Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memahami Etnomatematika Suku Dawan (Timor)

17 November 2021   10:48 Diperbarui: 17 November 2021   16:48 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masyarakat Suku Dawan| Dokumentasi Neno Anderias Salukh

Sistem perhitungan atoin meto lahir dari mata pencaharian sebagai petani dan peternak, pembuatan bangunan tradisional, kain tenunan dan sebagainya.

Istilah etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh Ubiratan D'Ambrosio, seorang guru besar matematika di Universitas Negeri Campinas, Sao Paulo, Brasil. Istilah ini digunakan pada saat presentasi di Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan.

D'ambrosio mengatakan bahwa istilah etnomatematika untuk menggambarkan sistem perhitungan atau praktik metematika pada sekelompok budaya yang dapat diidentifikasi. D'ambrosio juga menganggap bahwa etnomatematika dalam kata lain sebagai studi tentang ide-ide matematika yang ditemukan disetiap kebudayaan.

Meskipun terdapat banyak definisi etnomatematika dari berbagai ahli pendidikan dan matematik. Etnomatematika secara etimologi jelas merujuk pada praktik matematika dalam sebuah komunitas.

Etno sendiri didefinisikan sebagai suatu golongan atau kelompok manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya berdasarkan sejarah dan genealogi.

Sementara definisi matematika secara sederhana adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Karena itu, etnomatematika dapat disimpulkan sebagai sebuah sistem perhitungan atau ilmu matematika yang dipraktekkan oleh sekelompok orang berdasarkan praktek-praktek baik budaya lisan maupun tulisan.

Matematika juga adalah bagian dari tradisi suatu kebudayaan yang memiliki sistem perhitungan tersendiri, bergantung pada keadaan alam, pola beternak, pola menanam dan kebiasaan hidup lainnya. Tentunya sistem perhitungan ini adalah bentuk adaptasi terhadap lingkungan, wilayah yang ditempati.

Penulis yang juga sarjana sains matematika berkeyakinan bahwa setiap etnis atau kelompok suku memiliki sistem perhitungan karena sesungguhnya matematika atau sistem perhitungan itu muncul pada saat masyarakat menghadapi masalah-masalah rumit yang melibatkan kuantitas, struktur, ruang, atau perubahan terkait dengan budaya.

Numerik Suku Dawan (Atoin Meto)

Masyarakat Suku Dawan atau yang akrab disapa atoin meto di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur pun memiliki sistem perhitungan tersendiri. Sistem perhitungan tersebut lahir dari mata pencaharian sebagai petani dan peternak, pembuatan bangunan tradisional, kain tenunan dan sebagainya.

Adapun angka-angka dasar dalam sistem perhitungan atoin meto sebagai berikut:

Satu: mese'

Dua: nua

Tiga: tenu' (metatesis: teun)

Empat: ha'

Lima: nim

Enam: ne'

Tujuh: hitu' (metatesis: hiut)

Delapan: fanu' (metatesis: faun)

Sembilan: Sio'

Puluhan: bo'

Ratusan: natun

Ribuan: nifun

Penyebutan untuk angka sepuluh dan seterusnya adalah penggabungan puluhan, ratusan, ribuan, dan angka satuan lainnya.

Sepuluh adalah gabungan antara puluhan (bo') dan satu (mese') yang berarti bo' mese' (metatesis: bo'es). Dua puluh adalah gabungan antara puluhan (bo') dan dua (nua) yang berarti bo' nua.

Sementara sebelas adalah gabungan antara sepuluh (bo'es), satu (mese') dan kata sambung dan (ma (metatesis: am)) yang berarti bo' mese' ma mese' (metatesis: bo'es am mese') dan dua belas berarti bo'es am nua.

Sedangkan dua puluh satu adalah gabungan antara dua puluh (bo' nua), satu (mese') dan kata sambung dan (ma (metatesis: am)) yang berarti bo' nua ma mese' (metatesis: bo' nua'm mese') dan dua puluh dua berarti bo' nua'm nua.

Begitupun angka ratusan dan ribuan. Seratus adalah gabungan antara ratusan (natun) dan satu (mese') yang berarti natun mese (metatesis: nautnes). Dua ratus adalah gabungan antara ratusan (natun) dan dua (nua) yang berarti natun nua.

Seribu adalah gabungan antara ribuan (nifun) dan satu (mese') yang berarti nifun mese' (metatesis: niufnes). Dua ribu adalah gabungan antara ribuan (nifun) dan dua (nua) yang berarti nifun nua.

Angka yang lain memiliki pola penggabungan yang sama. Ribuan, ratusan, puluhan dan angka satuan. Yang perlu diketahui, angka dalam sistem perhitungan atoin meto berakhir pada ribuan. Angka nol juga tidak dikenal.

Etnomatematika Suku Dawan

Etnomatematika yang dimaksud dalam tulisan ini adalah penggunaan numerik dalam menghitung makanan, hasil produksi pertanian, ternak dan sebagainya. Umumnya kata benda yang digunakan diikuti dengan angka.

Dalam budaya atoin meto, jagung merupakan makanan pokok yang diproduksi untuk disimpan dan dikonsumsi. Saking pentingnya, sistem perhitungan dikembangkan secara khusus untuk menghitung jagung.

Pena' berarti jagung, pune berarti buler sehingga jagung satu buler berarti pena' pune mese'. Jagung dua buler berarti pena' pune nua dan seterusnya. Biasanya jagung diikat per buler kemudian beberapa buler diambil untuk diikat dalam satu bundel (tbu'u).

Dalam bundel tersebut terdapat dua bagian terpisah yang dibagi secara simetris. Misalnya satu bundel terdiri dari delapan buler maka masing-masing bagian terdiri dari empat buler. Di beberapa wilayah, satu bundel terdiri dari empat buler, ada enam buler, sepuluh buler, dan dua belas buler.

Di wilayah penulis, menggunakan bundel yang terdiri dari delapan buler. Pena' pune faun (jagung delapan buler) disebut tbu'u mese' (satu bundel). Pena' tbu'u nua (jagung dua bundel) sama dengan pena' tanin mese' (jagung satu tanin'). Pena' tanin ne' (jagung enam tanin) sama dengan pena' suku mese' (jagung satu suku) dan pena' suku ha' (jagung empat suku) sama dengan pena' lean mese' (pena satu lean).

Pune bo'es am ne' (enam belas buler) sama dengan tanin mese, pune bo sio'm ne' (sembilan puluh enam buler) sama dengan suku mese', pune natun tenu'm bo fanu'm ha (tiga ratus delapan puluh empat buler) sama dengan lean mese'.

Tbu'u bo'es am nua (dua belas bundel) sama dengan tanin mese', tbu'u bo' ha'm fanu' (empat puluh delapan bundel) sama dengan suku mese'. Dan tanin bo' nuam ha' (dua puluh empat tanin) sama dengan lean mese'.

Di beberapa wilayah, mengganti satuan suku menggunakan kuda dan lean menggunakan tuke. Polanya masih sama, tergantung dari jumlah buler dalam satu bundel.

Sementara pada ternak, 10 ekor ternak disebut tuke mese' (satu tuke). Dua puluh ekor disebut tuke nua, seratus ekor disebut tuke bo'es dan seribu ekor disebut tuke nautnes.

Pada tanaman perkebunan seperti kelapa dan pinang, satu ranting disebut ki' mese'. Tidak bergantung pada jumlah buah. Sedangkan pisang, satu tandan disebut pune mese' sedangkan satu sisir disebut ka' mese. Pisang satu tandan tidak bergantung pada jumlah sisir.

Khususnya bangunan arsitektur seperti rumah bulat (ume kbubu), alang-alang satu ikat sebesar pergelangan tangan disebut kinat mese, dan tiga puluh kinat disebut naka' mese' (satu kepala). Perhitungan ini memudahkan untuk mengetahui kebutuhan alang-alang setiap petak atap agar dalam persiapan alang-alang tidak kurang atau tidak lebih.

Semua sistem perhitungan ini lahir dari masalah-masalah yang dihadapi atau bentuk adaptasi terhadap persoalan-persoalan mendasar dalam kehidupan atoin meto. Di zaman ini, etnomatematika adalah sebuah pelajaran matematika tradisional yang perlu diterapkan pada sekolah sebagai literasi terapan untuk menjawab persoalan-persoalan komunitas lokal.

Salam!

Kupang, 16 November 2021

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun