Mohon tunggu...
Ngabila Salama
Ngabila Salama Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Sebuah opini dari dr. Ngabila Salama, MKM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta - Sekretaris Umum Organisasi Dokter Alumni SMANDEL Jakarta - Pengurus IDI Wilayah DKI Jakarta - Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI - Ibu tiga anak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cegah Stunting, Cerdaskan Indonesia!

29 Januari 2023   08:40 Diperbarui: 14 Februari 2023   16:10 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof. Damayanti selaku ketua satgas stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia mengingatkan bahwa stunting itu bukan angka semata, tetapi pertanda bahwa anak tersebut harus dikejar pertumbuhannya untuk menyelamatkan kognitifnya. Jadi hitunglah mereka sebagai calon generasi emas kita yang sedang dalam bahaya. Kalau kita lupa menghitungnya, maka hilanglah kesempatannya untuk mendapat terapi untuk memperbaikinya. Jangan sampai satu anak pun terlupakan karena mereka adalah masa depan Indonesia. Stunting bisa dicegah jika setiap ibu memastikan balitanya mengonsumsi protein hewani yang cukup setiap kali makan dan memantau pertumbuhan balitanya setiap bulan untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk mencari penyebab dan solusinya. Anak stunting IQ sangat rendah sehingga tidak bisa menganalisis, saat SD baru ketahuan tidak bisa matematika, dll. Ini sudah terlambat! Anak stunting memang perawakan pendek, tetapi dia bisa juga aktif karena keaktifan tidak terlalu membutuhkan IQ. Tapi tidak semua perawakan pendek itu stunting ya! 

Stunting berhubungan kuat dengan kecerdasan! Deteksi dini hal yang sangat penting! Prof Damayanti juga menjelaskan sangat efektif protein hewani untuk cegah stunting dibandingkan nabati dari tumbuhan, karena protein hewani memiliki kandungan tinggi asam amino esensial dan zat mikronutrien yang mudah diserap untuk tumbuh kembang anak. Beliau meminta untuk memastikan setiap anak terdeteksi dini malnutrisi di awal berupa weight faltering dengan timbang ukur teratur setiap bulan (posyandu), dipastikan cakupan semua posyandu 100% dan yang positif SEGERA dirujuk ke layanan primer untuk mencari dan tatalaksana penyakit penyerta dan edukasi. Juga dilakukan terapi nutrisi selama 2 minggu, jika gagal, SEGERA rujuk ke RSUD, berdasarkan penelitian Prof. Damayanti stunting baru hanya didapatkan 2 % dalam 6 bulan (kondisi ini dapat ditangani khusus di RSUD). Maka selamatlah generarasi emas kita. Tantangan terbesar bagaimana sistem ini dapat terwujud.

Ada 4 pokok bahasan yang akan saya bahas:

  • Stunting dilihat dari 5 level of prevention dan segitiga penyebab penyakit / triad epidemiology.
  • Sinergi dan kolaborasi menjadi kunci dengan menyederhanakan indikator / parameter stunting, serta fokus pada isu besar yang akan berdampak.
  • Dashboard monitoring dan evaluasi berbasis data realtime yang dapat diakses untuk menilai rapor seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
  • Kesimpulan dan usulan inovasi secara konkrit.

Saya percaya, inti kesehatan sebenarnya hanya ini: 5 level of prevention, konsep dasarnya pencegahan primer (cegah sakit), sekunder (cegah komplikasi), dan tersier (cegah kematian / meningkatkan kualitas hidup).

Pencegahan Primer:

  • Health promotion: penyuluhan secara konvensional / digital, tua / muda, literasi baik / kurang, urban / suburban / rural, modern / tradisional, termasuk pelibatan pasukan "akar rumput": kader (termasuk kader dasawisma), RT, RW, pengurus masjid, dll. Harus kreatif dan semasif mungkin. Kita juga bisa melibatkan mahasiswa pendidikan yang banyak fokus pada pengajaran pola asuh dan pemberian makan anak. Lakukan ini secara terukur. Apa fokus utama edukasinya? Ayo ke posyandu, stunting menjadi jurang kebodohan bangsa, selamatkan otak anak dengan deteksi dini, protein hewani penting cegah stunting, alihkan belanja rokokmu untuk membeli telur, pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting, dsb. Juga hal lain yang mendukung 5 level of prevention tadi seperti: pola hidup berih sehat, menjaga kebersihan tangan, CERDIK dan CERIA dilakukan setiap hari untuk menjaga imunitas tetap baik.


CERDIK adalah:

  • Cek kesehatan rutin, untuk usia 15 tahun ke atas setiap 1 tahun sekali untuk faktor risiko penyakit tidak menular.
  • Enyahkan asap rokok baik perokok aktif dan pasif (1st / 2nd / 3rd hand smokers).
  • Rajin olahraga 30 menit atau minimal 6.000 langkah per hari (5 hari dalam seminggu).
  • Diet seimbang, 5 porsi sayur dan buah per hari, kurangi konsumsi Gula Garam Lemak (GGL). Gula maksimal 4 sendok makan per hari, garam maksimal 1 sendok teh per hari, lemak maksimal 5 sendok makan per hari.
  • Istirahat cukup 7-8 jam per hari.
  • Kelola stres dengan baik.


CERIA adalah:

  • Cerdas intelektual, emosional, dan spiritual.
  • Empati dalam berkomunikasi.
  • Rajin beribadah.
  • Interaksi yang bermanfaat.
  • Asah, asih, asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat, untuk menjaga kebahagiaan dan produktivitas.


  • Specific protection: untuk mencegah penyakit menular tentunya dengan imunisasi lengkap. Untuk mencegah penyakit tidak menular dengan CERDIK dan CERIA setiap hari. Saya akan banyak fokus terhadap upaya mengurangi konsumsi rokok pada keluarga miskin (bagian dari CERDIK: poin Enyahkan asap rokok).

Pencegahan Sekunder

  • Early diagnosis and prompt treatment: posyandu balita yang adekuat, luas, terdigitalisasi dan mudah diakses oleh masyarakat, misalnya menggunakan aplikasi pedulilindungi. Melakukan skrining di tahapan pencegahan yang panjang terhadap anemia: balita, remaja, calon pengantin, ibu hamil, 1000 hari pertama kehidupan (continuum of care / life cycle)
  • Disability limitation: terapi spesialistik, dapat dibuatkan program orang tua asuh Indonesia untuk membantu pemberian makanan pada anak stunting / yang baru terdiagnosis weight faltering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun