Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koloni Kecil #2: Manusia dan Harapannya

6 Juni 2022   23:43 Diperbarui: 6 Juni 2022   23:54 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koloni Kecil #2 : Manusia dan Harapannya


Bunga-bunga yang mekar setiap pagi, putik sari yang bercumbu dengan disinari Sang Surya, menerbangkan benih-benih kehidupan ke seluruh penjuru, lebah pun turut serta menikmati manisnya cumbu.

Manusia akan selalu memiliki harapan, hidup menjadi manusia artinya menjalani kehidupan dengan serba ingin, manusia menamai harapannya dengan istilah cita-cita, demi tercapainya harapan itu manusia melakukan segala upaya, manusia menyebut itu sebagai perjuangan, perjuangan untuk menggapai cita-cita.

Dalam upayanya menggapai cita-cita tersebut manusia akan menghadapi berbagai rintangan dan hambatan, baik itu dari dalam dirinya atau dari luar dirinya.

Pertama adalah dari luar, ini adalah faktor eksternal, hambatan yang bersumber dari lingkungan, bisa berupa tata aturan yang tidak mendukung, bisa berupa finansial, atau bisa juga berupa dukungan yang kurang baik.

Faktor eksternal ini tidak selamanya berbahanya dan menjadi hambatan, sebab faktor eksternal tidak ada kaitannya dengan niat, segala upaya bisa dilakukan sesuai dengan taraf kemungkinan yang dapat terjadi. Sebagai contoh ketika tidak ada uang artinya kita masih bisa menabung atau setidaknya masih bisa mengusahakan sesuai dengaj jumlah uang yang dimiliki, atau jalan lain yang sering dilakukan adalah menggabungkan kekuatan.

Kedua adalah dari dalam diri, maksudnya diri sendirilah yang menjadi hambatan itu sendiri, atau dengan kata lain niat yang kurang kuat atau menjijikannya kemalasan mengalahkan niat. Faktor internal tidak bisa dipungkiri ada dan melekat pada semua orang, dari sinilah kesungguhan niat manusia dalam memerjuangkan harapannya dapat ditilai, apakah manusia tersebut bersungguh-sungguh atau sebatas mengutarakan angan-angan.

Kemalasan selalu mengganggu semua manusia sehingga enggan untuk melakukan sesuatu, kemalasa bagaikan penyakit yang susah diobati, bisa dikatakan kemalasan adalah sebuah wabah hidup, bukan wabah medis, meski kemalasan bukan wabah medis, kemalasan tetap dapat mengantarkan manusia pada penyakit medis. Kemalasan disebut wabah hidup karena kemalasan dapat membunuh kehidupan manusia, kehidupan jangka panjang akan menjadi kacau hanya karena malas memerjuangkan sesuatu.

Selain kemalasan faktor internal lainnya adalah sifat keakuan yang tinggi, sifat keakuan yang dimaksud adalah sifat menganggap diri lebih kuasa dari yang lain, sehingga menyebabkan manusia enggan meminta bantuan atau sekadar bercerita pada manusia lain. Sifat keakuan ini disandingkan dengan sifat angkuh atau sombong tetapi keakuan ini berfokus pada aku sentris tidak ada selain aku di dunia ini yang hebat, tanpa aku dunia tidak akan baik.

Masih banyak lainnya faktor internal yang dapat menghambat tercapainya harapan, harapan manusia bukan sebatas utopia belaka tetapi merupakan suatu gagasan visioner yang dapat menopang kehidupan bertahun-tahun kedepan.

Dalam prosesnya mengupayakan harapan tersebut, manusia perlu memanipulasi dirinya agar faktor internal tidak mengganggunya, atau dengan kata lain kemalasan dan keakuan tersebut perlu dibunuh, jika tidak sanggup membunuhnya karena itu adalah bagian dari dirinya maka perlu dikata bahwa faktor internal tersebut harus ditekan sampai sekecil mungkin.

Kesenangan, kesenangan adalah hal lumrah dan bagus bagi semua umat manusia, akan tetapi kesenangan dapat membunuh harapan, maksud dari kesenangan disini adalah mengekang diri dengan euforia hiburan, membakar waktu hanya untuk sebatas menikmati kehidupan yang enak, tetapi dalam proses menjalani hidup sebagai manusia yang memerjuangkan harapan kenikmatan itu adalah tidak ada, manusia harus siap mengorbankan dirinya dalam kepahitan dan penderitaan hidup.

Memanupulasi tubuh artinya memanipulasi kepedihan menjadi suatu kebahagiaan, memanipulasi rasa lelah menjadi rasa bangga, memanupulasi juga berarti mengubah "tidak" menjadi "iya" dan "malas nanti saja" menjadi "sekarang kita laksanakan" tidak ada yang sulit dalam memanipulasi tubuh sebab memanipulasi tubuh hanya memerlukan satu cara, yaitu memerkukuh niat. Kesungguhan dalam hati perlu dialirkan keseluruh bagian tubuh.

Harapan artinya visi kedepan, visi untuk semua manusia, visi yang menciptakan kehidupan lebih baik, harapan dibangun dari keinginan atas kebaharuan-kebaharuan yang lebih baik, lebih membawa kesejahteraan dan kebersamaan, harapan yang hanya dilukiskan dalan utopia wacana hanya akan membunuh harapan lainnya yang masih terkandung dalam hati sanubari manusia.

Harapan dapat digagas siapa pun akan tetapi tidak semua manusia dapat merealisasikannya menjadi sebuah kehidupan nyata, harapan hanya akan terlaksana ketika diupayakan, dilaksanakan, dibangun sebagai suatu kerangka hidup bersama. Harapan tidak boleh membunuh harapan hidup manusia lain, harapan harus dapat menciptakan yang lebih baik.

Kebahagiaan, kebahagiaan adalah Syurga sejati bagi manusia yang masih tinggal dibumi, tugas manusia yang masih hidup adalah menciptakan Syurga tersebut, barulah setelah mati berserah diri memasrahkan takdir pada Tuhan, apakah layak atau tidak mendapatkan Syurga Tuhan yang indah katanya.

Membangun Syurga dunia atau menciptakan ruang kebahagiaan adalah hasil dari upaya manusia melelahkan dan menyakiti dirinya sendiri demi mewujudkan harapan, maksudnya adalah tidak ada perjuangan yang menyenangkan jika manusia tidak bisa memaknai perjuangan sebagai proses kerja bersama yang dikerjakan dengan niat dan kesungguhan, jika perjuangan yang diartikan sebagai proses timbal balik yang berbicara tentang keuntungan uang, maka secara personal manusia tersebut belum dewasa, manusia yang mengharap uang dari proses kerja bersama atau perjuangan ia belum pantas berbicara solidaritas.

Keseriusan dan kesungguhan adalah modal utama, bagaimana kerja bersama diartikan sebagai penyatuan kekuatan, artinya keserisan dan kesungguhan berada dalam lingkungan pondasi, sebab ketika kerja bersama dipermainkan karena kemalasan atau lemahnya niat, atau buruknya kepentingan pribadi, konsekuensi bubarnya formasi yang sudah sejak jauh-jauh hari dibangun dan dirancang adalah suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun