Mohon tunggu...
Niken Djokosuratno Suratman
Niken Djokosuratno Suratman Mohon Tunggu... Editor - Just me

Bekal menjadi seorang profesional diawali dengan mendengarkan dan belajar....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matahari yang Menangis

12 Oktober 2021   17:30 Diperbarui: 12 Oktober 2021   17:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari terlalu lelah hari ini.

Mungkin kemarin ia terlampau terik hingga banyak mengeluhkan panasnya.

Waktu ia muram dan mendung menyamarkannya, semua orang mencacinya karena ia sembunyi.

Apa mereka tak sadar bahkan matahari yang tangguh sekalipun, kadang punya hati yang rapuh...

Mendungku di langitku ini, membuatku berdebar menanti detik-detik untuk kembali pulang.

Was-was tersiram air matanya yang telah tak terbendung lagi.

Mungkin ia sudah menahannya terlampau lama. 

Mungkin hatinya sudah menua...

Hanya air mata yang membuatnya lebih baik... lebih lapang...

01/ 03/2018 16:25

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun