Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Si Paling Anti Korupsi Ganjar Pranowo

9 Desember 2022   15:54 Diperbarui: 9 Desember 2022   15:59 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Humas Jateng

Rasa penasaran terlihat di wajah tanteku tatkala memergoki anak sulungnya mengantongi coklat yang lebih banyak dari adiknya. Padahal coklat pemberian sang nenek harusnya dibagi rata dengan sang adik.

Tapi perintah sang nenek tidak dilaksanakan oleh sang cucu. Si adik yang belum tahu kebenarannya tidak mengeluarkan aksi protesnya. Pikir bocah berumur 4 tahun itu, si kakak sudah memberinya jatah coklat pemberian sang nenek.

"Akukan lebih gedhe dari adik, jadi bagianku lebih banyak" alasan si sulung berumur 7 tahun itu. Tanteku hanya tersenyum sambil menggiring sang anak duduk di sebuah sofa ruang tamu.

Tindakannya itu tidak lepas dari pandanganku yang masih menyibukkan diri dengan ponsel. Ia menasehati sang anak dengan penuh pengertian.

Adil memang tidak harus sama, tapi amanat dari pemberi coklat itu adil dalam artian sama rata. Tanpa melihat posisi dua cucunya, mana yang gedhe dan mana yang masih kecil.

Jika si sulung dibiarkan atau justru dibenarkan, maka orang dewasa macam kita ini secara tidak langsung membiarkannya melakukan praktik korupsi. Jadilah bibit koruptor sejak dini. Sepele memang tapi dampak besarnya akan terjadi nanti ketika dia dewasa.

Bisa saja hal serupa dilakukannya di tempat kerja, atau di lain tempat yang memiliki potensi untuk mencurangi banyak orang. No, stop it. Hentikan kebiasaan buruk itu dari sekarang, jika tidak ingin tikus-tikus berdasi berkembang biak di negara ini.

Mengendalikan perbuatan korupsi yang sudah jadi budaya negara ini mengingatkanku dengan Ganjar Pranowo yang amat sensi dengan perbuatan haram itu.

Kegetolannya dengan tindak pidana itu terlihat dari aksi meledakkan emosinya saat menangkap pelaku penyimpangan dalam birokrasi pemerintahan.

Kemarahannya semakin menjadi tatkala, para pelaku hanya plenthas-plenthus ketika dimintai penjelasan. Kesalahan fatal itu, yang membuat Ganjar semakin geram.

Harus diberi pelajaran, harus disikapi dengan tegas, benak gubernur berambut putih itu terus memburu. Semua hal ia lakukan untuk membuat pelaku jera.

Dari mempermalukan dengan mengunggah di media sosial, menyebarluaskan kebobrokan mereka yang menipu rakyat, hingga bisa berdampak ke pemecatan secara tidak hormat. Cara yang terakhirlah yang kerap menjadi kendala dari sosok jangkung itu.

Dia bukan gubernur DKI Jakarta yang memiliki wewenang luas memecat siapa saja bawahannya yang pantas disingkirkan. Jalannya mencari keadilan untuk rakyat memang masih terkendala. Tapi hal itu tidak memudarkan rencananya memutihkan Jateng dari para bedebah sialan itu.

Dalam usahanya, ia terus membuat program-program yang mengoptimalkan pencegahan praktik korupsi. Di zaman yang sudah kaya akan teknologi ini, Ganjar memaksimalkan kecanggihan teknologi dengan sistem digitalisasi untuk memantau bagaimana kinerja jajarannya.

Jika alarm berbunyi, ia tak segan-segan untuk segera bergegas mengambil tindakan untuk mereka. Suhunya Jateng itu akan mengerahkan segala cara untuk menggagalkan aksi kotor yang mereka jalankan.

Di setiap kesempatannya berbicara di ruang publik, ia terus menyampaikan apa yang menjadi keresahannya terhadap tingkah tak tau diri para koruptor itu.

Mereka sudah dapat fasilitas kerja yang nyaman, gaji yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Tapi kenapa mereka masih menginginkan yang lebih dari jatah yang diberi negara? Ya itulah godaan, nafsu setan terus berputar di menguasai diri mereka.

Mereka terjerat dengan rasa tamak. Memang benar praktik haram itu terus merayu siapapun mereka. Dihadapkan dengan duit bergepok-gepok dan menawarkan harta yang bergelimang, siapa sih yang tidak lemah iman?

Banyak, tapi nyatanya masih ada yang kuat imannya. Di tengah hingar-bingar kemewahan dan kemegahan, dia bisa mengendalikan nafsunya. Rakyat yang terus muncul dalam benaknya. Pertanggungjawabannya tidak hanya dituntut di dunia, tapi juga nanti ketika sudah berpindah alam.

Jadi kalau para pejabat berani melangkah untuk melakukan keserakahan, itu tandanya dia tidak bisa mengendalikan nafsunya. Atau mungkin saja praktik korupsi memang sudah menjadi kebiasaan dari kecil.

Ya, kasusnya seperti sepupu kecilku tadi yang memiliki bibit korupsi dari dini. Yang seperti itulah patut diwaspadai. Dari situlah Ganjar Pranowo kembali menggencarkan programnya untuk menciptakan generasi muda yang bersih.

Kebersihan generasi penerus bangsa dari budaya korupsi harus diterapkan dari kecil. Inisiasi kurikulum anti-korupsi tercetus darinya. Pendidikan dini memang akan mengakar lebih dalam pada diri seseorang.

Sehingga kebiasaan itu akan berlangsung hingga mereka dewasa nanti. Mereka para generasi akan berpikir berulang-ulang jika diberi tawaran yang menggiurkan sekaligus menyesatkan langkah mereka itu.

Hati kecil mereka juga akan meronta-ronta jika si empu akan melakukan tindak pidana yang menjadi penyebab banyak kerugian. Ia akan terus membisiki tuannya keras-keras.

"Masak kamu mau mengkhianati gurumu?, mereka sudah susah payah membentukmu jadi seperti saat ini. Jangan sekali-kali terjerumus di kubangan kotor itu!" Seperti itulah kira-kira bujuk rayuan dari lubuk hati terdalam.

Kurikulum anti-korupsi dan anti-gratifikasi itulah yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan di Jawa Tengah.

Mereka akan selalu diingatkan untuk berbuat jujur, tidak mudah menerima hadiah atas sesuatu yang tidak jelas tujuannya, atau justru tujuannya itu untuk suatu hal yang menyimpang.

Dari hal kecil hingga besar yang krusial perihal tindak pidana korupsi akan terus disisipkan dalam mata pelajaran mereka.

Sedetail itu sang gubernur merancang wacana untuk memerangi korupsi. Ia tak akan membiarkan celah kecil dimanfaatkan tikus-tikus berdasi itu untuk menggali lubang demi melancarkan aksinya. Tak heran dia menjadi target kebencian banyak pihak.

Hanya karena Ganjar tidak mau mengiyakan aksi-aksi mereka, para bedebah itu melabelinya sebagai musuh sekaligus perusak rencana mereka. Tak masalah, justru dia senang dengan label yang mereka tempelkan pada dirinya.

Artinya dia berhasil, mencegah perbuatan kotor mereka, menghancurkan tatanan rencana yang telah disusun sedemikian rupa. Yang ada di bayangan Ganjar itu, kok iya mereka tega sekali melakukan ini kepada rakyat.

Rakyat kesusahan mengais rezeki, banting tulang untuk memenuhi kebutuhan. Tapi hak yang seharusnya diterima rakyat dibabat oleh para bedebah itu. Yang seperti itulah, yang kerap disebut mereka "yang miskin tambah miskin, yang kaya tambah kaya".

Selama dua periode kepemimpinannya, suhunya Jateng itu selalu menerapkan keterbukaan dalam semua bidang sekaligus administrasinya. Ia ingin rakyat memantau gerak-gerik jajaran perwakilannya ini dalam bekerja.

Tidak ingin ia tutupi kebobrokan bawahan atau jajarannya yang melakukan kecurangan. Ia akan membeberkan baik-buruk jajarannya dalam bekerja. Terus menggembleng kawan-kawannya untuk mengerjakan tugas sesuai prosedur yang berlaku juga menjadi kewajibannya.

Tak heran dari banyaknya upaya-upaya yang dilakukan Ganjar ini menjadi sebuah prestasi selama kepemimpinannya. Penghargaan satu persatu diarahkan untuknya dan provinsi yang ia komandoi.

Dari tingkat kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara (LHKPN), Jateng berturut-turut mendapat penghargaaan dari KPK. Presentase ASN dan para pejabat lain dalam mengisi LHKPN berhasil mencapai 100%.

Belum lagi program anti-korupsi dan anti-gratifikasi yang dicanangkan gubernur satu itu terus mengundang banyak apresiasi dari KPK. Kesanteran program Ganjar itu pun sampai di telinga para investor.

Mereka berbondong-bondong menghampiri provinsi padat penduduk itu untuk mengajak kerja sama. Bukan hanya kecepatan dan kebersihan, tapi juga karena inovasi tanpa batas sang gubernur yang membuat mereka lari untuk berinvestasi.

Pencapaian Ganjar dalam memerangi kubangan kotor itu tidak lepas dari peran besar keluarganya. Sang istri, Siti Atikoh, terus membeberkan bagaimana komitmennya dan sang suami untuk terus membudidayakan anti korupsi dan anti gratifikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ranah pencegahan korupsi dan gratifikasi adalah keluarga, hal itu dipaparkannya dalam suatu acara. Dalam setiap langkahnya itulah yang menentukan keberhasilan sang suami.

Ia tidak akan membiarkan oknum-oknum di luar sana memperalat posisinya untuk menstimulus tindak korupsi. Lewat perilaku kecil seperti halnya tidak minta gratisan melainkan membeli dagangan UMKM saat kunjungan, menjadi percontohan bagi orang-orang di sekitarnya.

Atikoh terus mendukung gerak Ganjar untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, menciptakan lingkungan bersih di provinsi padat penduduk ini.

Di hari anti korupsi sedunia inilah menjadi momentum yang sangat pas untuk terus mendukung segala langkah gubernur berambut putih itu untuk memerangi semua bentuk korupsi yang berputar di lingkungan kita.

Menanam bibit anti-korupsi dari sekarang, untuk menciptakan generasi putih demi menyongsong masa depan negara. Ya, dengan program penuh inovasi milik Ganjar, salah satunya mendidik anak perihal tindakan anti korupsi dan anti gratifikasi sejak dini.

Bayangkan jika program itu berhasil direalisasikan di Jateng, maka selanjutnya yang menjadi target bukan lagi satu provinsi padat penduduk itu saja tapi juga seluruh provinsi di negara ini.

Ikhtiar itu harus terus dilakukan, karena ini adalah gebrakan yang harus terus digaungkan. Suatu perubahan yang dinamis dalam metodenya, dengan pemimpin berambut putih itu cara-cara jitu menggilas para bedebah sialan akan terus berlangsung.

Kitapun generasi muda harus sadar dan mawas diri dari sekarang. Masak mau begini-begini saja dibodohi para koruptor. Harus melek dengan kondisi yang ada.

Jangan seperti mereka yang punya kepintaran hanya untuk menipu rakyat. Kitalah generasi putih yang akan membabat habis mereka para tikus-tikus berdasi. Jadi kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi?

Bersama Ganjar Pranowo, generasi putih akan menjalar di seantero negeri ini. Mereka biang kerok yang merugikan semua elemen negara akan disikat habis !!!

Nikmatul Sugiyarto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun