Mohon tunggu...
nety tarigan
nety tarigan Mohon Tunggu... Konsultan - Perempuan AntiKorupsi

Bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seandainya Harun Rasyid Masih Bersama Kita

28 Mei 2019   12:09 Diperbarui: 28 Mei 2019   13:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Turut berduka cita atas meninggalnya Harun Rasyid anak umur 15 tahun, kesayangan orang tua yang dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang periang dan baik hati ini tewas tertembak ketika kerusuhan di 21-22 Mei 2019 dini hari. 

Kematian Muhammad Harun Al Rasyid menggores rasa sedih di semua masyarakat di Indonesia khususnya orang tua yang memiliki anak seumur Harun dan memulai berpikir bagaimana peran anak dalam keamanan Bangsa. Mungkin saat ini hanya bisa berandai-andai jika saja,.. maka kematian Harun dapat dicegah dan dia masih bersama kita.. Mungkin sebagian orang berpikir "sudah takdir" akan tetapi sebagian lagi menuntun "agar diusut" akan tetapi pengalaman dari kisah Alm. Harun, penting untuk kita pelajari bersama baik dari segi peran orang tua serta peran kelompok dan peran negara 

Terkait peran orang tua, peran orang tua adalah kunci terhadap pendidikan anak berpolitik dan bernegara di Indonesia. Orang tua menjadi jendela bagi anak untuk mengenal situasi dan bagaimana mengunakan hak anaknya dalam negara Indonesia yang dilindungi, dijaga dan diberikan secara bebas di Indonesia. Orang tua juga merupakan pintu pertama bagi anak untuk klarifikasi terhadap informasi yang mereka dapat baik platform elektronik dan cetak. Umur 15 tahun adalah umur masa depan penentu bangsa karena 2024 maka mereka akan turut mementukan bangsa ini dalam ruang demokrasi. 

Untuk itu, orang tua dalam pengasuhannya sebaiknya menerapkan  "do" and "Don't" ketika anak merasa ingin turut dalam demo ataupun keramaian di ruang publik. Orang tua dapat tegas untuk mencegah anak dan memberikan edukasi terkait bahaya jika dalam keramaian. Kehadiran orang tua dan dialog orang tua dengan anak menjadi penting untuk mengukur seberapa luas dan dalam anak umur 15 tahun mengenal demokrasi dan keamanan negara, karena orang tua yang paling dianggap tahu dapat mengukur resiko dibandingkan anak. 

Jika orang tua memberikan ijin kepada anak keluar rumah saat konflik terjadi maka kecelakaan kepada anak sudah pasti tidak dapat dihindari. Selain itu orang tua juga perlu mengingatkan bahwa anak umur 15 tahun masih dalam tanggung jawab orang tua sesuai dengan UU perlindungan anak di Indonesia.

Selain itu, orang tua yang sudah mengetahui bahwa tanggal 22 mei akan demo besar - penting untuk memberikan pengetahuan terhadap anak dan meminta anak tetap dirumah dan mempercayakan keamanan kepada pihak yang ditunjuk Negara. Penting juga memberikan pengetahuan kepada Anak terkait dengan pelajaran di sekolah dimana ada tata negara yang harus diikuti yang namanya konstitusi, serta memberikan pengetahuan terkait agama agar tetap bertaqwa dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

Dari sisi kelompok, penting bagi koordinator lapangan (korlap) ketika merekruit orang-orang yang demo baik volenteer ataupun dibayar mengetahui umur setiap anggotanya, karena tugas korlab adalah memastikan ada yang demo, demo berjalan dengan baik sesuai tujuan. Tidak serta-merta hanya rekruit orang dan membiarkan mereka menjadi korban. Di Indonesia, untuk demo harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari organizer atau perwakilan sehingga perwakilan ataupun yang melaporkan penting juga memberikan SOP ataupun pengetahuan tentang tatacara demo agar tidak ada korban baik di dua sisi. Selain itu, penting bagi Korlap dan organizer demo mengetahui terkait Undang-undang perlindungan Anak agar tidak melanggar HAM, jika perlu ditegaskan bagi yang mengusulkan demo dibawah umur 18 tahun maka ditolak.

Dari sisi Penegak hukum, memang agak sulit posisi mereka .. karena sudah dipastikan bagi mereka sulit untuk melihat mana anak-anak dan juga dewasa sehingga semua treatment penangganan pasti sama anak-anak dan dewasa. Menyemprot gas airmata, menembak dengan peluru karet dan lainnya, dengan perangkat yang berat dan helm yang kadang-kadang melorot harus berlari mengejar atau mundur atau apapun, memang sulit untuk mengidentifikasi itu adalah anak, akan tetapi yang pasti adalah jika sudah ditangkap jangan dipukul lagi atau diinjak agar mereka tidak terlalu banyak luka dan akhirnya membuat mereka meninggal.

Jika pencegahan dilakukan di awal.. sangat awal... saya yakin kejadian ini dapat dicegah. Pelajaran ini sangat berharga bagi bangsa ini, jika kita benar-benar merasa Indonesia adalah rumah-maka mari kita sama-sama mencari jalan yang damai untuk menyelesaikan masalah. Semoga 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun