Sebagai warga Tangerang yang rutin menggunakan KRL, tentu sudah tidak asing dengan Stasiun Transit Duri. Stasiun Duri terletak di daerah Jembatan Besi, Jakarta Barat.
Berbeda dengan stasiun transit lainnya, akses menuju Stasiun Duri terbilang cukup rumit, mirip dengan Stasiun Kampung Bandan yang jalannya sempit dan macet saat jam sibuk.
Masalah utama yang kerap dirasakan warga Tangerang saat transit di Stasiun Duri adalah akses pindah peron. Setelah selesai direnovasi pada tahun 2018, terdapat perubahan pola transit penumpang.
Peron jalur 5 (menuju Tangerang) memiliki tiga akses bagi penumpang untuk berpindah peron, yaitu tangga manual dua arah, lift, dan eskalator dua arah. Hal yang sama juga berlaku pada peron jalur 1 (menuju Angke--Kampung Bandan) dan jalur 2 (menuju Tanah Abang--Manggarai), yang masing-masing memiliki tangga manual, lift, dan eskalator dengan akses dua arah. Namun, tak jarang fasilitas seperti eskalator dan lift tidak beroperasi karena dalam masa perbaikan.
Pertanyaannya, apakah akses yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan transit harian? Jawabannya tentu tidak.
Area tangga manual sering kali menjadi titik chaos, terutama saat KRL di jalur 5 dan jalur 1 tiba bersamaan. Akibatnya, akses naik dan turun menjadi sangat terbatas karena harus digunakan bersama oleh penumpang transit lainnya.
Hal yang paling disorot dari semua ini adalah kapasitas dan kenyamanan saat transit di Stasiun Duri. Dengan fasilitas yang ada saat ini, beban Stasiun Duri dalam melayani penumpang transit harian atau pada masa liburan tergolong sangat berat.
Akibatnya bisa sampai mempengaruhi kesehatan mental serta produktivitas para komuter.
Bahkan beberapa akun media sosial yang merasakan hal serupa saat transit di Stasiun Duri menyebut bahwa stasiun ini tidak layak dijadikan sebagai stasiun transit.