Mohon tunggu...
Neza Novelia
Neza Novelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif dalam kegiatan organisasi daerah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Rasa Ingin Tahu

24 Desember 2022   20:59 Diperbarui: 24 Desember 2022   20:59 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diri (foto: Designforlife)

Sudah menjadi sifat manusia untuk menjelajahi yang tidak diketahui. Seorang anak kecil adalah penanya sejati, dia mempertanyakan segala sesuatu di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu luar biasa, dia selalu ingin tahu, itulah mengapa banyak yang berpikir bahwa anak kecil adalah filsuf sejati. Namun biasanya, sebagai orang dewasa, orang menganggap bahwa hal-hal di sekitarnya biasa-biasa saja. Jadi tidak ada pertanyaan. Memahami orang dan sifat manusia hanyalah mengenali dan mengenali orang apa adanya, bukan untuk apa yang orang pikirkan, dan bukan untuk apa yang diinginkan orang.

Tindakan seseorang dipandu oleh pikirannya sendiri, kualitas ini sangat kuat pada orang, oleh karena itu pikiran yang menonjol dari kemelekatan adalah kepuasan atau kesenangan yang didapat pemberi dari memberi, bukan dari menerima. Sifat manusia seperti itu sejak awal dan akan tetap seperti itu sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di bumi dengan sifat itu. Sebagai hewan yang berakal, manusia diberkahi dengan hasrat akan pengetahuan.

Orang selalu ingin mengetahui apa yang sebenarnya ada (Know What), bagaimana sesuatu terjadi (Know How) dan mengapa (Know Why) untuk segala hal. Orang tidak puas ketika apa yang ingin mereka ketahui tidak dijawab.

Pertanyaan-pertanyaan seperti "ini apa?", "itu apa?" telah keluar dari mulut seorang anak kecil. Kemudian menyusul pertanyaan-pertanyaan "mengapa begini?", "mengapa begitu?", dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan semacam "bagaimana hal itu terjadi?", "bagaimana memecahkannya?", dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk berpikir diberkahi dengan rasa ingin tahu, yang membuat kita merasakan, memahami dan menjelaskan hal-hal alam, sosial dan budaya dan bahwa orang mencoba untuk memecahkan masalah mereka. Informasi dapat dikumpulkan karena rasa ingin tahu dan upaya untuk memahami masalah yang disebabkan oleh manusia. Pengetahuan yang diperoleh pada awalnya terbatas pada pengamatan terhadap fenomena alam, masyarakat dan budaya, setelah itu diperluas untuk mencakup informasi yang diperoleh dari gagasan.

Selain itu, dengan meningkatkan kemampuan berpikirnya, manusia dapat berusaha sebaik-baiknya untuk membuktikan dan mencari kebenaran tentang sesuatu yang baik yang bersifat kodrati, sosial, dan kultural. Manusia mampu menggabungkan keahliannya, ilmu alam yang solid, ilmu sosial dan studi budaya muncul.

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berusaha untuk mengetahui lebih dalam dan menyeluruh dari apa yang dipelajari, dilihat dan didengar. Ini berkaitan dengan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam.

Keingintahuan memainkan peran penting dalam tindakan manusia. Rasa ingin tahu yang kuat dalam dunia pendidikan, pekerjaan dan masyarakat. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, seseorang lebih dinamis dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Harvard Business Review dalam Oktrina (2020), saat rasa ingin tahu terbangun, seseorang berpikir lebih dalam dan rasional saat mengambil keputusan.

Sepanjang sejarahnya, rasa ingin tahu manusia tumbuh dan berkembang pesat. Rasa ingin tahu ini tidak pernah bisa terpuaskan. Ketika satu masalah bisa diselesaikan, masalah lain muncul menunggu untuk diselesaikan. Orang itu terus bertanya. Sekarang dia tahu apa, dia ingin tahu bagaimana dan mengapa.

Dengan cara ini, orang dapat menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam waktu lama, digabungkan dengan pengetahuan baru untuk menciptakan lebih banyak lagi pengetahuan yang lebih baru. Ini berlangsung selama berabad-abad dan menyebabkan akumulasi pengetahuan. Dahulu orang zaman dahulu tinggal di gua-gua, namun berkat bertambahnya ilmu pengetahuan, orang modern tinggal di bangunan yang kokoh dan indah seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun