Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Kain Tenunan Suku Amanuban

25 April 2019   16:54 Diperbarui: 19 Agustus 2019   13:23 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Siswa SMP Negeri Satu Atap Oemasi Desa Mauleum Kecamatan Amanuban Timur mengenakan pakaian adat tenunan Amanuban.

Lotis merupakan salah satu kain tenunan yang dianggap paling gampang dan paling cepat dibuat oleh para penenun. Untuk ukuran yang kecil seperti selendang, bisa diselesaikan dalam waktu dua atau tiga hari sedangkan ukuran yang lebih besar paling lambat hanya satu minggu.

Lotis juga merupakan tenunan yang paling irit biaya karena hanya menggunakan benang dasar tanpa ikat dan bahan pewarna. Biasanya, benang dasar Lotis berwarna pelangi tetapi beberapa bagian yang dibuat dengan ukuran yang lebih luas untuk membentuk motifnya. Oleh karena itu, Lotis menjadi pilihan banyak orang untuk dibuat.

Benang dasar pelangi ini dicampur dengan benang dasar hitam atau putih. Tujuannya agar pembuatan motifnya lebih gampang dan terlihat. Benang warna akan dipisahkan dari benang hitam atau putih dengan corak tertentu yang kemudian ketika benang dirapatkan membentuk sebuah motif.

Membutuhkan dua tenunan untuk membuat sarung dan selimut. Dua tenunan tersebut dibuat dengan ukuran, warna dan motif yang sama sehingga ketika disatukan terlihat satu dan indah.
***

Selain sarung dan selimut, tenunan-tenunan tersebut bisa digunakan untuk selendang dengan ukuran yang sesuai, untuk ikat pinggang dan juga pembuatan tas samping.

Dokpri: contoh tas dari motif Lotis
Dokpri: contoh tas dari motif Lotis

Sejak zaman dahulu, setiap perempuan diwajibkan untuk bisa menenun sebagai syarat utama menikah. Namun, generasi milenial saat ini sudah tidak mengenal syarat tersebut. Akibatnya, regenerasi penenun di Amanuban hampir tidak ada. Diperkirakan 20 tahun kedepan dengan tidak adanya regenerasi penenun, dipastikan bahwa tenunan akan punah.

Merupakan sebuah sukacita ketika Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) yang baru, Viktor Laiskodat membuat Perda baru bahwa semua Perempuan NTT harus bisa menenun. Saya percaya ini menjadi titik bangkit bagi masyarakat NTT khususnya Amanuban untuk memelihara budaya, adat istiadat dan terlebihnya kain tenunan Amanuban.

Koleksi model motif yang lain dan terbaru bisa dilihat melalui Instagram

Salam!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun