Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melawan Perspektif Masyarakat Pelosok dalam Penanganan Penyakit

21 Maret 2020   17:50 Diperbarui: 22 Maret 2020   06:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: freepik.com

Di tengah otak saya berputar memikirkan alasan orangtua yang tidak membutuhkan bantuan pusat kesehatan dalam penanganan berbagai macam penyakit, keesokan harinya seorang anak usia dini meninggal dunia dengan durasi sakit yang sama.

Saya sempat mengomel teman saya yang tahu bahwa anak tersebut sakit tapi tidak memaksa orang tuanya untuk meminta pertolongan puskesmas. Tindakan saya refleks terhadap rentetan peristiwa identik yang seharusnya tidak terjadi jika ada penanganan yang cukup baik.

Malam itu, saya dan beberapa teman saya menunjukkan rasa empati kami dengan duduk bersama bernyanyi menghibur keluarga yang berdukacita sambil menunggu matahari terbit untuk melakukan upacara pemakaman.

Salah satu orangtua membisik di telinga saya bahwa ada beberapa anak murid yang sedang sakit dengan gejala yang tidak jauh berbeda dari ketiga anak yang meninggal dunia.

Keesokkan harinya, meski jalanan penuh dengan lumpur akibat hujan yang cukup deras setiap hari dalam satu bulan terakhir, bersama salah satu teman saya, kami mengunjungi dua anak murid yang sudah seminggu tidak hadir di sekolah karena sakit.

Tujuan kami pergi adalah agar orangtuanya membawa mereka ke puskesmas untuk memperoleh perawatan dan pengobatan yang memadai.

Namun, perjalanan kami mendaki gunung untuk mencapai rumah mereka berujung sia-sia. Orang tuanya bersikeras bahwa anaknya akan sembuh meskipun tidak dibawa ke puskesmas.

Alasan pertamanya adalah penyakit-penyakit yang dialami tidak cocok dibawa ke puskesmas. Mereka memiliki pengalaman yang membawa rasa traumatis. Ada beberapa anak yang memiliki gejala penyakit serupa meninggal dunia setelah dibawa ke puskesmas.

Kami tidak memiliki argumen yang cukup untuk mematahkan bukti dan pengalaman mereka bersama pihak kesehatan. Saya menduga bahwa mereka membawa penderita pada saat kondisinya yang sudah sangat parah dan sulit tertolong di tangan para dokter.

Alasan yang kedua adalah mereka sibuk melakukan Naketi (tradisi pengakuan dosa Suku Dawan) yang akhirnya membuat mereka lupa bahwa pengobatan dari kesehatan adalah esensi paling penting dalam melawan sebuah penyakit.

Saya mencoba mempelajari banyak hal tentang berbagai penyakit yang seringkali mereka alami untuk mengubah pola pikir mereka bahwa puskesmas atau rumah sakit memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit jika kita menghubungi mereka di saat gejala awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun