Mohon tunggu...
Nia Yuliani
Nia Yuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal

Flowers addict

Selanjutnya

Tutup

Music

Tenxi dan "hoRRReg": Saat Hipdut Menjadi Identitas Baru Musik Anak Muda

12 Oktober 2025   10:00 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:34 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artwork album Puting Beliung Tenxi dan Jemsii (Foto: instagram/tenxi___) 

Musik selalu menjadi cerminan zaman. Di tengah derasnya arus globalisasi musik digital, muncul satu nama yang berhasil menarik perhatian generasi muda Indonesia: Tenxi. Melalui lagu terbarunya berjudul "hoRRReg", Tenxi kembali membuktikan bahwa perpaduan hiphop dan dangdut (hipdut) bukan sekadar eksperimen, tetapi bentuk ekspresi budaya anak muda yang berani tampil beda.

Tenxi dan Tren Hipdut yang Terus Berkembang

Setelah sukses dengan Garam & Madu (Sakit Dadaku) dan Mejikuhibiniu, Tenxi merilis "hoRRReg" pada 29 Agustus 2025 sebagai penutup dari album Puting Beliung. Lagu ini berkolaborasi dengan Jemsii dan Naufal Syachreza, dua musisi muda yang juga dikenal di ranah hiphop.

Secara musikal, "hoRRReg" menghadirkan beat trap modern dengan nuansa dangdut yang energik. Tak butuh waktu lama, lagu ini ramai digunakan di TikTok dan Spotify, bahkan berhasil menembus trending musik di Indonesia. Fenomena ini mengingatkan kita pada kekuatan musik viral di era digital, di mana platform media sosial menjadi ruang utama penyebaran budaya populer.

Mengapa Anak Muda Jatuh Cinta pada "hoRRReg"?

Bukan hanya karena musiknya yang enak didengar, tapi juga karena "hoRRReg" punya jiwa anak muda yang kuat.

  1. Liriknya simpel dan gaul, dekat dengan bahasa sehari-hari.

  2. Beat-nya enerjik, cocok untuk dance challenge dan konten video pendek.

  3. Representasi identitas anak muda, karena istilah "horeg" sendiri sudah menjadi bagian dari bahasa slang generasi sekarang.

Dalam perspektif teori budaya populer, seperti yang dikemukakan John Fiske, budaya populer lahir dari negosiasi antara selera masyarakat dan kekuatan industri. Tenxi, melalui hipdut, mampu menyeimbangkan keduanya: musiknya tetap punya nilai lokal (dangdut) tapi dikemas modern (hiphop dan trap).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun