Mohon tunggu...
Money

Transaksi Non Tunai: Tak Ada Ruginya, Banyak Manfaatnya

11 Juni 2015   11:46 Diperbarui: 4 April 2017   17:23 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, pemegang uang elektronik harus menyetorkan sejumlah dananya kepada penerbit yang selanjutnya dananya tersebut akan disimpan dalam media elektronik (server atau chip). Penyetoran (isi) dapat dilakukan melalui atm, sms, internet maupun melalui smartphone menggunakan fitur NFC. Setelah terisi, uang elektronik dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk bertransaksi pada pedagang atau merchant. Jumlah saldo dalam uang elektronik dapat berkurang dan bertambah sesuai penggunaan. Yang perlu diingat, uang elektronik bukanlah simpanan. Jadi, sejumlah dana yang telah masuk ke dalam chip atau server tidak bisa lagi di-uang-kan kembali. Nah, inilah yang menjadi pembeda e-money dengan kartu debit. Namun pengguna tidak perlu khawatir,  karena uang elektronik tidak memiliki masa berlaku jadi masih bisa digunakan sampai kapanpun.

Berdasarkan medianya, uang elektronik terbagi menjadi dua yaitu Chip-based dan Server-based.  Jika Chip-based nilai uang disimpan dalam media chip dan transaksinya dilakukan secara offline Bank-bank yang menggunakan sistem Chip-based antara lain Bank BRI (Brizzi), Bank BCA (Flazz Card), Bank Mandiri (Mandiri e-Money), dan Bank BNI (BNI Prepaid).  Pada uang elektronik Server-based nilai uang disimpan dalam server dan transaksi dilakukan secara online. Bank yang menggunakan sistem Server-based yaitu CIMB Niaga (Rekening Ponsel) dan Permata Bank (BBM Money).

Apa keuntungan beralih ke non-tunai?

 

  1. Menghemat pengeluaran negara

Transaksi tunai merupakan salah satu faktor pendukung tidak efektinya pengeluaran negara. Yura Djalins, Kepala Divisi Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran BI mengungkapkan bahwa Bank Indonesia (BI) harus mengeluarkan dana sebesar Rp 3 triliun/tahun untuk mengelola uang tunai mulai dari mencetak, menyimpan, mendistribusikan, dan memusnahkan uang.  Selain itu, transaksi menggunakan uang tunai juga dihindari oleh perbankan di Indonesia karena biayanya yang mahal.  Transaksi menggunakan uang tunai memerlukan biaya tambahan untuk penghitungan, pengamanan dan pencatatannya. Hal ini berdampak pada pembengkakan biaya operational perbankan sehingga bank harus menaikkan bunga kredit untuk menambah pemasukannya. Jika kita menggunakan transaksi non tunai untuk segala pembayaran, tentunya kita akan turut membantu menghemat pengeluaran negara.

  1. Transaksi tunai yang merepotkan


Jika bertransaksi tunai,  sebagai pedagang atau penyedia layanan harus menyiapkan uang kembalian yang cukup. Bayangkan, dalam sehari saja Jasa Marga harus menyediakan uang 2M untuk uang kembalian. Untuk menyiapkan uang kembalian ini, juga memakan waktu sehingga membuat transaksi berjalan lama. Tidak hanya itu saja, sebagai pembeli kita juga harus menyiapkan uang pas jika tidak mau ribet. Belum lagi jika kita ingin membeli barang yang harganya relatif mahal, kita harus menyiapkan uang tunai yang jumlahnya tidak sedikit. Tambah ribet lagi kan. Sedangkan membawa uang tunai dengan jumlah besar tidaklah aman dan rawan tindakan kriminalitas.

Namun jika kita menggunakan transaksi non tunai, kita tidak perlu menyiapkan uang pas dan pedagang atau penyedia layanan pun tidak perlu menyiapkan kembalian karena transaksi langsung memotong nominal di dalam chip/server/atm.Transaksi non tunai lebih praktis dan aman karena pembeli tidak perlu membawa uang cash sekalipun harga barang yang dibeli relatif mahal. Maksimum transaksi berbeda tiap bank. Namun rata-rata jumlah nominal maksimum adalah 1-5 juta/transaksi dan 20juta tiap bulannya. Selain itu transaksi pembayaran non-tunai juga lebih cepat bila dibandingkan tunai karena tidak perlu menunggu proses menghitung dan pemberian kembalian.

  1. Lebih higienis

Uang tunai merupakan lembaran atau kepingan uang yang berpindah tangan dari satu orang ke orang lain. Sadar atau tidak sadar, uang tunai itu mengandung kuman dan bakteri tak terlihat karena bisa dipastikan salah satu dari pemegang uang sebelumnya tangannya tidak bersih. Namun jika kita melakukan pembayaran non tunai kita hanya menggunakan kartu yang mana hanya kita saja dan pegawai merchant saja yang memegangnya. Memang bukan berarti menghilangkan kemungkinan kartu yang kita pegang anti-kuman dan bakteri, tapi paling tidak transaksi non tunai mengurangi kemungkinan itu.
  1. Mencegah peredaran uang palsu

Transaksi non tunai juga meminimalisir peredaran uang palsu karena tidak menggunakan uang cash yang mudah dipalsukan atau dilipatgandakan. Jika semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan transaksi non-tunai, tentunya akan memberi angin segar kepada pedagang karena tidak perlu khawatir lagi menerima pembayaran menggunakan uang palsu.

  1. Transaksi tunai rawan salah hitung

Transaksi menggunakan uang tunai rawan terjadi salah hitung. Hal ini berkaiatan dengan kelemahan manusia yang ceroboh dan tidak teliti.  Apalagi jika transaksi melibatkan uang tunai dalam jumlah yang besar. Penerima uang cenderung terburu-buru dalam menghitungnya sehingga ada kemungkinan salah dalam penghitungan.
  1. Lemahnya pencatatan transaksi tunai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun