Dalam ilmu Fisika, suara dikategorikan sebagai gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getaran partikelnya. Gelombang ini membawa energi yang besarnya bergantung pada amplitudo dan frekuensinya. Amplitudo (A) menunjukkan besarnya simpangan partikel udara saat bergetar, semakin besar amplitudo semakin kuat suara begitu juga dengan bunyinya. Sedangkan frekuensi (f) menunjukkan berapa kali getaran terjadi setiap detiknya dalam satuan Hertz/Hz, frekuensi ada dua yaitu frekuensi rendah (bunyi bass 20-250Hz) dan frekuensi tinggi (bunyi treble >2000Hz). Rumus dasarnya adalah v=f, dengan keterangan sebagai berikut v = kecepatan rambat suara (m/s), f = frekuensi bunyi (Hz), (lambda) = panjang gelombang (m). Pada sound horeg, semakin besar amplitudo, semakin kuat energi dan semakin keras bunyi yang terdengar. Sementara frekuensi menentukan tinggi rendahnya nada, frekuensi rendah menghasilkan suara bass yang terasa di dada, sedangkan frekuensi tinggi menghasilkan nada treble yang menusuk telinga.
Kekuatan bunyi yang kita dengar tergantung pada intensitas bunyi (I), yaitu jumlah energi yang dibawa gelombang per satuan luas per satuan waktu. Persamaannya I =P/A dengan P = daya bunyi (Watt), dan A = luas permukaan yang dilalui. Intensitas inilah yang diukur dalam satuan desibel (dB). Sound horeg sering mencapai 100--120 dB, yang artinya jutaan kali lebih kuat daripada percakapan normal (sekitar 60 dB). Gerak truk sound horeg juga memunculkan Efek Doppler, yaitu perubahan frekuensi yang terdengar akibat pergerakan sumber bunyi. Saat truk mendekat, suara terdengar lebih tinggi, dan saat menjauh suara menjadi lebih rendah. Inilah sebabnya musik karnaval terdengar "bergeser nada" saat truk lewat.
Selain itu, resonansi dapat terjadi ketika frekuensi bunyi sama dengan frekuensi alami suatu benda, misalnya kaca jendela yang ikut bergetar karena gelombang bass. Kadang, ketika beberapa truk berada berdekatan, terjadi interferensi gelombang, membuat di satu titik suara terasa sangat keras, dan di titik lain justru melemah. Fenomena ini mirip suara sirine ambulans, namun pada sound horeg, efeknya memperkuat sensasi "menggelegar" yang dirasakan oleh penonton di pinggir jalan.
Dari sisi fisika bunyi membawa energi, energi ini dapat mempengaruhi tubuh manusia. Khususnya pada level intensitas 100--120 dB seperti sound horeg, energi bunyi yang diterima telinga sudah sangat tinggi. Getaran udara dengan amplitudo besar menyebabkan tekanan akustik yang membuat gendang telinga dan tulang pendengaran bekerja keras. Sehingga dapat mengakibatkan kelelahan pendengaran, dan lama-kelamaan akan menjadi kerusakan permanen. Gelombang berfrekuensi rendah (bass) bahkan dapat menimbulkan resonansi pada tubuh, memicu rasa tidak nyaman di dada dan kepala, serta meningkatkan stres psikologis karena otak terus menerima sinyal getaran berulang. Dari fenomena tersebut merupakan pendekatan fisika energi yaitu I = P/A dimana semakin besar  daya bunyi (P) dan semakin kecil area penyebaran (A), semakin tinggi intensitas (I). Inilah sebabnya suara di depan speaker terasa jauh lebih kuat dibanding di kejauhan.
Kebisingan bisa menjadi hiburan, namun juga bisa menjadi gangguan jika melewati batas. Fenomena sound horeg bisa tetap dinikmati tanpa menimbulkan efek negatif jika diatur dengan bijak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: