Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Skakmat" Andre Rosiade terhadap Andi Arief Memang Top

7 Juni 2019   22:24 Diperbarui: 7 Juni 2019   23:16 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Suara Muhammadiyah

Balas-membalas pun terjadi. Setelah itu, pasca pengumuman hasil pemilu, perang kata-kata yang melibatkan Andi Arief dan kubu Prabowo-Sandi tidak ada sama sekali.

Meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono pun Andi Arief diam. Bahkan Pidato Prabowo yang menyinggung perasaan SBY dan menuai hujatan dari publik pun Andi Arief tetap memilih diam.

Andi Arief memang dikenal sebagai pembuat sensasi. Ia pernah terlibat dalam kehebohan hoax tujuh kontener berisi surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Bukan Voice Note yang membuat heboh tapi twit Andi Arief yang membuat heboh.

07 Juni 2019, melalui akun Twitter-nya, Andi Arief menyebut Partainya dikambinghitamkan oleh kubu Prabowo-Sandi atas kekalahannya. Kemudian ia pun mengungkit kembali pemilihan cawapres yang menuai pro-kontra dalam kubu mereka sendiri.

Menurut penulis, Andi Arief merasa disalahkan karena keterlibatan Partai Demokrat Pasca Pemilu tidak menunjukkan keharmonisan dalam kubu Prabowo-Sandi bahkan perang kata-kata menghiasi keretakan hubungan mereka atau mungkin ada alasan lain tetapi kata-kata Andi Arief memang sangatlah mengecewakan.

"Pasangan 02 deklarasi capres-cawapres tanpa melibatkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Artinya, merasa kuat dan punya perhitungan sendiri untuk menang. Dalam kenyataannya kalah, terpuruk, malah menyalahkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Ngambek pada kekuatan yang tidak dilibatkan," tulis Andi Arief dalam akun Twitter-nya, Jumat (7/6/2019). 

Bahkan dalam penyampaiannya, Andi Arief mengatakan bahwa pencalonan Sandiaga Uno sebagai wakil presiden sebenarnya tidak disetujui oleh Demokrat. Alasannya adalah berdasarkan survei, Jika Prabowo dipasangkan dengan Sandiaga Uno maka mereka tidak memiliki peluang untuk memenangkan pilpres.

Artinya bahwa Sandiaga Uno tidak memiliki masa yang cukup atau tidak ada pengaruh untuk meraup suara yang banyak. Sandiaga Uno diklaim terindikasi politik SARA sehingga sulit menang di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Padahal, di atas kertas Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan gudang pemilih yang berpengaruh terhadap hasil pemilu.

Namun, Prabowo Subianto dan semua politisi di dalamnya keras kepala dan tidak mendengar saran dari Demokrat. Kini terbukti bahwa kekalahan ini adalah biang keroknya Sandiaga Uno.

Akan tetapi, Demokrat tetap mendukung dan berjuang untuk kemenangan Prabowo-Sandi walaupun usulan-usulan positif Demokrat tidak diterima. Bahkan, ada beberapa hal yang Andi Arief tidak ingin kemukakan terkait Prabowo-Sandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun