Mohon tunggu...
NIKMATUS SHOLIHAH
NIKMATUS SHOLIHAH Mohon Tunggu... Mahasiswa/Universitas Negeri Malang

Mahasiswa S1 Pendidikan IPA Universitas Negeri Malang Angkatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bising tapi ilmiah:Mengungkap Dampak Sound Horeg Dalam Kehidupan Sehari-hari

11 Oktober 2025   23:35 Diperbarui: 11 Oktober 2025   23:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sound horeg  (Sumber : https://share.google/images/S1zRbPVW21RswlT4Q)

Gambar sound horeg (Sumber : https://share.google/images/zW1b7AhgUiDjdQpTr)
Gambar sound horeg (Sumber : https://share.google/images/zW1b7AhgUiDjdQpTr)
Beberapa tahun terakhir, karnaval di berbagai daerah tidak lagi sekedar pawai budaya. Dibalik ramainya warna lampu dan kostum yang bermacam-macam, kemudian muncul istilah "Sound Horeg" yang menampilkan rombongan pengeras suara raksasa yang saling adu keras di jalanan. Dentuman bass yang terasa sampai dada, sementara getaran udaranya mengakibatkan kaca rumah ikut bergetar bahkan sampai ada yang pecah. Meskipun awalnya dimaksudkan untuk menambah semarak suasana, fenomena ini justru menimbulkan perdebatan, yaitu antara hiburan rakyat dan polusi suara. Dalam fisika, setiap suara termasuk yang disebut "sound horeg" adalah gelombang energi yang bisa mempengaruhi tubuh dan pikiran kita. Secara sederhana, suara adalah getaran yang merambat melalui medium (udara, air, atau padatan) dan ditangkap oleh telinga kita. Ketika speaker memproduksi suara, gelombang tekanan udara menyebar ke segala arah. Semakin besar energi yang dilepaskan, semakin besar pula amplitudo gelombang suara inilah yang membuat suara terdengar semakin keras. Tak hanya membuat suasana jadi tidak nyaman, gelombang bunyi berintensitas tinggi ternyata mampu menimbulkan efek fisiologis, seperti stres, gangguan tidur, bahkan kelelahan mental. Menariknya, semua itu dapat dijelaskan dalam sisi fisika yang sederhana.

Gambar gelombang longitudinal (Sumber : https://share.google/images/8EIribKoSGCaqZPih)
Gambar gelombang longitudinal (Sumber : https://share.google/images/8EIribKoSGCaqZPih)

Dalam ilmu Fisika, suara dikategorikan sebagai gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getaran partikelnya. Gelombang ini membawa energi yang besarnya bergantung pada amplitudo dan frekuensinya. Amplitudo (A) menunjukkan besarnya simpangan partikel udara saat bergetar, semakin besar amplitudo semakin kuat suara begitu juga dengan bunyinya. Sedangkan frekuensi (f) menunjukkan berapa kali getaran terjadi setiap detiknya dalam satuan Hertz/Hz, frekuensi ada dua yaitu frekuensi rendah (bunyi bass 20-250Hz) dan frekuensi tinggi (bunyi treble >2000Hz). Rumus dasarnya adalah v=f, dengan keterangan sebagai berikut v = kecepatan rambat suara (m/s), f = frekuensi bunyi (Hz), (lambda) = panjang gelombang (m). Pada sound horeg, semakin besar amplitudo, semakin kuat energi dan semakin keras bunyi yang terdengar. Sementara frekuensi menentukan tinggi rendahnya nada, frekuensi rendah menghasilkan suara bass yang terasa di dada, sedangkan frekuensi tinggi menghasilkan nada treble yang menusuk telinga.

Kekuatan bunyi yang kita dengar tergantung pada intensitas bunyi (I), yaitu jumlah energi yang dibawa gelombang per satuan luas per satuan waktu. Persamaannya I =P/A dengan P = daya bunyi (Watt), dan A = luas permukaan yang dilalui. Intensitas inilah yang diukur dalam satuan desibel (dB). Sound horeg sering mencapai 100--120 dB, yang artinya jutaan kali lebih kuat daripada percakapan normal (sekitar 60 dB). Gerak truk sound horeg juga memunculkan Efek Doppler, yaitu perubahan frekuensi yang terdengar akibat pergerakan sumber bunyi. Saat truk mendekat, suara terdengar lebih tinggi, dan saat menjauh suara menjadi lebih rendah. Inilah sebabnya musik karnaval terdengar "bergeser nada" saat truk lewat.

Gambar ilustrasi Efek Doppler (Sumber : https://share.google/images/gUD9rBOsNPK5PXzqX)
Gambar ilustrasi Efek Doppler (Sumber : https://share.google/images/gUD9rBOsNPK5PXzqX)

Selain itu, resonansi dapat terjadi ketika frekuensi bunyi sama dengan frekuensi alami suatu benda, misalnya kaca jendela yang ikut bergetar karena gelombang bass. Kadang, ketika beberapa truk berada berdekatan, terjadi interferensi gelombang, membuat di satu titik suara terasa sangat keras, dan di titik lain justru melemah. Fenomena ini mirip suara sirine ambulans, namun pada sound horeg, efeknya memperkuat sensasi "menggelegar" yang dirasakan oleh penonton di pinggir jalan.

Dari sisi fisika bunyi membawa energi, energi ini dapat mempengaruhi tubuh manusia. Khususnya pada level intensitas 100--120 dB seperti sound horeg, energi bunyi yang diterima telinga sudah sangat tinggi. Getaran udara dengan amplitudo besar menyebabkan tekanan akustik yang membuat gendang telinga dan tulang pendengaran bekerja keras. Sehingga dapat mengakibatkan kelelahan pendengaran, dan lama-kelamaan akan menjadi kerusakan permanen. Gelombang berfrekuensi rendah (bass) bahkan dapat menimbulkan resonansi pada tubuh, memicu rasa tidak nyaman di dada dan kepala, serta meningkatkan stres psikologis karena otak terus menerima sinyal getaran berulang. Dari fenomena tersebut merupakan pendekatan fisika energi yaitu I = P/A dimana semakin besar  daya bunyi (P) dan semakin kecil area penyebaran (A), semakin tinggi intensitas (I). Inilah sebabnya suara di depan speaker terasa jauh lebih kuat dibanding di kejauhan.

Kebisingan bisa menjadi hiburan, namun juga bisa menjadi gangguan jika melewati batas. Fenomena sound horeg bisa tetap dinikmati tanpa menimbulkan efek negatif jika diatur dengan bijak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Membatasi intensitas suara, maksimal dibawah 90 dB di area publik.

  2. Mengatur arah dan jumlah speaker agar gelombang bunyi mengarah ke ruang terbuka bukan pemukiman warga.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun