Alma adalah seorang anak SMA kelas 10 yatim-piatu, yang dikenal bandel tapi pintar. Nilai-nilainya tinggi, tapi kelakuannya sering membuat guru-guru geleng kepala. Salah satu kebiasaannya yang paling dibenci oleh beberapa guru adalah caranya membuang botol plastik sembarangan. Bukan di tempat sampah yang benar, tapi di loker meja, di pot tanaman, bahkan di tempat sampah organik. Sudah lebih dari satu semester ia melakukan itu tanpa peduli. Tidak heran, Alma sendiri lebih suka membeli botol plastik kemasan daripada membawa botol minum sendiri dari rumah.
Suatu pagi, ketika Alma terbangun, ia mendapati sesuatu yang aneh di sampingnya. Sebuah botol plastik kosong. Tidak ada yang aneh dengan botol itu, kecuali satu hal, ada tulisan di badan botolnya.
"Aku akan terus menghantuimu sampai kamu sadar."
Alma mengernyit. Ia menatap botol itu sebentar, lalu mengangkat bahu. "Pasti kerjaan orang iseng, gabut banget naruh sampah di kamarku." gumamnya. Tanpa pikir panjang, ia melempar botol itu keluar jendela kamarnya.
Namun keanehan itu tak berhenti di situ. Keesokan paginya, ia menemukan botol lain dengan tulisan yang sama di samping tempat tidurnya. Ia membuangnya ke luar jendela lagi begitu saja. Tapi besoknya, botol yang sama muncul lagi. Dan besoknya lagi. Dan besoknya lagi. Alma mulai merasa ada yang tidak beres dan merasa panik. Ia mencoba mengabaikan, tetapi semakin ia mengabaikan, semakin botol itu muncul di tempat-tempat yang lebih aneh. Di dalam tasnya, di lemari bajunya, bahkan di kantong jaket yang baru saja dicuci. Alma mulai gelisah karena nasibnya selalu sama, bertemu dengan botol dan tulisan yang sama.
Sampai suatu malam, karena merasa kelelahan akan segala hal yang telah terjadi, ia mengalami mimpi aneh.
Dalam mimpinya, ia berada di sebuah kerajaan aneh yang penuh dengan botol plastik. Gunung-gunung dari botol, sungai yang mengalirkan cairan bening dari dalam botol bekas, dan langit yang dipenuhi awan berbentuk botol.
Sebelum sempat memahami apa yang terjadi, ia ditarik kasar oleh dua penjaga berbentuk botol besar dengan mata tajam. Ia dibawa ke hadapan seorang raja dengan tubuh besar, berbentuk botol plastik raksasa. Mahkota raja itu terbuat dari tutup botol yang bertumpuk-tumpuk.
"Alma," suara sang Raja Botol Plastik menggema. "Perlakukanlah kami sebagaimana mestinya."
Alma terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa.
Tiba-tiba, salah satu penjaga memukulnya, dan seketika ia terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal.
Ia duduk di tempat tidur, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia menoleh ke samping. Di sana, di tempat yang sama seperti sebelumnya, ada botol plastik dengan tulisan yang sama.
Kali ini, Alma tidak melemparnya keluar jendela seperti biasanya. Dengan tangan gemetar, ia mengambil botol itu, bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan ke luar rumah.
Di halaman rumahnya, ia menemukan tempat sampah khusus untuk botol plastik yang selama ini tidak pernah ia hiraukan. Ia membuka tutupnya, memasukkan botol itu ke dalamnya, lalu menarik napas dalam-dalam.
Sejak saat itu, botol plastik misterius itu tidak pernah muncul lagi, dan Alma berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuang sampah botol plastik sembarangan. Namun hingga kini, satu hal masih menjadi misteri bagi Alma. Tidak ada yang tahu dan pernah tahu, seseorang yang selama ini meletakkan botol-botol itu di sampingnya setiap malam.
Cornelius Vincent Simanjuntak, Nicolas Marestiano Parvanova (Siswa SMA Kolese De Britto, Yogyakarta)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI