Mohon tunggu...
Pak Suka
Pak Suka Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakem Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk 1880-2024

24 Mei 2024   19:24 Diperbarui: 24 Mei 2024   20:09 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bregada jemparing langenastra yaitu sepasukan khusus yang terdiri dari wanita perkasa ahli memainkan senjata panah

Penulis : Sukadi

Tahun 1880, 6 Juni, Minggu Wage bertepatan dengan tanggal 27 Jumadilakhir, Wawu 1809 Angka Jawa, Wuku Kuningan, masa Karolas, Windu Adi, di wilayah Kabupaten Berbek telah terjadi peristiwa bersejarah yang besar. Yaitu perpindahan pejabat (nayakapraja) dan ibukota Kabupaten Berbek ke Kota Nganjuk. Proses pemindahan pejabat dan ibukota ini dilaksanakan sesuai adat Jawa yang berlaku, demi keselamatan semuanya.

Bukti perpindahan pejabat dan ibukota Berbek tersebut ditemukan dalam dokumen salinan surat laporan Residen Kediri Meyer kepada Gubernur Jenderal pada tanggal 8 Juni 1880, dengan nomor surat 3024a/4205.

Landasan perintah memindahkan ibukota Berbek ke Nganjuk Governements besluit van 8 Junij 1875 no. 20. (Surat keputusan pemerintah Hindia Belanda No. 20 tertanggal 8 Juni 1875) yang diterima Bupati Raden Sumowiloyo.

Peristiwa yang populer disebut boyongan tersebut terjadi pada era Bupati Sosrokusumo (III), saat menjabat sebagai Bupati Berbek pada tahun 1878 - 1901. Bupati Sosrokusumo (III) sendiri adalah putra Bupati Berbek Raden Tumenggung Sumowiloyo.


Artinya, pada 144 tahun yang lalu itu, ibukota Kabupaten Berbek yang semula bertempat di Kabupaten Berbek berpindah di Kota Nganjuk. Dengan keluarnya undang-undang No. 310 tahun 1928 tertanggal 9 Agustus 1928 No. 1x yang diundangkan pada 21 Agustus 1928 yang berlaku semenjak 1 Januari 1929 nama kabupaten Berbek yang beribukota di Nganjuk berubah menjadi Kabupaten Nganjuk beribukota di Nganjuk. Hal ini juga ditandai berdirinya Dewan Kabupaten Nganjuk (Regenchapsraad Ngandjoek). Hingga pada tanggal 1 Januari 1929, Kadipaten Berbek lebur menjadi Kabupaten Nganjuk dan beribukota di Nganjuk hingga sekarang.

Untuk selanjutnya, peristiwa boyong nayakapraja dan ibukota Berbek ke Kota Nganjuk ini dirayakan oleh pemerintah Kabupaten Berbek. Seperti ditemukan dalam dokumen berupa foto peringatan Boyong ke 50, pada tahun 1930. Peringatan Boyong ke 50 tahun tersebut dirayakan dengan mengarak replika pendapa Kabupaten Berbek, sejumlah peralatan kantor dan bedug. Perayaan dilakukan dengan jalan kaki, diikuti oleh pejabat Kabupaten Berbek, orang Belanda, warga Tionghoa, dan warga pribumi. Selanjutnya, dimeriahkan dengan berbagai perayaan, seperti mobil hias, kontes ternak sapi, kesenian tradisional, dan lain-lain di seputaran Alun-alun Nganjuk.

Setelah Indonesia merdeka, peringatan Boyong Kabupaten Berbek ke Nganjuk tidak pernah dirayakan.

Baru pada tahun 2023, tepatnya 6 Juni, Pemerintah Daerah Nganjuk merayakan dengan acara meriah. Ini setelah Plt. Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi mengeluarkan surat no 188/200/411.013/2022 tertanggal 17 Juni 2022 tentang penetapan hari boyongan pusat pemerintahan dari Kabupaten Berbek ke Nganjuk.

Perayaan mengadopsi dari data dokumen foto perayaan Boyong Berbek yang ke 50, tahun 1930.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun