Mohon tunggu...
Niam At Majha
Niam At Majha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Penulis Lepas dan Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hutan Kota, Taman Kota

4 Januari 2023   10:04 Diperbarui: 4 Januari 2023   10:13 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah salah satu orang yang karyanya amat membingungkan sekali. Bahkan sebagian pembaca tidak mengetahui maksud dan tujuan tentang apa yang saya tulis. Maka dari itu setiap saya menulis penulis senior M Iqbal Dawami selalu dengan telaten mengedit tulisan saya. Meskipun pada akhirnya ia selalu bila hal-hal yang belum jelas akan di atur di kemudian hari.

 

Perintah Kedelapan: Setia pada diri sendiri 

Ini anjuranku untuk penulis muda. Jangan biarkan dirimu dirayu oleh keberhasilan instan atau ilusi keabadian. Kebanyakan buku yang laris musiman bisa dengan lekas tertelan ke dalam bulir-bulir pasir lupa, dan yang penjualannya buruk di saat ini bisa jadi terus terjual di masa depan. Stendhal contoh bagus untuk kedua kasus ini. Anthony Adverse, yang luar biasa laris pada 1933, adalah contoh kasus pertama. Pada tahun itu juga Faulkner menerbitkan buku tak laris yang terus dibaca orang sampai jauh ke depan: Light in August.

Perintah Kesembilan: Kesadaran akan Tradisi dan Kreasi 

Kesadaran bahwa penulis muda harus memiliki tradisi sekaligus kreasi. T.S. Eliot, tentunya, telah menuliskan esai yang definitif tentang tema ini.

Namun demikian izinkan aku membedakan dua landaian. Yang satu adalah posisi sosial penulis di antara masa lalu dan masa depan pada sebuah masa kini yang tidak mengizinkan kita lepas dari iklim politik. Yang ku maksud dengan ini bukanlah keterlibatan wajib (engagement) ala Sartre. Yang ku maksud adalah atas nama pilihan bebas warga negara.

Penulis patuh pada kewajiban sosialnya ini dengan menjaga agar imajinasi dan bahasa terus hidup dalam tulisannya. Bahkan sekalipun bila si penulis tidak punya opini politik, ia menyumbang pada kehidupan kota --polis---berkat pengembaraan imajinasi dan akar bahasa. Tak ada masyarakat bebas tanpa penulis, dan bukan tanpa sebab rezim-rezim totalitarian dengan sigap mencoba membungkam para penulis.

Namun, berdiri di alun-alun umum, sendiri dengan buku notes dan pulpennya (dalam kasusku), atau dengan komputer mereka (seperti kebanyakan penulis zaman ini), penulis memberi nyawa, situasi, daging, dan suara pada pertanyaan besar abadi para laki-laki dan perempuan dalam kelebatan selintas kita di muka bumi.

Apa hubungan antara kebebasan dan suratan takdir? Dengan langkah apa kita dapat membentuk nasib kita sendiri?

Bagian mana dari hidup kita yang bisa beradaptasi pada perubahan dan mana yang pada ketetapan? Dan terakhir, mengapa kita mengidentifikasi diri berdasarkan ketidaktahuan atas apakah kita ini---persatuan jiwa raga? Kita tidak bisa menjawabnya. Tapi kita justru terus menjadi apa yang tidak kita pahami itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun