Mohon tunggu...
Niko Hukulima
Niko Hukulima Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta dan Aktivis Credit Union Pelita Sejahtera

Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan. Berusaha untuk lebih baik hari demi hari.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Atambua-Dili, Sebuah Perjalanan Persaudaraan

24 Mei 2022   10:52 Diperbarui: 4 Januari 2024   22:47 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki pintu gerbang Imigrasi Timor Leste, kami Kembali turun untuk keperluan di kantor imigrasi. Sambil menunggu antrian, kembali saya mendekati seorang polisi penjaga perbatasan yang berpakaian lengkap dengan senjata api. Rasa was-was timbul, jangan-jangan dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Saya sapa saja dalam bahasa dan dia langsung membalas, juga dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya komunikasi menjadi cair melalui cerita-cerita mengapa mereka kini adalah warga negara tetangga kita. Awalnya, mereka adalah warga negara RI yang kemudian memilih menjadi warga Timor Leste dengan segala macam tantangannya. Pesan yang terasa cukup kuat adalah pesan persahabatan. "Sampaikan salam persahabatan kami bagi saudara-saudari kami di Indonesia. Kita tetap bersaudara". Merinding mendengar ucapan ini. Betapa tidak, jika saja tidak terjadi referendum 23 tahun yang lalu, kini kita adalah saudara sebangsa.

Dokumen beres, perjalananpun dilanjutkan. Kurang lebih 4 jam perjalanan dari perbatasan menuju kota Dili. Perjalanan kali ini terasa begitu menyenangkan. Kanan jalan adalah deretan perbukitan, ladang-ladang masyarakat menghampar, kebun-kebun jati sejauh mata memandang, merambat di perbukitan khas pulau Timor. Di kiri jalan adalah pantai dengan pasir putih dan laut biru memanjakan mata. Masyarakan tampak beraktifitas seperti biasa, layaknya di daerah bagian barat pulau Timor.

Pemimpin rombongan kami di bis menyampaikan Informasi rutin tentang tempat-tempat yang kami lewati, memunculkan kembali ingatan akan nama-nama tersebut ketika Timor Timur masih dalam masa pergolakan. Maubara, Liquisa dan beberapa nama lain, adalah kisah-kisah pahit penuh darah dan air mata ketika pergolakan menuju refrendum dan setelahnya. Atambua - Dili, adalah perjalanan mempertemukan dua saudara yang terpisah.

Bis meliuk-liuk dijalanan mulus berkelok. Rumah-rumah penduduk disepanjang jalan dihiasi bendera Timor Leste, melambai-lambai seolah mengucapkan selamat datang saudaraku di bumi Timor Lorosae. Lambaian bendera-bendera tersebut, membuat saya merenung, membayangkan Merah Putih yang hanya berkibar menjelang hari kemerdekaan di Indonesia. Itupun banyak kontroversi, menandakan nasionalisme kita masih penuh tantangan.

Melewati bukit terakhir, kota Dili mulai menampakan diri. Dari kejauhan tampak patung Kristus Raja di bukit Fatumaca, hanya berupa setitik bayangan hitam. Alat-alat berat di kiri jalan memenuhi teluk memasuki Dili, berserak, bergerak, sedang megengerjakan sebuah proyek besar, entalah. Konon, sedang mengerjakan jembatan penghubung antara dua daratan yang menjorok ke laut,  mengapit kota Dili.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri
Keramaian disana-sini menandakan kami telah berada di kota Dili. Pertokoan, perkantoran, rumah-rumah makan dan bangunan-bangunan lain adalah tanda-tanda kehidupan kota. Dalam iringan yang mulai melambat, rombongan bergerak langsung menuju komunitas Yesuit, Taibesi - Dili. Bus-bus masuk kedalam sebuah tanah lapang di depan komunitas Jesuit, lalu rombongan di pandu oleh pimpinan komunitas sekaligus pimpinan SJ Timor Leste, pater Joaquim Sarmento, SJ menyeberang jalan memasuki komunitas. Semua menyebar di sekitar makam pater Karim Arbi berdampingan dengan Alm. Pater Dewanto.  

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Inilah tujuan utama rombongan ini ke Dili, dalam rangkaian acara Rapat Anggota Tahunan Federasi Nasional PUSKOPCUINA. Insan Credit Union yang tergabung di Puskopcuina, yang terdiri dari 46 CU primer, tersebar dari Papua hingga Medan dan Nias, bersatu hati, bersepakat untuk menyisihkan sedikit waktu mengunjungi kota Dili untuk berziarah di makam Pater Karim Arbi, mengenang sekaligus mendoakan inisiator dan pendiri Credit Union di Indonesia ini. Biarawan Yesuit asal Jerman inilah yang berperan aktif menginisiasi dan memperkenalkan koperasi Credit Union di Indonesia. Beliau mengadopsi nama 'Indonesia' dan kemudian menambahkannya sebagai "Karim Arbie" di belakang namanya yang asli Jerman: Albrecht. Romo Albrecht adalah 'orang penting' yang aktif menggalakkan Credit Union (CU),  gerakan koperasi yang kini marak dimana-mana termasuk di Timor Leste.

Dalam sambutan penerimaan yang disampaikan oleh pimpinan Serikat Jesus di Timor Leste, Pater Joaquim Sarmento, SJ, mengatakan; kunjungan luar biasa ini diterima sebagai suatu ungkapan penghormatan dan penghargaan kepada pater Albrecht, yang telah berjasa besar memulai Gerakan Credit Union di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun