Mohon tunggu...
Nicholas Bunkharisma
Nicholas Bunkharisma Mohon Tunggu... Blogger

Menulis seputar pembangunan, urbanisme, transportasi massal, dan isu-isu sosial. Hanya ingin berbagi hal-hal yang saya sukai dan minati.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Beragam Isu di Sepanjang Rute KRL Tangerang-Duri 2025

7 Agustus 2025   17:26 Diperbarui: 7 Agustus 2025   19:51 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai warga Tangerang yang bekerja di kawasan Jakarta Selatan, saya sering menggunakan Commuter Line rute Tangerang. Moda transportasi ini menjadi pilihan paling efisien, baik dari segi waktu maupun biaya, jika dibandingkan dengan transportasi umum lainnya maupun kendaraan pribadi.

Selain waktu tempuh yang relatif bisa diprediksi, perubahan operasional seperti peningkatan batas kecepatan (taspat) dan penambahan jumlah rangkaian di lintas Tangerang turut meningkatkan kenyamanan perjalanan bagi para pengguna KRL.

Namun, masih ada sejumlah hal yang menjadi perhatian para komuter di lintas Tangerang. Dalam artikel ini, saya akan membahas lintas Tangerang, mulai dari headway KRL, banyaknya perlintasan sebidang, hingga Stasiun Duri sebagai stasiun transit.

Tentang KRL Lintas Tangerang

Rute KRL Duri--Tangerang, yang juga dikenal sebagai Brown Line, merupakan jalur yang menghubungkan Kota Tangerang dengan Jakarta Barat. Lintas ini dilayani oleh Commuter Line dan KA Bandara Soekarno-Hatta (Basoetta). Untuk pembahasan lengkap mengenai lintas ini, termasuk sejarahnya, baca selengkapnya di Wikipedia.

Per Agustus 2025, seluruh rangkaian KRL Duri--Tangerang sudah menggunakan formasi 10 SF (stamformasi). SF merujuk pada jumlah gerbong dalam satu rangkaian kereta, yang umumnya terdiri dari 6 SF, 8 SF, 10 SF, dan 12 SF.

Dilansir dari detikfinance, lintas Tangerang sempat menggunakan formasi 12 SF pada tahun 2018. Namun, seiring waktu, beberapa rangkaian KRL dipensiunkan dan terjadi redistribusi armada karena kepadatan di lintas lain, sehingga formasi di lintas Tangerang dikembalikan menjadi 8 SF dan 10 SF.

Waktu tunggu (headway) KRL Duri--Tangerang pada jam sibuk berkisar antara 10 hingga 15 menit sekali. Sementara di luar jam sibuk, KRL beroperasi setiap 30 menit. Hingga saat ini, belum tersedia data resmi mengenai rata-rata jumlah penumpang harian di lintas Tangerang per 2025.

Namun, berdasarkan pengamatan saya, mayoritas penumpang yang menuju Stasiun Duri berasal dari Stasiun Tangerang, Poris, Kalideres, dan Rawa Buaya, kemudian mayoritas turun di Pesing, Grogol, dan Duri. Sebaliknya, untuk arah menuju Tangerang, penumpang banyak naik dari Stasiun Duri, Grogol, dan Pesing, lalu banyak turun di Stasiun Rawa Buaya, Kalideres, Poris, dan Tangerang.

Upaya peningkatan frekuensi perjalanan harian di lintas Tangerang tampaknya cukup sulit, karena banyaknya perlintasan sebidang di sepanjang jalur. Terdapat total sembilan perlintasan sebidang dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi sepanjang jalur ini, yaitu perlintasan Grogol, Pesing, Jalan Panjang, Bojong Indah, Rawa Buaya, Kalideres, Poris, Tanah Tinggi, dan Tangerang.

Seluruhnya berada di ruas jalan dengan volume kendaraan harian yang tinggi, sehingga penambahan jadwal perjalanan KRL berisiko memperparah kemacetan, serta meningkatkan potensi gangguan atau kecelakaan.

Perlintasan Sebidang di Sepanjang Jalur Duri--Tangerang

Berikut adalah foto perlintasan di sepanjang lintas Tangerang:

1. Perlintasan dengan kategori trafik harian tinggi

Google Maps
Google Maps

2. Perlintasan dengan kategori trafik harian sedang

Google Maps
Google Maps

3. Perlintasan tanpa palang pintu atau dijaga secara sukarela oleh warga setempat

Google Maps
Google Maps

Jalur KRL Tangerang memiliki total panjang lintasan 19,2 km dan terdapat 23 perlintasan sebidang (belum termasuk perlintasan ilegal).

Beberapa perlintasan, seperti di jalan Alas Tua, yang dikenal warga sekitar sebagai perlintasan Warung Pojok, hingga kini belum memiliki palang pintu resmi dari KAI dan masih dijaga sukarela oleh warga sekitar.

Padahal, jalan tersebut merupakan akses penting bagi warga Poris dan sekitarnya untuk menuju Jalan Daan Mogot maupun sebaliknya, sekaligus menjadi jalan alternatif untuk menghindari kemacetan di perlintasan Poris dan Kalideres.

Sepanjang jalur lintasan ini, kemacetan rutin terjadi di setiap perlintasan. Selain itu, kecelakaan juga sering terjadi, mulai dari pejalan kaki tertabrak, kendaraan tersangkut di rel, hingga bunuh diri.

Canva
Canva

Semua lokasi insiden tersebut tersebar merata di berbagai titik sepanjang jalur Tangerang, seperti perlintasan Grogol, Pesing, Jembatan Gantung, Bojong Indah, Kalideres, Poris, dan Tanah Tinggi.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian bersama, tidak hanya bagi KAI, tetapi juga masyarakat yang melintas. Masyarakat wajib memahami dan mematuhi aturan saat melintasi perlintasan kereta api demi keselamatan bersama.

Apakah Stasiun Duri Layak Menjadi Stasiun Transit?

Pinterest
Pinterest

Sebagai warga Tangerang yang rutin menggunakan KRL, tentu sudah tidak asing dengan Stasiun Transit Duri. Stasiun Duri terletak di daerah Jembatan Besi, Jakarta Barat.

Berbeda dengan stasiun transit lainnya, akses menuju Stasiun Duri terbilang cukup rumit, mirip dengan Stasiun Kampung Bandan yang jalannya sempit dan macet saat jam sibuk.

Masalah utama yang kerap dirasakan warga Tangerang saat transit di Stasiun Duri adalah akses pindah peron. Setelah selesai direnovasi pada tahun 2018, terdapat perubahan pola transit penumpang.

kompas.com
kompas.com

Peron jalur 5 (menuju Tangerang) memiliki tiga akses bagi penumpang untuk berpindah peron, yaitu tangga manual dua arah, lift, dan eskalator dua arah. Hal yang sama juga berlaku pada peron jalur 1 (menuju Angke--Kampung Bandan) dan jalur 2 (menuju Tanah Abang--Manggarai), yang masing-masing memiliki tangga manual, lift, dan eskalator dengan akses dua arah. Namun, tak jarang fasilitas seperti eskalator dan lift tidak beroperasi karena dalam masa perbaikan.

Pertanyaannya, apakah akses yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan transit harian? Jawabannya tentu tidak.

Area tangga manual sering kali menjadi titik chaos, terutama saat KRL di jalur 5 dan jalur 1 tiba bersamaan. Akibatnya, akses naik dan turun menjadi sangat terbatas karena harus digunakan bersama oleh penumpang transit lainnya.

Hal yang paling disorot dari semua ini adalah kapasitas dan kenyamanan saat transit di Stasiun Duri. Dengan fasilitas yang ada saat ini, beban Stasiun Duri dalam melayani penumpang transit harian atau pada masa liburan tergolong sangat berat.

Akibatnya bisa sampai mempengaruhi kesehatan mental serta produktivitas para komuter.

Bahkan beberapa akun media sosial yang merasakan hal serupa saat transit di Stasiun Duri menyebut bahwa stasiun ini tidak layak dijadikan sebagai stasiun transit.

Mereka juga menilai bahwa perancangan Stasiun Duri kurang memperhatikan peningkatan jumlah pengguna KRL untuk beberapa tahun mendatang, sehingga masalah ini baru mulai dirasakan sekarang.

Padahal, jika ingin mendorong masyarakat beralih ke transportasi publik, aspek kenyamanan, fasilitas, dan ketepatan waktu seharusnya menjadi perhatian utama.

Rencana Pengembangan dan Renovasi Stasiun Duri

Pada Juli 2025, KCI mengusulkan revitalisasi stasiun Duri Ke DJKA. Informasi ini dikabarkan setelah revitalisasi Stasiun Manggarai, Tanah Abang, dan Rangkasbitung selesai, Stasiun Duri akan menjadi proyek berikutnya.

Namun, melihat kondisi dan area sekitar stasiun saat ini, perluasan Stasiun Duri tampaknya akan sulit dilakukan karena kawasan sekitarnya sudah padat penduduk.

Pertanyaan pun muncul:

  • Apakah nantinya akan ada perubahan pola transit di peron?

  • Apakah area stasiun akan diperluas?

  • Apakah akan ditambah akses baru seperti tangga, eskalator, atau bahkan perlintasan menyeberang seperti di Stasiun Duri tempo dulu?

  • Dimana letak akses baru itu akan dibangun?

Dengan dukungan tim ahli dari pihak berwenang seperti KCI, KAI, dan DJKA, diharapkan solusi yang diambil tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga mampu menjawab kebutuhan jangka panjang para pengguna KRL.

Warga komuter lintas Tangerang tentu sangat menantikan jawaban serta kabar baik terkait rencana pengembangan ini.

Pernah transit di Stasiun Duri? Share pengalaman kamu di kolom komentar..

Referensi:

Gambar diambil dari:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun