Dia selalu menjadi keluhan teman-teman guru karena tidak mampu mencerna pelajaran dengan baik, dia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya dan menjadi korban bullying. Bahkan, saya sendiri stres dengan dia, saya merasa dia dipaksa untuk sekolah.
Singkat cerita, Ujian Sekolah pun dilaksanakan. Semua murid antusias untuk menghadapi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional yang saat ini sedang berlangsung. Rajin belajar dan sebagainya.
Berbeda dengan Iven, murid yang dianggap paling tidak bisa ini jika dibandingkan dengan teman-temannya. Ia sedikit cuek dan seolah-olah tidak akan menjalani ujian. Bahkan, semua di suruh foto untuk membuat pas foto, Yefri memilih untuk pulang. Menjengkelkan mengurus anak seperti ini tapi apa harus jengkel? Tidak.
Ujian sekolah telah dilaksanakan, Yefri pun ikut sebagai peserta ujian. Saya bayangkan, apa yang ia lakukan ketika menghadapi soal ujian yang cukup sulit bagi mereka.
Pada saat pemeriksaan lembar jawaban matematika, Yefri membuat saya terkejut, nilainya lebih tinggi dari teman-temannya yang lebih baik dari dia. Dia yang dianggap paling tidak bisa mengajarkan kepada saya bahwa murid tidak bisa dicap bodoh, murid tidak bisa dicap tidak bisa. Dia mengajarkan kepada saya bahwa semua murid itu bisa tergantung bagaimana guru meracik menu pembelajaran menarik untuk dihidangkan kepada siswa.
Yefri dipakai Tuhan sebagai seorang guru untuk mengajarkan kepada saya tentang guru yang sebenarnya. Terima kasih Yefri, You are a Teacher for me.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan salah satu kata bijak tapi saya lupa siapa yang mengatakannya.
"Tidak ada murid yang bodoh, yang ada hanya guru yang tidak kreatif"