Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Dyatame" di Antara Mimpi Orang Sumba dan Harapan Dunia

7 September 2019   23:00 Diperbarui: 8 September 2019   11:20 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan Ecobricks oleh anak-anak TBM dan Kelompok Belajar Dyatame/Dokumen Dyatame

Mimpi-mimpi orang Sumba dalam sebuah Surga Dunia, Dyatame

Di Pulau Sumba, terdapat sebuah Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Kelompok Belajar (KB) yang bergerak dalam dunia literasi untuk memerangi angka buta huruf di Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

Taman Baca Masyarakat dan Kelompok Belajar yang diberi nama Dyatame ini didirikan oleh Empri Magi pada tanggal 27 April 2017 di Desa Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa Timur.

Baca: Empri Magi, Aktivis Literasi dan Pejuang Pendidikan NTT

Dyatame bergerak menjadi saluran berkat bagi masyarakat Sumba, terlebih khusus anak-anak. Dyatame membantu anak-anak desa mendalami materi pelajaran yang kurang di mengerti saat jam pelajaran sekolah, serta sebagai wadah untuk belajar berbagai hal baru selain pelajaran formal di sekolah.

Kegiatan belajar TBM dan Kelompok Belajar Dyatame/ Dokumen Dyatame
Kegiatan belajar TBM dan Kelompok Belajar Dyatame/ Dokumen Dyatame
Meski perjalanan awal Dyatame penuh onak dan duri. Kini, Dyatame menjelma sebagai sebuah wadah atau jembatan generasi baru SBD meraih mimpi-mimpi mereka.

Dyatame berhasil mematahkan pola pikir orang Sumba tentang pendidikan. Awalnya mayoritas masyarakat Sumba khususnya SBD yang berpikir bahwa sekolah itu hanya menghabiskan waktu dan biaya, mereka sadar bahwa pengorbanan itu akan berbuah manis.

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis.-Aristoteles (Filsuf Yunani)

Di suatu hari, salah satu laskar Dyatame membingungkan ayahnya dengan berkata-kata Bahasa Inggris.

"Mon Dad, good evening i'm home", kata si bocah itu.

Sebagai laki-laki yang hanya mengenyam pendidikan sebatas sekolah dasar, ia tidak mengerti apa yang dikatakan anaknya. Keesokan harinya, ayah dari si bocah ini mendatangi Empri dan mengucapkan terima kasih karena anaknya berbeda jauh dengannya.

Rupanya, bagi Empri, kalimat ini merupakan sebuah magic yang mempengaruhi perilaku ayahnya. Mulai saat itu, ayahnya bekerja keras sebagai tukang ojek untuk mengumpulkan rupiah bagi anak-anaknya untuk sekolah.

Selain itu, pola pikir masyarakat Sumba yang masih menganut paham patrialisme, di mana kaum perempuan yang menginjak usia remaja diperuntukan untuk menikah sadar bahwa semua orang baik itu laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dan berhak memperoleh pendidikan.

Bahkan, taman baca yang pernah meraih penghargaan Provinsi Astra International Satu Indonesia Awards ini menjadi wadah anak-anak Sumba menjamah dan mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Mengenal Presiden Amerika Serikat dan pemimpin-pemimpin dunia lainnya merupakan sebuah hal yang biasa bagi anak-anak yang dilahirkan di perkotaan, belajar dengan sarana yang lengkap dan sebagainya.

Akan tetapi, menjadi sesuatu yang luar biasa ketika anak-anak di desa yang tidak memiliki TV sekalipun mengenal pemimpin-pemimpin dunia.

Shem merupakan salah satu anak Dyatame yang merasakan hal itu. Meski hidup dalam keluarga yang tidak memiliki TV, ia ada usaha untuk mendapatkan informasi-informasi yang bagi anak-anak tidak penting.

Dalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar, Empri Magi yang merupakan pembimbing mereka bertanya, Siapakah Presiden Amerika?

"Donald Trump," Jawab Shem ditengah kebisuan dan kebingungan teman-temannya.

Bagi Empri, hal tersebut sangat unik karena anak seumuran Shem yang seharusnya tertarik dengan dunia kartun malah suka dengan berita-berita politik.

"Saya menyadari bahwa keterbatasan tak menghalangi kita untuk belajar pengetahuan umum. Seperti Shem, walaupun anak seumurannya lebih cenderung menyukai film kartun dan hiburan lain tetapi Shem juga tertarik untuk menonton berita yang cenderung lebih disukai oleh orang tua," tulis Empri dalam catatan Surga Para Pejuang Aksara

Shem menunjukkan bahwa pengaruh Dyatame untuk anak-anak meraih mimpi-mimpi mereka sangat besar. Meski Dyatame tidak menyediakan TV untuk mereka tetapi Dyatame berhasil menuntun mereka untuk berusaha keras mencari dan menemukan.

Dipastikan, Taman Baca yang memiliki arti rumah yang menebarkan berkat bagi orang lain khususnya anak-anak ini akan memberhentikan rentetan putra-putri Sumba usia sekolah yang lebih memilih bekerja ke daerah lain bahkan ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

"Pendidikan bagi saya adalah jati diri dan harta yang tak ternilai bagi setiap orang. Lewat pendidikan, orang tak akan mudah dibodohi. Pendidikan dapat menggerakan roda kehidupan untuk menjadi lebih baik. Saya ingin walaupun anak-anak desa hidup jauh dari fasilitas dan terbatas dalam banyak hal, tetapi lewat pendidikan mereka berani bermimpi untuk hidup yang lebih baik," lanjut Empri.

Perjuangan Dyatame dibuktikan dengan sejumlah penghargaan seperti Juara I Lomba Pidato Hardiknas Tingkat Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2018, Juara II Lomba Cerdas-Cermat Alkitab (CCA) Se-Pulau Sumba, Juara Provinsi Astra International Satu Indonesia Awards Kategori, Pendidikan Perwakilan Indonesia Timur Tahun 2018, Juara I Nasional Kompetisi Millenials Berkarya Kategori Foto Inspiratif Tahun 2018 dan Juara III Nasional Lomba Foto Bersih Sungai dari Sampah Plastik Tahun 2019 dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Pemenang Cerdas Cermat Alkitab se-Daratan Sumba
Pemenang Cerdas Cermat Alkitab se-Daratan Sumba
Tanggal 8 September, tanggal yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Hari Melek Huruf Internasional. Saya sengaja membuka google untuk mencari tahu tentang penetapan hari peringatan ini.

Pada tanggal 17 November 1965 adalah hari yang bersejarah bagi dunia dimana 8 September ditetapkan sebagai hari peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas dan masyarakat di seluruh dunia.

Tentunya penetapan tanggal 8 September sebagai hari peringatan melek huruf internasional disertai dengan alasan. Saya yakin bahwa pada saat itu angka buta huruf menembus jutaan ribu sehingga keputusan untuk memperingati hari melek huruf adalah salah satu upaya PBB untuk mengurangi angka tersebut.

Hari yang juga dikenal sebagai Hari Literasi Internasional ini adalah momen tahunan yang diperingati untuk menyadarkan setiap umat manusia tentang pentingnya belajar. Bahkan, dunia internasional berharap di setiap aktivitas manusia harus disertai dengan kegiatan belajar.

Saya teringat dengan pepatah kuno yang mengatakan bahwa "Tidak ada kata tua untuk belajar". Pepatah kuno ini mengingatkan kita bahwa tidak ada alasan untuk tidak belajar bahkan masa tua yang merupakan detik-detik terakhir kita ada di dunia pun kita harus terus belajar.

Nah, untuk mencapai tujuan PBB dalam mengurangi angka buta huruf maka peringatan hari literasi internasional saja tidak cukup tetapi peringatan yang harusnya menyadarkan masyarakat untuk melakukan sesuatu.

Ya, kalau sekedar memperingati dan tidak ada tindak lanjut maka harapan untuk mengurangi angka buta huruf bagaikan si cebol merindukan bulan. Semuanya sia-sia.

Mengharapkan mereka yang buta huruf untuk belajar dengan inisiatif mereka sendiri tentunya sangat sulit, apalagi ditambah dengan fasilitas yang sangat terbatas dan alasan-alasan yang lain. Ya, karena lilitan buta huruf tidak memberikan mereka ruang untuk keluar.

Oleh karena itu, membutuhkan pahlawan untuk menolong mereka melepaskan lilitan tali buta huruf dan keluar dari kegelapan menuju terang sebagaimana filosofi pendidikan Plato bahwa arah yang diberikan pendidikan untuk mengawali hidup seseorang dan menentukan masa depannya.

Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. Tan Malaka, Aktivis Kemerdekaan Indonesia

Empri dan Dyatame adalah salah satu contoh usaha melepaskan lilitan tali buta huruf sebagaimana yang diharapkan dunia melalui UNESCO. Empri adalah pahlawan untuk memberhentikan rentetan buta aksara di NTT khususnya Sumba dan Dyatame adalah surga bagi para aksara Sumba menikmati kebebasan bermimpi dan sebagainya.

Selamat Merayakan Hari Literasi Internasional

Nusa Tenggara Timur, 08 September 2019

Neno Anderias Salukh

Referensi:

1. Wawancara bersama Pengelola Dyatame, Empri Magi
2. Catatan-Catatan Dyatame oleh Empri Magi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun