Musik selalu menjadi cerminan zaman. Di tengah derasnya arus globalisasi musik digital, muncul satu nama yang berhasil menarik perhatian generasi muda Indonesia: Tenxi. Melalui lagu terbarunya berjudul "hoRRReg", Tenxi kembali membuktikan bahwa perpaduan hiphop dan dangdut (hipdut) bukan sekadar eksperimen, tetapi bentuk ekspresi budaya anak muda yang berani tampil beda.
Tenxi dan Tren Hipdut yang Terus Berkembang
Setelah sukses dengan Garam & Madu (Sakit Dadaku) dan Mejikuhibiniu, Tenxi merilis "hoRRReg" pada 29 Agustus 2025 sebagai penutup dari album Puting Beliung. Lagu ini berkolaborasi dengan Jemsii dan Naufal Syachreza, dua musisi muda yang juga dikenal di ranah hiphop.
Secara musikal, "hoRRReg" menghadirkan beat trap modern dengan nuansa dangdut yang energik. Tak butuh waktu lama, lagu ini ramai digunakan di TikTok dan Spotify, bahkan berhasil menembus trending musik di Indonesia. Fenomena ini mengingatkan kita pada kekuatan musik viral di era digital, di mana platform media sosial menjadi ruang utama penyebaran budaya populer.
Mengapa Anak Muda Jatuh Cinta pada "hoRRReg"?
Bukan hanya karena musiknya yang enak didengar, tapi juga karena "hoRRReg" punya jiwa anak muda yang kuat.
Liriknya simpel dan gaul, dekat dengan bahasa sehari-hari.
Beat-nya enerjik, cocok untuk dance challenge dan konten video pendek.
Representasi identitas anak muda, karena istilah "horeg" sendiri sudah menjadi bagian dari bahasa slang generasi sekarang.
Dalam perspektif teori budaya populer, seperti yang dikemukakan John Fiske, budaya populer lahir dari negosiasi antara selera masyarakat dan kekuatan industri. Tenxi, melalui hipdut, mampu menyeimbangkan keduanya: musiknya tetap punya nilai lokal (dangdut) tapi dikemas modern (hiphop dan trap).