Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koloni Kecil #1: Membangun Jiwa

5 Juni 2022   05:42 Diperbarui: 5 Juni 2022   07:23 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koloni Kecil #1 : Membangun Jiwa


Dalam malam yang pekat penuh kegelapan, sanubari manusia menunggu cahaya tiba, dengan gelagat sinar yang entah kapan tiba, dedaunan menunggu sampai ia terpaksa layu.

Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang tidak akan pernah bisa hidup dalam kesendirian, manusia akan akan selalu butuh manusia lain, dengan segala alasan. 

Demi melangsungkan hidupnya manusia membangun koloni-koloni kecil, akan tetapi sifat asli manusia adalah selalu berpihak pada diri sendiri, untuk menghindari kerakusan manusia itu, sekumpulan manusia yang membangun kelompok itu membuat suatu aturan yang wajib dipatuhi oleh semua semua anggota kelompok, namun aturan-aturan tetap aturan, yang tidak bisa dibantah keragaannya, hanya sebatas benda mati, bahkan untuk disebut benda pun belum layak karena tidak ada bentuknya. 

Aturan yang dibuat sekumpulan manusia itu hanya akan hadir dan terasa dalam kehidupan melalui adanya penegakan, untuk itulah sekumpulan manusia yang tergabung dalam suatu kelompok mengangkan seorang pimpinan yang dirasa pantas dan berkapabilitas dalam menegakan aturan yang telah dibuat bersama.

Kita kembali pada manusia yang memiliki sifat asli yang selalu berpihak pada diri sendiri, manusia memiliki keserakahan alami dalam dirinya, untuk mencegah keserakahan itu semakin membesar, manusia perlu membunuh sifat buruk tersebut, atau setidak-tidaknya melatih sifat lawannya, yang bisa kita katakan sifat kemurahan hati.

Manusia selalu memikirkan dirinya dan dirinya, semata dalam hidupnya hanya dirinya. Maka manusia dikatakan mahluk sosial kebohongan yang nyata, sepantasnya manusia dikatakan mahluk individu yang bersosial, karena definisi mahluk sosial pun memiliki arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Artinya manusia hanya mementingkan bidupnya saja, definisi tersebut memang tepat. Tapi rasanya terlalu kejam untuk membenarkan definisi tersebut.

Kepentingan manusia berinteraksi dengan manusia lainnya hanya sebatas demi kepentingan hidup dirinya, atau lebih luas sedikit demi kepentingan manusia lain terdekatnya. Manusia berinteraksi dengan manusia lainnya bukan karena kepentingan sosial, atau bukan karena kepentingan bersama.

Pola yang terbangun sepeti ini perlu diperbaharui, kita harus kembali pada paragraf kedua, manusia membangun suatu kelompok demi memudahkan hidupnya, pengertian memudahkan hidup harus dirubah definisinya sebagai saling memudahkan, sehingga ada kegiatan timbal balik, suatu kerja bersama yang melahirkan kesejahteraan bagi semua manusia, bahkan bukan sebatas manusia melainkan alam dan hewan pun akan ikut merasakan dampak baiknya.

Kesejahteraan bersama dapat dibangun dengan adanya kerja sama yang antar anggota kelompok kelompok tersebut, dengan saling menghargai satu sama lain, saling mengerti satu sama lain, saling memberikan kepedulian. Bahwa satu anggota kelompok yang melakukan kesalah bukan berarti ia adalah pengkhianat, melainkan ia adalah anggota kelompok yang masih perlu bimbingan, asas dari kekeluargaan adalah dasar utama dari kesejahteraan yang dicita-citakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun