Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tegar

31 Juli 2020   21:31 Diperbarui: 31 Juli 2020   21:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Harusnya aku telah mampu
Berdiri setegak karang
Ombak besar menghantam
Tak bergeser sejengkalpun
Asin air laut seakan menyatu
Bershabat dengan batu yang sekian masa dihantam dan dihancurkannya

Harusnya aku menjadi kokoh
Sekokoh pohon mangga di halaman sempit kita
Pohon mangga yang dulu kecil tiada daya
Menumbuhkan daun serasa enggan
Kini berbuah lebah dan tak bergerak meski deru bayu agustus nan kencang menerpanya

Ternyata pagi ini
Terkulai seluruh rindu di rasaku
Tegakku menjadi luruh bersimpuh
Melipat erat hati dan mata
Menahan kuat derai yang tak terbendung

Maaf,
Aku harus berbohong padamu dewi kecilku
Lelaki pusat mimpimu itu memang PERGI
Tidak sedang mengais nafkah seperti tulisku
Namun, sosok itu menghilangkan dirinya bersama sebuah kisah yang lebih seru dan merdu

Maafkan, ibu
Tak mampu menjaganya buat mu
Hingga kau kehilangan derai tawa dan kegembiraannya

Maafkan ibu,
Jika pagi ini menjawab tugasmu dengan sebongkah kebohongan
Karena belum saatnya kau mengerti
Betapa cinta itu memiliki dua sisi tajam
Satu sisi menyenangkan, di sisi lain menyakitkan

Maafkan ibu,
Jika pagi ini menerbangkan lagi air mata untuk cinta dan setia kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun