Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Notes for The Three Siblings, Catatan untuk Anak Lelakiku (6)

30 Maret 2020   01:22 Diperbarui: 30 Maret 2020   02:16 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih menyaksikan senyum Raine ketika kakaknya mengizinkannya membaca buku milik kakaknya. Senyum sumringah terpancar nyata dari mata Raine. Mata hangat yang berasal dari hatinya hangat.

Hatiku hangat melihat betapa dekatnya Raine dan kakaknya. Lalu teringat masa-masa di awal-awal masa remaja mereka yang diwarnai pertengkaran dan perselisihan atas apa pun. Buku. Sepatu. Baju. Tas. Alat tulis. Atas apapun. Masa-masa remaja adalah masa-masa terberat untuk anak-anakku, termasuk Raine. Namun, Davira, Raine dan Ragil melewati masa-masa pertumbuhan itu dengan baik sekalipun ada hari-hari sulit yang menyebabkan entah salah satu, entah semuanya yang berakhir dengan air mata dan aksi diam.

"Raine, anakku.. Hormati selalu kakakmu.."

"Tetapkan standar seperti apa pria yang akan mendekati kakakmu, Davira. Hormat darimu akan menolongnya mengerti betapa kakakmu layak mendapatkan pria yang juga menghormatinya dan menghargainya sebagai seorang pribadi."

 "Kemanapun kau pergi, pastikan dia mengetahui kemana tujuan kau pergi. Kemanapun engkau pergi kelak, kemanapun perjalanan akan kau tempuh, pastikan kakakmu tahu kemana engkau pergi. Mintalah selalu izin darinya. Kelak, setelah kami tiada, dialah satu-satunya yang akan kau andalkan."

"Ketika dewasamu tiba, nak,, tugasmulah yang akan menjaga kakak dan adikmu. Pastikan selalu mereka merasa aman karena engkau mencintai mereka sepenuh hatimu."

"Ayah menitipkan Ragil padamu, nak. Jika kelak ada pria yang menyakiti hatinya, membuatnya menangis karena hati yang patah, tidak perlu kau datangi laki-laki pengecut itu dan mematahkan kakinya. Hibur saja adikmu. Itu lebih penting dibandingkan kau mengeluarkan biaya rumahsakit untuk orang yang akan kau tinju."

"Jika engkau tiba di rumah pada malam hari, lalu kakakmu menyuruhmu untuk makan malam. Sekalipun engkau sudah makan di luar dan masih kenyang, makanlah lagi. Tetaplah makan malam di rumah, betapapun larutnya kau tiba."

"Jika kakakmu mengomelimu, dengarkan saja. Jika dia memarahimu, dengarkan saja. Jangan pernah terpikirkan olehmu untuk membalas omelannya ataupun membantahnya, nak.. Bertahanlah mendengarkan omelannya."

"Jika engkau tidak sanggup mendengarkan omelannya, jangan pernah berpikir untuk balas mengomelinya.Jika engkau tidak tahan mendengarkan kemarahannya, jika kakakmu memarahimu secara berlebihan dan kau tak sanggup menanggungnya, mendekatlah padanya dan peluk kakakmu dengan hangat.Peluklah kakakmu dan katakan kau akan melakukan apa yang dikatakan kakakmu dan bisikkan maaf ke telinganya. Dia hanya mencemaskanmu. Maafkanlah dia dengan segera. Ayahpun meminta maafmu untuk memaafkan ayah karena membuatmu harus melakukan hal ini. Kau tahu tugas para lelaki di keluarga kita, kan? Kita menjaga setiap orang yang kita cintai sampai batas kemampuan terakhir kita. "

"Engkau akan selalu menjadi pemenang jika kau berjuang menenangkan hati kakakmu. Ingatlah,, kelak dialah rumahmu. Jika dia tenang, tenang pulalah hatimu sampai kapanpun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun