Mohon tunggu...
Bbgnn  bnnhghc
Bbgnn bnnhghc Mohon Tunggu... Bngn bbgn jjh

Hgbgnn hhncbvf bgggdb bngnnbv nnvbgj

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadan Tanpa Pelukan: Merajut Rindu di Perantauan, Menyentuh Kebersamaan yang Hilang

22 Maret 2025   08:43 Diperbarui: 22 Maret 2025   08:43 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rindu yang tak bertepi, tentang Ramadan yang berjalan dalam keheningan (Pinterest, Sarli Murat) 

Fatimah menggenggam tangan ibunya. Ramadan ini berbeda, tapi mereka harus tetap melangkah.

Merajut Kembali Kebersamaan yang Hilang

Hasan dan Fatimah sama-sama menghadapi Ramadan yang penuh kehilangan. Hasan kehilangan momen bersama keluarganya karena jarak, sementara Fatimah kehilangan sosok yang tak akan kembali.

Namun, di balik rindu yang mengendap, mereka belajar sesuatu yang baru: kebersamaan tak selalu hadir dalam bentuk fisik. Terkadang, kebersamaan adalah suara di ujung telepon, adalah doa yang dipanjatkan dalam sunyi, adalah kenangan yang tetap hidup di hati.

Ramadan bukan hanya tentang siapa yang duduk di meja makan. Ia juga tentang siapa yang kita ingat dalam setiap suapan, siapa yang kita doakan dalam sujud panjang.

Bagi perantau, Ramadan adalah belajar bersyukur meski dalam kesendirian. Bagi mereka yang kehilangan, Ramadan adalah belajar mengikhlaskan tanpa melupakan.

Kita mungkin kehilangan kebersamaan dalam bentuknya yang lama. Tapi jika kita mau membuka hati, Ramadan akan selalu memberi cara baru untuk merasakan kehangatan, meski tanpa pelukan.

Epilog

Ramadan sering dianggap sebagai momen kebersamaan yang harus dirayakan dengan kehadiran fisik. Namun, kebersamaan sejati tidak selalu membutuhkan jarak yang dekat atau sentuhan nyata. Ia bisa hadir dalam suara, doa, dan kenangan yang tetap hidup.

Bagi mereka yang merantau, telepon dan pesan singkat bisa menjadi jembatan rindu. Bagi mereka yang kehilangan, doa dan amalan baik bisa menjadi cara untuk tetap merasa dekat.

Ramadan bukan hanya tentang dengan siapa kita berbuka, tetapi juga tentang bagaimana kita mengisi hati dengan makna. Meskipun kebersamaan yang dulu tak lagi sama, Ramadan akan selalu menjadi waktu yang penuh cinta, meski hanya dalam doa yang tak bersuara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun