimana, oleh siapa dan untuk apa musik diproduksi dan dikembangkan.

Di lembaga-lembaga pendidikan musik, eksperimen-eksperimen musik dilakukan seperti eksperimen sains. Tujuannya mengeksplorasi berbagai macam bunyi baru. Dari beat box yang menggunakan mulut dan tenggorokan manusia,  barang-barang yang digunakan sehari-hari, kayu, batu dan bambu, air sampai peralatan canggih seperti komputer.

Seorang begawan seni dari STSI Surakarta, AL Suwardi, saat kos bersama di Australia, pernah memberi saya tiga jenis musik hasil eksperimen. Pertama dihasilkan dari senar piano yang dipukul. Kedua rekaman bunyi lempengan baja tipis yang dibanting dengan teknik tertentu. Ketiga adalah rekaman gamelan yang tidak biasa, gamelan berbentuk genta.

Musik itu kuasa

Power (Kekuasaan) membutuhkan sarana untuk mempresentasikan diri. Dan musik adalah sarana itu. Dalam komunitas-komunitas kuno, bunyi dari tanduk rusa atau kulit siput besar menandai kehadiran ketua suku, raja atau penguasa lain.

Seorang raja Jawa menggunakan gamelan untuk menandai kehadiran atau saat naik takhta. Raja dan Bangsawan Eropa menggunakan pertunjukan musik klasik dalam royal concert untuk menunjukkan kelas.

Meminjam istilah Attali, musik itu noise dan noise itu kuasa. Kuasa itu kemampuan membujuk, memaksa, mempengaruhi, mengendalikan, menundukkan pihak lain agar mau melakukan apa yang Anda inginkan.

Dalam bentuk yang wadag, kuasa menggunakan instrumen ancaman dan kekerasan. Musik tingkatnya lebih tinggi dari itu, bisa sangat halus, menarik, membujuk, bekerja di alam bawah sadar, tetapi ujungnya sama, mengendalikan.

Seseorang tidak suka dengan tetangga, putarlah musik yang tak ia sukai. Volumenya agak keras. Noise yang Anda musikkan bikin pusing dia dan minta pindah. Dalam perang, musik digunakan untuk membangkitkan kuasa dalam diri pasukan agar gagah berani maju ke medan perang. Musik rock juga digunakan pasukan AS untuk meneror lawan.

Salah satu faktor yang membuat Uni Soviet bubar adalah musik rok yang dipancarkan melalui radio dari balik sisi barat tembok Berlin. Musik disiarkan terus menerus bersama ide-ide demokrasi, kemakmuran sistem ekonomi liberal dari sisi barat tembok Berlin. Perang ide-ide, dan musik merepresentasikan ide kebebasan, makin lama meracuni pikiran orang-orang di Jerman Timur dan negara satelit Soviet lain, yang kemudian menyuburkan pikiran merdeka melawan tirani komunisme.

Dalam rumah-rumah Ibadah, nyanyian sangat powerful untuk memuja yang punya power Tuhan semesta alam. Dalam versi pertobatan dan pengampunan, musik merepresentasikan ketundukan dari yang ditundukkan kepada yang mampu menundukkan. Musik menjadi representasi dari relasi kuasa antar Pencipta dan yang dicipta.

Dalam pemilu modern, musik menjadi salah satu instrumen penting dalam pertunjukkan kekuasaan. Grup-grup musik dipakai untuk menarik rakyat yang merupakan sumber power untuk menyerahkan power kepada yang akan mendapat mandat power. Bisa presiden atau wakil di parlemen.

Musik menjadi presentasi kuasa kami, kawan politik, yang berbeda dengan kuasa mereka lawan politik. Lagu Ok Gas ciptaan Richard Jersey menjadi pembeda Prabowo Gibran dengan pasangan capres lain dalam pemilu 2024. Bersama joget gemoy, lagu ini merepresentasikan Prabowo sebagai calon pemegang kuasa atas Republik secara berbeda dari pemilu sebelumnya. Diakui atau tidak, lagu ini berkuasa menarik orang datang melihat calon pemegang kuasa, membujuk orang memilih Prabowo, memisahkan dari yang mendukung dan tidak mendukung.

Semua itu karena sifat musik yang masuk ke dalam bawah sadar dan mengendalikan pikiran sadar. Tidak peduli, isu pelanggaran HAM, tidak peduli isu etika politik, tidak peduli wapresnya masih hijau, orang memilih Prabowo Gibran. Musik berhasil mempresentasikan ulang Prabowo yang grandeour, elitis, yang mantan jenderal dan katanya suka marah-marah, menjadi Prabowo yang santai, gembira, bisa joget-joget seperti rakyat jelata. Musik melengkapi banjir bansos untuk mendulang dukungan politik.

Musik adalah salah satu sarana membunyikan sesuatu dan sekaligus mematikan bunyi yang lain. Bagi Attali, musik mematikan kebisingan alam seperti kematian, bencana, kehancuran, kemalangan dan kekerasan. Dengan cara, semua kebisingan itu diubah menjadi senandung, nyanyian, pujaan, permohonan dan menempatkannya ke dalam pengalaman batin manusia. Membunyikan dan mematikan adalah satu bentuk strategi kekuasaan.

Musik modern juga membunyikan pengalaman tentang cinta, kegagalan, kesendirian, kemarahan pada penguasa. Pada saat bersamaan, mematikan sebab-sebab dari semua itu. Sebab-sebab itu bisa berakar dari kesalahan penggunaan kekuasaan. Kemalangan dan kemiskinan ditarik jadi sebuah lagu dangdut yang rancak, dan dengan itu menjadi sangat personal dan batiniah. Orang lupa bahwa kemiskinan sebagai sumber kemalangan itu berakar dari ketidakpedulian dan penyalahgunaan kekuasaan para pemimpin.

Konser Taylor Swift dan Kuasa Singapura.

Keberhasilan Singapura memonopoli konser Taylor Swift menegaskan posisi dominan dan kuasa negara itu di kawasan. Negara ini kecil dalam ukuran tetapi besar dalam kuasa dan pengaruh atas wilayah.

Mayoritas negara Asia Tenggara bergantung pada negara kecil ini. Jadi, tidak usah heran bagaimana dia bisa mengendalikan banyak hal termasuk peristiwa kebudayaan seperti konser musik

Singapura adalah hub (penghubung) perdagangan dan keuangan negara-negara dalam kawasan. Sebagai pusat finansial, negara ini adalah tujuan FDI (Foreign direct Investment) atau investasi asing dan sekaligus pengatur lalu lintas investasi asing ke berbagai negara dalam kawasan.

World Investment Report (2023), seperti yang dikutip Katadata.co,id melaporkan investasi asing langsung ke negara kecil ini melonjak dari US$ 5,57 Miliar (1990) ke US$ 141, 42 Miliar (2022). Jauh di atas negara besar seperti Indonesia yang naik dari US$ 1,09 Miliar ke US$ 21,97 Miliar dalam periode yang sama.

Negara ini juga merupakan investor terbesar di Indonesia. Dari Januari- Juni 2023, FDI Singapura di Indonesia mencapai $US 7,7 Milliar. Di tempat kedua ada FDI Cina dengan nilai FDI $US 3,5 Milliar (https://www.cnbcindonesia.com). Sangat mungkin, sumber investasi berasal dari investor internasional yang melewatkan uangnya melalui Singapura.

Tanpa sumber daya alam, negara ini justru berhasil mengembangkan perekonomian berbasis perdagangan, industri pengolahan, jasa keuangan dan pariwisata. Negara ini mengimpor bahan mentah dari tetangga, mengolahnya dan mengekepor. Sebagian aktivitas ekspor dan impor juga ke kawasan Asia Tenggara juga melewati Singapura.

Pariwisata adalah sumber devisa lain bagi Singapura. Negara ini adalah tujuan wisata favorit di kawasan. Salah satunya adalah wisata belanja. Jumlah pelancong naik dua kali lipat dari 6,3 Juta (2022), menjadi 13,6 juta orang (2023) (https://money.kompas.com). Kunjugan turis ke Indonesia juga meningkat dari sebelum pandemi. Tahun 2023, mencapai1,14 juta kunjungan (Katadata.co.id). Dalam bidang pertahanan, negara ini adalah satu-satunya yang dipercaya AS mengoperasikan F-15. Dan sedang berusaha mengakse generasi siluman F-35.

Apa hubungannya dengan konser Taylor Swift? Jawabannya adalah place branding Konser musik berskala besar menegaskan kuasa Singapura di kawasan. Konser musik memperkuat merek tempat Singapura.

Melalui konser ini, Singapura memasarkan dirinya sekali lagi sebagai tempat menarik bagi pusat finansial, sumber investasi, hub perdagangan dan tujuan wisata. Konser hanya salah satu. Berbagai konferensi akademis juga sering memilih Singapura sebagai tempat penyelenggaraan.

Mega konser musik menjadi alat Singapura membunyikan posisinya dalam kawasan dan ke dunia internasional. Musik menjadi alat promosi negara ini sebagai pusat industri seni dan kebudayaan global. Pada saat bersama, mampu mendiamkan negara-negara Asia Tenggara lain dalam kompetisi sebagai pusat ekonomi, perdagangan, seni dan budaya global.

Penutup

Daripada ribut-ribut soal Taylor Swift, pemerintah sebagainya fokus mengembangkan industri kreatif dalam negeri, termasuk musik. Keanekaragaman budaya, seni, tradisi dan alam adalah mega potensi Indonesia.

Negara-negara yang aktif menjual produk berbasis budaya memiliki satu faktor kunci: keterlibatan pemerintah. Dukungan pemerintah ada di balik ekspor budaya Korea ke berbagai negara.

Penerimaan pada musik Korea mendorong penerimaan pada produk industri Korea. Salah satunya adalah produk kecantikan.

Kita sudah atau belum? Bagaimana dan kapan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun