Mohon tunggu...
Siti Kurniati
Siti Kurniati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

menulis, merupakan generasi qurani

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Berita kepada Kawan

22 September 2019   08:35 Diperbarui: 22 September 2019   09:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita kepada Kawan


Satu daun kembali luruh pada suatu pagi, dari ranting yang menari gemulai. Dipungutnya dengan mata yang redup. Diwartakannya sebaris nama pada jagat raya.

Terkesiap, dan harus bersiap. Memantau dan terus memantau, dalam daur waktu empat puluh hari. Tak kan lengah sejengkal pun dari daun yang terpahat sebaris namamu. Ya, namamu.

Nama yang telah tercatat dalam lauhul mahfuz hingga tiba pada pagi itu. Pagi yang telah ditakdirkan, namamu harus kembali ke haribaan-Nya.

Tak ada yang lebih kuasa, hanya Kuasa-Nya. Tak ada yang lebih kasih, selain kasih-Nya. 

Namamu, tinggallah kenangan di hati para pengasihimu.

Bersegeralah menemui-Nya, dalam alam keabadian.

Bandung, 21 Muharram 1441 H/21 September 2019

*Berita kepada Kawan, Ebiet G.  Ade

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun