Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tanggapan Kreatif untuk Mereka yang Suka Buang Sampah Sembarangan

28 Maret 2023   13:36 Diperbarui: 31 Maret 2023   02:15 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Pada detik ini, tak terasa aku sudah tiga tahun lebih merantau. Aku yang berumah tinggal di Malang, harus hijrah ke Bukittinggi. Hal ini tak lain tak bukan karena tuntutan untuk mencari nafkah. 

Jika aku tak hijrah ke Bukittinggi, maka aku tak bisa bekerja. Jika aku tak bekerja, maka aku tidak akan memperoleh penghasilan. Dan jika aku tidak mempunyai penghasilan, maka aku akan menjadi beban keluargaku di Malang. Huufftt, sereemm...

Oleh sebab itulah, aku rela menekan egoku dalam-dalam untuk meninggalkan segala zona nyamanku di Malang. Aku pindah ke Bukittinggi, dan memulai hidupku dari nol. Aku yang orang Jawa, harus beradaptasi dengan lingkungan yang didominasi oleh masyarakat Minang.

Setiap hari, aku masih mencoba berdamai dengan diriku sendiri. Bahwa nafkahku saat ini sudah disediakan Tuhan di Bukittinggi. Aku tinggal mengumpulkan niat dan menjalaninya dengan ikhlas. 

Nah, yang terakhir ini yang masih selalu kuusahakan. Karena aku yakin, dengan ikhlas semuanya akan terasa lebih mudah dan baik-baik saja. Semoga.


Kau tahu Bukittinggi 'kan? Sebuah kota yang terletak di Sumatera Barat. Jika kau tahu Jam Gadang, monumen ini berada di Bukittinggi. Jam Gadang adalah satu dari sekian banyak objek wisata yang dimiliki Sumatera Barat. Dan seperti yang sudah aku bilang, tempat kerjaku berada di Bukittinggi.

Bagiku, setiap hari adalah waktu untuk berproses dan bertumbuh. Setiap hari akan menghadirkan pengalaman yang berbeda-beda. Aku ingin sedikit bercerita soal kehidupan yang sedang kujalani di Bukittinggi. 

Aku telah memilih sebuah rumah sebagai tempat tinggalku di Bukittinggi. Jaraknya sekira lima kilometer dari kantor tempatku bekerja. Bila kantorku berada di wilayah Bukittinggi, maka rumah tinggalku berada di wilayah yang bernama Gadut. Gadut ini sudah masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam.

Aku mencoba menikmati setiap perjalananku kala harus pergi ke kantor. Kulewati persawahan, bukit-bukit menjulang, dan Gunung Marapi serta Singgalang di kejauhan. 

Aku yang sudah terbiasa hidup di Malang yang notabene adalah perkotaan, harus beradaptasi dengan Gadut yang kental dengan nuansa pedesaan. Namun yang menjadi penghiburanku, suhu udara di Gadut dan Bukittinggi relatif sama dengan Malang. Dingin.

Setiap hari aku melewati rute yang nyaris sama, hingga aku sampai ke kantor. Tak apa. Demi nafkah aku rela menjalani semua ini. 

Bukankah semua pekerja juga menjalani ritual yang sama denganku 'kan? Setiap hari harus melewati jalan yang sama untuk sampai ke tempat kerja.

Kucoba menikmati setiap pemandangan yang tersaji di hadapanku. Karena aku yakin, setiap hari akan menghadirkan momen yang berbeda-beda. 

Dan kali ini, aku akan bercerita soal sebuah spanduk yang kudapati di tengah jalan, saat aku berangkat ke kantor. Coba lihat dan amatilah, spanduk yang sudah kutampilkan ini. Berikut adalah kata-katanya:

Yaa Allah Yaa Rabb,
Panjangkanlah umur orang yang membuang sampah di sepanjang jalan ini.

Yaa Allah Yaa Rabb,
Angkatlah rezeki orang yang membuang sampah di sepanjang jalan ini.

Sudah kau baca? Hmm, menarik bukan? Saking aku tertarik dengan kalimat yang terbubuh di spanduk itu, aku rela untuk berhenti sejenak. Kurogoh ponsel yang ada di saku celanaku. Dan, cekrek... kuambil sebuah foto untuk mengabadikannya.

Sungguh menarik. Ya, bagiku orang yang telah membuat spanduk ini berikut kalimat yang tersaji di dalamnya, adalah orang kreatif. 

Aku yakin, spanduk ini dibuat oleh orang-orang yang tinggal tidak jauh dari letak spanduk itu dipasang. Mereka adalah warga sekitar yang sudah muak dengan orang-orang yang suka buang sampah di seputaran jalan itu.

Namun yang menarik, para warga ini menggunakan cara yang elegan untuk menunjukkan kemarahannya pada siapapun yang gemar membuang sampah sembarangan di sekitar jalan tempat mereka tinggal ini. 

Di spanduk itu, alih-alih mereka menggunakan kata-kata kasar untuk mengutuk para pembuang sampah sembarangan. Yang ada, para warga memilih kata-kata berisi doa.

Inilah kreatifnya para warga. Mereka menyampaikan teguran kepada para pembuang sampah, dengan satir. Mereka tak lantas memberondong dengan kata-kata bernada buruk, malah justru mendoakan para pembuang sampah ini. Elegan sekaligus menarik, ya?

Dari sini aku belajar. Bahwa untuk menghadapi orang-orang yang berperangai buruk bisa dengan cara yang sopan, tetapi tepat sasaran. Dan dari spanduk ini aku belajar. 

Tidak hanya soal kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun, untuk terus berlaku 'dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun