Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Page Turner: Berdamai dengan Bakat Pemberian Tuhan

4 Oktober 2022   22:51 Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:00 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Keadaan yang sangat tak diinginkan bisa menjadi mimpi buruk.  Kehidupan, acapkali hadir dengan kenyataan yang sangat menyakitkan tersebut.

Mimpi yang terhenti. Cha Sik nyaris memutuskan bunuh diri setelah ultimatum dokter bahwa dia tidak bisa lagi melakukan lompat galah. Cita-cita menjadi atlet terbaik harus terhenti. Keharusan menanggung kenyataan bahwa mimpi harus berhenti membuatnya merasa sangat frustasi dan putus asa. Seolah, tidak ada lagi harapan dan jalan keluar.

Ketika hal tersebut terjadi, Cha Sik memutuskan memiliki impian yang baru. Impian yang mungkin saja sudah ada dalam hidup, sejak lama.

Menawarkan pertolongan. Cha Sik sedang berjuang mengatasi kesulitan sendiri, justru berusaha menolong Yoo Seul. Cha Sik menjadi teman yang ada di sisi Yoo Seul ketika Yoo Seul berusaha beradaptasi dengan keadaan matanya yang buta.

Setelah masa-masa terpukul Jin Mok melihat keadaan Yoo Seul berlalu, Jin Mok pun berusaha menolong Yoo Seul.

Menawarkan pertolongan pada orang lain selalu memberikan sensasi hangat yang melegakan.

Latihan ekstra keras. Cha Sik ingin tampil duet bersama Yoo Seul di sebuah kompetisi piano duet. Cha Sik mengira bisa mengimbangi kecakapan Yoo Seul. Hal tersebut justru membuat Yoo Seul marah karena Cha Sik terkesan tidak menghargai latihan ektra keras seseorang selama 10 tahun untuk mencapai tingkat kecakapan yang dimiliki Yoo Seul.

Menjadi mahir membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dan, tentu saja, latihan ekstra keras.

Peringkat ke-2. Mencapai posisi 1 peringkat di bawah peringkat pertama, tentu butuh kerja keras. Menjadi peringkat ke-2, jelas tidak mudah juga. Namun, terus memandang peringkat pertama dan menjadi marah, bisa mengurangi energi untuk menjadi peringkat pertama di kali berikutnya.

Bersyukur untuk bakat pemberian Tuhan. Ibu Yoo Seul menanggapi bakat Yoo Seul dengan lebih serius mendampingi latihan Yoo Seul. Harapan yang tinggi dari ibu Yoo Seul, justru menjadi beban bagi Yoo Seul. Bakat musiknya yang luar biasa tersebut tidak ditanggapi Yoo Seul seperti ibunya menanggapi bakat Yoo Seul.

Setelah keadaan matanya tidak seperti sebelumnya, Yoo Seul justru bisa menikmati permainan pianonya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun