Halo,,Namaku Nikmatul Mukarromah anak terakhir atau lebih tepatnya sering di sebut anak bungsu dari 4 bersaudara. Aku lahir pada tanggal 02 Desember 2005 dari pasangan bapak nawawi dan ibu saudah. sejak lahir, aku di rawat dengan penuh kasih sayang. walaupun pada saat kelahiranku kedua orang tua ku mengalami ujian berat berupa kebangkrutan. Â Akan tetapi beliau tidak pernah menyerah, beliau selalu berusaha dan berikhtiar demi anak-anaknya.Â
Kisah kebangkrutan itu menjadi salah satu titik balik yang berharga bagi keluargaku. Bayangkan, tepat ketika seorang bayi lahir, kondisi ekonomi keluarga justru terpuruk. Namun, dengan kegigihan, doa, dan semangat pantang menyerah, kedua orang tuaku mampu bangkit. Perlahan tapi pasti, beliau bisa membangun kembali usahanya hingga kehidupan keluarga kami menjadi lebih stabil. Dari kisah inilah aku belajar tantang arti perjuangan, kesabaran, dan semangat tidak menyerah dalam menghadapi ujian hidup.
Masa kecilku penuh dengan kenangan indah. Salah satunya pengalaman berharga adalah ketika aku mulai belajar mengaji di mushollah dekat rumah. Kedua orang tuaku sangat menekankan pentingnya pendidikan agama sejak dini. Di mushollah itu aku belajar mengenal huruf hijaiyah, membaca Al-Qur'an, membaca kitab sullam safina, memahami kitab amtsilati, dan memahami dasar-dasar ibadah. Walaupun saat itu aku masih kecil, kebiasaan itu melekat hingga sekarang menjadi fondasi penting dalam hidupku.
Ketika usiaku menginjak empat tahun, aku mulai bersekolah di PAUD AL-Azhar. Di sana aku belajar mengenal huruf, angka, dan berbagai keterampilan dasar. Setelah lulus, aku melanjutkan ke TK Merah Delima Umbul, Aku sekolah disini ikut kakak ku yang nomer dua. Masa TK adalah masa bermain sambil belajar yang penuh warna, di man aku mulai belajar sosialisasi dengan teman sebaya.
Setelah lulus dari TK, aku melanjutkan pendidikan dasar di MI Miftahul Ulum Randuagung. Di madrasah itu, aku belajar banyak hal, baik pelajaran umum maupun agama. Guru-guru disana tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai moral dan akhlak.
Setelah lulus dari MI, aku langsung melanjutkan pendidikan di pondok pesantren kyai syarifuddin. Di sana aku menjalani kehidupan sebagai santri sejak tingkat MTs hingga sekarang menjadi mahasiswa. Menjadi santri bukanlah hal yang mudah. Aku harus belajar membagi waktu antara pelajaran formal di sekolah dengan kewajiban belajar kitab kuning, mengaji, dan mengikuti berbagai kegiatan pesantren.
Namun, justru dari pesantren aku belajar tentang arti kemandirian, kedisiplinan, dan kebersamaan. Hidup di tengah ratusan santri dengan latar belakang yang berbeda mengajarkanku cara menghargai orang lain, beradaptasi, serta bekerja sama. Suasana pesantren yang penuh dengan nilai religius membuatkan merasa tenang sekaligus termotivasi untuk terus memperbaiki diri.
Selain itu, pengalaman mondok membuatku semakin mencintai ilmu agama. Aku belajar bahwa menuntut ilmu bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bekal mengabdi kepada masyarakat. Harapanku, kelak aku bisa menjadi seseorang yang tidak hanya memiliki wawasan akademik, tetapi juga kuat dalam nilai spiritualdan moral.
Saat ini, aku menjalani dua peran sekaligus yakni sebagai mahasiswa di universitas islam syarifuddin dan sebagai santri aktif di pondok pesantren kyai syarifuddin dalem timur. Menjalani dua peran ini memang menantang, tetapi juga sangat berharga. Di kampus, aku belajar berbagai teori dan ilmu komunikasi yang modern, sedangkan di pesantren aku mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Membagi waktu antara kuliah dan kewajiban pesantren mengajarkanku tentang manajemen waktu. Ada kalanya aku merasa lelah, tetapi aku percaya usaha tidak akan menghianati hasil. Setiap kesulitan adalah bagian dari proses yang akan membuatku lebih kuat dan matang.
Hari-hariku cukup padat dengan kegiatan belajar, Di siang hari, aku biasanya mengikuti perkuliahan di kampus. Setelah selesai kuliah, aku kembali ke pesantren untuk mengikuti jadwal rutin seperti piket, mengaji kitab, belajar bersama dan mengikuti ibadah sholat berjamaah. Malam hari biasanya kuhabiskan untuk mengulang pelajaran, menulis catatan, dan membuat hafalan untuk setoran pagi harinya.