Mohon tunggu...
nesnes
nesnes Mohon Tunggu... -

no feeling, no emotion. don't need it

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Terapi Wicara Vs Day Care / Preschool

4 Mei 2014   04:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

source

Hanya Opini

Ini postingan update dari postinganku sebelumnya tentang my baby Leonie yang aku putuskan untuk berhenti terapi wicara. (postingan lama)

In January, me and husband decided to stop all Leonie speech therapy and enrolled her to Day Care inclusive preschool. Kami gambling sebenarnya karena terngiang-ngiang himbauan dari para dokter dan psikolog anak bahwa anak Speech Delay disarankan TIDAK diikutkan di preschool terlebih dahulu karena dikhawatirkan anak tersebut akan merasa berbeda karena belum bisa berbicara dan berakibat ke low self-esteem and self confidence.

Saya membaca salah satu buku Ayah Edi dan di buku tersebut disebutkan bahwa anak Telat bicara tidak perlu terapi, hanya perlu banyak bergaul dan diajak ngobrol.

Two different opinions. Sangat bertolak belakang.


I wrote this on May, 3rd. 4 bulan setelah Leonie bergabung di Day Care-nya. Bagaimana perkembangan anak ini sekarang di usianya 2 tahun 9 bulan?
1. Bisa mengucapkan 1 - 10 dlm bahasa Indonesia dan English. Nama hewan in bahasa and english, nama bentuk (circle, triangle, square), nama transportasi, barang, makanan, dll..
2. Bernyanyi twinkle-twinkle little star, cicak2 di dinding, naik kereta api, naik gunung, dsb dengan suara lantang dan irama yang benar.
3. humming, menggumam dan bersenandung lagu2 yang dia dengar
4. Paham semua perkataan dan bahkan bisa menjawab pendek2.
5. Terkadang menjawab omongan kita namun belum jelas kata2nya.
6. Memanggil semua orang dengan benar (mama, papa, mbak, ibuk, ompung, tulang, abang, adek, miss, dll...)
7. Teachernya bilang anak ini motorik halusnya excellent dibanding teman2 seumurannya bahkan yang lebih tua dari dia. cerdas kinetik?

low self esteem? low self confidence? Could not find them in her at all.
walaupun belum secerewet anak seumurannya, saya lega telah membuat keputusan yang benar dengan mengikuti naluri saya sebagai seorang ibu.

Apa saya berlebihan dengan mengatakan bahwa speech therapy untuk anak speech delay sebenarnya tidak diperlukan?
Apa saya salah jika saya tidak setuju dengan statement dan judgement dari semua psikolog anak dan dokter neuro anak yang saya temui dan konsul sebelum2nya yang malah membuat saya merasa anak saya seperti anak pesakitan, bukan anak speech delay?

Jika Anda seorang ibu seperti saya, please.. again.. use your intuition rather than following others said.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun