Mohon tunggu...
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang remaja umur 18 Tahun yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha, Fakultas Teknik Kejuruan, Jurusan Teknik Informatika dan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Lentera Harmoni": Mahasiswa Undiksha Hadirkan Media Visual Inklusif untuk Pembelajaran Matematika Siswa Tunarungu

2 Oktober 2025   22:13 Diperbarui: 2 Oktober 2025   22:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim PKM-PM Lentera Harmoni Undiksha bersama mitra. Sumber: Dokumentasi Tim.

Tabanan -- Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) menghadirkan program bertajuk "Lentera Harmoni", sebagai bentuk kontribusi nyata dalam mendukung pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa tunarungu di SLBN 1 Tabanan. Program ini berfokus pada pemanfaatan media pembelajaran berbasis visual dan teknologi yang inovatif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.

SLBN 1 Tabanan merupakan lembaga pendidikan yang telah memberikan layanan terbaik bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk siswa tunarungu. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, pihak sekolah secara terbuka menyambut kolaborasi dan inovasi baru. Berdasarkan diskusi bersama guru dan kepala sekolah, tim PKM-PM mencermati adanya kebutuhan untuk memperkaya media pembelajaran visual agar semakin sesuai dengan karakteristik belajar siswa tunarungu, terutama pada materi matematika yang bersifat abstrak.

Menanggapi kebutuhan tersebut, tim PKM-PM yang diketuai oleh Putu Apsari Dewi, bersama anggota Ni Kadek Tina Santika Dewi, Faulia Esty Farin, Gede Ngurah Dananjaya Kajeng, dan I Ketut Agus Raditya Saputra, mengembangkan media Pop-up Ethnomathematics Book berbasis Mixed Reality (MR). Media ini dirancang secara interaktif dan multisensori, memadukan unsur budaya lokal dengan teknologi tiga dimensi yang dapat diakses menggunakan perangkat virtual. Setiap halaman buku menampilkan objek budaya Bali yang dikaitkan dengan konsep geometri ruang, dan dilengkapi dengan barcode yang mengarahkan ke fitur interaktif seperti kuis dan simulasi.

Program "Lentera Harmoni" dilaksanakan melalui empat tahapan utama, yaitu:

Lentera Discussion: Perencanaan bersama dan Focus Group Discussion (FGD) dengan mitra.

Lentera Ready: Pre-test dan edukasi tentang media pembelajaran serta penerbitan Lentera Guide Book.

Lentera Practice: Pelatihan guru dalam pembuatan konten media pop-up dan penggunaan teknologi AR/VR.

Lentera Meaningful: Pelaksanaan authentic assessment dan validasi media serta perencanaan keberlanjutan.

Pendekatan deep meaningful learning menjadi dasar program ini, yang bertujuan menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan, kontekstual, dan membekas. Tim juga melakukan asesmen terhadap pemahaman dan motivasi belajar siswa setelah program berlangsung, serta memberikan pelatihan kepada guru agar media dapat terus dimanfaatkan secara mandiri.

Pengenalan media pembelajaran Pop Up Ethnomathematics book kepada mitra. Sumber: Dokumentasi Tim
Pengenalan media pembelajaran Pop Up Ethnomathematics book kepada mitra. Sumber: Dokumentasi Tim

Program ini mendapatkan dukungan dari SLBN 1 Tabanan, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Disdikpora Kabupaten Tabanan, yang secara aktif berkontribusi dalam pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan. Selain membantu siswa dalam memahami konsep matematika, program ini juga menjadi sarana peningkatan kapasitas guru dalam penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis teknologi.

Penggunaan teknologi Virtual Reality bersama mitra. Sumber: Dokumentasi Tim.
Penggunaan teknologi Virtual Reality bersama mitra. Sumber: Dokumentasi Tim.

Nama "Lentera Harmoni" sendiri mengandung makna filosofis: "lentera" melambangkan cahaya yang menerangi proses pembelajaran siswa tunarungu agar lebih bermakna, sementara "harmoni" mencerminkan perpaduan antara pendekatan budaya lokal melalui etnomatematika dengan teknologi modern berbasis Mixed Reality. Keduanya berpadu menjadi simbol penerangan dan keselarasan dalam proses belajar yang inklusif dan transformatif.

Di bawah bimbingan langsung dari dosen pendamping Bapak I Putu Pasek Suryawan, S.Pd., M.Pd., program ini tidak hanya menjadi wujud nyata kontribusi Undiksha dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi juga menjadi contoh inovasi pembelajaran yang berakar pada budaya lokal dan teknologi. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang bagi pendidikan inklusif dan menjadi model yang dapat direplikasi di SLB lainnya, baik di Bali maupun di daerah lain di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun