Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah Idham Azis akan Mengungkap Kasus Novel Baswedan?

23 Oktober 2019   17:36 Diperbarui: 23 Oktober 2019   17:52 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Bareskrim Polri Komjen (Pol) Idham Azis (kanan) di Kompleks Kejaksaan, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2019) | KOMPAS.com/Devina Halim

Idham Azis akan diperhadapkan pada sebuah PR besar jika pada akhirnya terpilih sebagai Kapolri

Tito Karnavian resmi menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di kabinet Jokowi-Maaruf setelah diberhentikan secara terhormat oleh Presiden Jokowi sehari sebelum pengumuman kabinet. Dilansir dari kompas.com, Presiden Joko Widodo mengajukan nama Idham sebagai calon tunggal Kapolri pengganti Jenderal Tito.

"Sudah diajukan ke DPR, Pak Idham Azis," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu siang.

Meski masih dalam tahap pencalonan dan menunggu persetujuan DPR, calon tunggal menjadi alasan Pak Idham akan menduduki kursi Kapolri.

Oleh karena itu, tidak ada kemungkinan lain Kapolri di jabat oleh orang lain selain Pak Idham. Tentunya Pak Idham akan menjalankan tugas dan tanggung jawab utama yaitu menjaga keamanan di Indonesia. Termasuk beberapa hal kriminal yang belum dituntaskan oleh Polri seperti kasus Novel Baswedan.

Ya, kasus Novel Baswedan merupakan salah satu masalah kriminal serius yang "tidak ditangani secara serius" oleh Polri dibawah kepemimpinan Jendral Tito Karnavian.

Track record Komjen Pol Idham Azis
Pak Idham Azis merupakan seorang perwira tinggi Polri yang sejak 22 Januari 2019 menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri pernah menangani masalah-masalah seperti Bom Bali II pada tahun 2005, Mutilasi 3 Siswi Kristen Poso ditahun yang sama, kemudian melanjutkan Operasi Anti-Teror Bareskrim Poso sampai dengan tahun 2007, Operasi Camar Maleo selama menjadi Kapolda Sulteng dan Operasi Tinombala pada awal tahun 2016

Saat menjabat sebagai Kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus/Anti-Teror, terjadi tiga pengeboman di Bali, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Mereka yang tewas merupakan 15 warga Indonesia1 warga Jepang dan 4 warga Australia sedangkan tiga lainnya adalah para pelaku pengeboman: Muhammad Salik Firdaus, Misno alias Wisnu, dan Ayib Hidayat.

Pasca kejadian tersebut, polisi mengambil langkah-langkah penting untuk menangani kasus tersebut. Pasalnya, pengeboman sudah terjadi sebanyak dua kali di Bali. Pak Idham bersama rekan-rekannya di Detasemen Investigasi melakukan penyergapan di sebuah vila di Kota Batu.

Penyergapan yang dilakukan Pada 9 November 2005, Dr. Azahari, buronan asal Malaysia yang diduga merupakan sutradara dibalik dua kali peristiwa pengeboman di Bali, tewas ditembak polisi.

Di hari yang sama, polisi berhasil meringkus beberapa buronan lainnya di Semarang dengan alat bukti video yang mengungkap alasan pengeboman di Bali.

Sementara pengusutan kasus Bom Bali, Pak Idham dkk di kepolisian diperhadapkan lagi kasus Pemenggalan gadis Kristen, Theresia Morangke, Alfita Poliwo dan Yarni Sambue.

Dikabarkan, tiga perempuan itu dipenggal oleh militan Muslim di wilayah Kabupaten Poso berjumlah enam orang. Kasus ini terus berkembang. Namun, Pada tahun 2006, Pak Idham yang memimpin operasi anti-teror Poso berhasil menangkap Irwanto Irano, Lilik Purwanto dan Hasanuddin ditangkap sebagai pelaku utama kejadian tersebut.

Berkat keberhasilan di Poso, Pak Idham diangkat menjadi Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Rupanya penunjukan dirinya sebagai Kapolda Sulteng untuk menuntaskan kelompok teroris Santoso yang masih bersembunyi di wilayah pegunungan di Kabupaten Poso.

Kepolisian yang bekerjasama dengan TNI melakukan sebuah operasi yang dinamakan Operasi Camar Maleo. Dalam operasi tersebut, TNI dan Polri berhasil menangkan sekitar 28 anggota kelompok Santoso (termasuk dua orang pimpinan).

Namun, keberhasilan ini dinilai cacat karena tidak mampu menangkap Santoso yang disebut sebagai pemimpin kelompok teroris Poso.

Karena itu, pada tanggal 10 Januari 2016, Polri kembali membentuk Operasi Tinombala yang bertugas khusus untuk memburu Santoso. Akan tetapi, Operasi Tinombala mendapat kritik dari beberapa pihak sehingga Idham Azis ditarik kembali dan menjabat Inspektur Wilayah II Inspektorat Wilayah Umum Polri dan pada Februari 2016.

Saat ini, Pak Idham diajukan sebagai calon tunggal Kapolri yang memiliki peluang besar untuk menduduki kursi yang sebelumnya diduduki Jendral Tito Karnavian. Ia diperhadapkan dengan Kasus Novel Baswedan yang tidak pernah diungkap sejak dua tahun yang lalu tepat April 2017.

Apakah berkat pengalamannya dalam penanganan kasus terorisme, ia mampu menangkap pelaku dan sutradara dibalik penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan?

Mari kita menyimak!!!

Salam !!!

Neno Anderias Salukh

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun