Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Siapa yang Layak Mendampingi Jokowi di Pilpres 2019?

3 Juni 2018   17:55 Diperbarui: 3 Juni 2018   18:04 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
amosmagazine.wordpress.com

Aroma Pemilihan Presiden (Pilpres) Republik Indonesia (RI) mulai terasa, drama persaingan politik mulai diadegankan oleh para politikus partai dimana masing-masing partai sudah mulai mengusung kader baik capres maupun cawapres, walaupun baru dua nama yang mencuat di permukaan yaitu Prabowo Subianto sebagai rival Presiden Jokowi dari Partai Gerindra dan Presiden Jokowi sendiri yang pasti diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dinahkodai oleh putri presiden Indonesia yang pertama, Megawati Soekarnoputri, namun pastinya terdapat beberapa kader yang ikut bersaing dalam pesta rakyat ini.

Sejauh ini Prabowo dan Jokowi merupakan dua kandidat terkuat yang akan memperebutkan takhta pimpinan gedung merdeka. Kita semua pasti tahu tentang pengaruh Prabowo di Republik ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang diselenggarakan Indonesia Network Election Survey (INES) menyebut Prabowo Subianto bisa memenangkan pemilihan Presiden jika dihelat hari ini. Dalam survei INES itu Prabowo mendapatkan suara 50,2 persen, sementara petahana Joko Widodo hanya mampu mengambil hati 27,7 persen dari total responden sedangkan sisanya tidak memilih (CNN Indonesia, 06 Mei 2018). 

Namun, hasil ini berbeda dengan hasil survei Top of Mind Indikator Politik Indonesia memperlihatkan elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi jelang Pilpres 2019 mencapai 39,9 persen. Diikuti penantangnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 12,1 persen, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 0,9 persen sedangkan sisanya tidak memilih.

Terlepas dari hasil di atas, kita tahu bahwa Presiden Jokowi merupakan satu-satunya presiden yang pembangunannya lebih bertolak ke dalam. Artinya pembangunan menyentuh daerah-daerah Terpencil, Terluar dan Tertinggal baik dari segi infrastruktur maupun pendidikan dan beberapa hal lainnya sebagaimana dalam tulisan saya di kompasiana 28 Mei 2018 (Membaca Peluang Melalui Kesempatan Pembangunan Kilang Minyak Onshore). Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang benar-benar merasakan kinerja Jokowi, mengharapkan Jokowi kembali melanjutkan jabatan presiden pada tahun 2019. Namun melihat hasil survei tersebut di atas tanpa melihat seberapa besar erornya dan kebenarannya, kita harus berasumsi bahwa ada peluang atau ada kemungkinan Jokowi turun takhta.

Hal inilah menjadi dasar para relawan Jokowi diharuskan bekerja extra untuk meyakinkan mayoritas masyarakat Indonesia bahwa Jokowi masih layak memimpin Indonesia. Salah satunya adalah memilih wakil yang punya kualitas dan kemampuan intelek sehingga hal tersebut menjadi pendongkrak elektabiltas Pak Jokowi.

Minggu, 3 Juni 2018 Timor Express memberitakan tentang lima nama cawapres yang di siapkan oleh Relawan Jokowi untuk mendampingi pengusaha meubel ini di Pilpres 2019 antara lain Airlangga Hartarto, Cak Imin, Archandar Tahar, Muhammad Zainal dan Asman Abnur.

Berikut ini rekam jejak kelima nama tersebut di atas:

Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT

Pria kelahiran Surabaya, 01 Oktober 1962 merupakan seorang politisi Golkar yang sedang menjabat sebagai Mentri Perindustrian menggantikan Saleh Husin pada perombakan Kabinet Kerja Joko Widodo. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Emiten Indonesia periode 2011-2014. Airlangga juga adalah Ketua Komisi VII DPR RI (2006-2009) yang membidangi Energi, Lingkungan Hidup dan Ristek dari Fraksi Partai Golkar dan tercatat sebagai Wakil Bendahara dalam Pengurus DPP Partai Golkar periode 2004-2009.  Tidak berhenti sampai disitu, dikepengurusan periode 2009-2015 tercatat sebagai Ketua DPP Partai Golkar kemudian ia terpilih kembali menjadi anggota DPR periode 2009-2014 dan menjabat sebagai Ketua Komisi VI yang membidangi perindustrian, perdagangan, UKMK, Investasi dan BUMN.

Pria penulis buku Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia rupanya merupakan seorang yang berpengaruh di dunia pengusaha. Ia adalah pemilik sejumlah perusahaan dan ia menjadi Presiden Komisaris dari PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Ia pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2006-2009, Ketua Dewan Insinyur PII 2009-2012. Airlangga juga adalah anggota Majelis Wali AmanahUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta sampai dengan tahun 2012 dan menjadi pemrakarsa Herman Johannes Award, suatu penghargaan bagi inovasi teknologi saat ia menjabat Ketua Keluarga Alumni Fakultas Teknik UGM (KATGAMA) pada tahun 2003.

Menarik, dalam sebuah media, Airlangga mengungkapkan ia mengagumi ajaran Mahatma Gandhi menyangkut tujuh hal yang harus dihindari, yakni KAYA tanpa BEKERJA, KESENANGAN tanpa KESADARAN, PENGETAHUAN tanpa KARAKTER, BISNIS tanpa MORAL, ILMU TANPA KEMANUSIAAN, PENGHARGAAN tanpa PENGORBANAN, dan POLITIK tanpa PRINSIP.

Sepintas tentang rekam jejaknya bagi kita agar melihat dan menilai Airlangga apakah layak mendampingi presiden Jokowi di Pilpres 2019?

Pengalaman di bidang pengusaha dan Anggota DPR di bidang perindustrian, perdagangan, UKMK, Investasi dan BUMN menjadi modal besar.

Airlangga untuk membantu Jokowi dalam menangani industri-industri, perusahaan-perusahaan dan investor-investor asing di luar negeri. Mungkin yang perlu diperhatikan sekarang adalah perusahaan kelapa sawit yang sangat besar namun belum ada pengelolaan atau aturan hukum perusahaan yang mengikat dan kuat sehingga perusahaan kelapa sawit menguntungkan salah satu pihak sedangkan pihak yang lain dirugikan seperti penduduk setempat dan buruh. Semuanya diungkapkan dalam sebuah film produksi anak bangsa dengan judul "Asimetris" 

Selain hal di atas, adanya pengembangan dunia usaha khususnya di bagian Indonesia Timur yang masih kalah bersaing dengan Indonesia bagian barat. Hal-hal ini yang perlu menjadi pertimbangan dan mungkin ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan para relawan untuk memilih siapa yang pantas menjadi partnernya Jokowi.

Drs. H. Muhaimin Iskandar, M.Si

Pria yang akrab di sapa Cak Imin ini lahir di Jombang, 24 September 1966 adalah seorang Politikus di Indonesia yang pernah mengenyam studinya di bidang politik dari Universitas Gadjah Mada dan magister komunikasi dari Universitas Indonesia. Aktivitasnya di bidang politik membuatnya menjabat Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa selam dua periode. Ia juga pernah menjabat Mentri Tenaga Kerja dan Transmigarsi periode 2009-2014 dan kini sejak 26 Maret 2018, Muhaimin diangkat menjadi Wakil Ketua MPR RI bersama Ahmad Basarah dan Ahmad Muzani berdasarkan revisi Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD (MD3).

Berdasarkan latar belakang Cak Imin maka dapat disimpulkan bahwa beliau memiliki beberapa pengalaman di dunia politik maupun di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang menjadi modal besar untuk mendampingi Sang Nahkoda Indonesia pada Pilpres 2019.

Masalah serius yang sampai saat ini belum ditangani dengan baik adalah masalah Tenaga Kerja Ilegal dan Imigran gelap. Untuk masalah Tenaga kerja Ilegal menjadi masalah yang lasim bagi bangsa ini khususnya Provinsi Nusa Tenggar Timur yang menjadi julukan Nusa Peti Mati oleh Tempo.com baru-baru ini. Masalah ini merupakan masalah lokal atau daerah, namun perlunya peran negara yang melindungi segenap bangsa dan tanah air Indonesia.

Ir. Archandra Tahar, M.Sc, Ph.D 

Wakil Mentri Energi dan Sumber Daya Manusia Mineral Indonesia ini, lahir di Padang, 10 Oktober 1970. Sebelumnya dia adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia pada Kabinet Kerja Jokowi yang menjabat sejak 27 Juli2016 - 15 Agustus2016. Ia menggantikan Sudirman Said yang diberhentikan oleh Presiden Jokowi dalam perombakan kabinet pada tanggal 27 Juli 2016. Munculnya polemik dwikewarganegaraan yang ditujukan kepada dirinya sebagai menteri, Arcandra resmi diberhentikan sebagai Menteri ESDM pada tanggal 15 Agustus 2016  dan menjadikannya sebagai menteri dengan masa kerja terpendek dalam sejarah di Indonesia, yakni 20 hari. Pada tanggal 14 Oktober 2016, ia resmi dilantik menjadi Wakil Menteri ESDM mendampingi Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Ia menyelesaikan S-1 di Teknik Mesin ITB ) dan kemudian bekerja di Andersen Consulting. Selanjutnya ia mengikuti kuliah S-2 di Texas A&M University, Amerika Serikat hingga selesai. Kemudian ia kembali melanjutkan pendidikan S-3 di Amerika Serikat. Setelah itu, ia menjadi konsultan di berbagai perusahaan internasional. Arcandra memiliki peran dalam negosiasi dan keberhasilan Presiden Joko Widodo menarik kembali Blok Masela agar dikuasai Indonesia, dengan memutuskan eksplorasi harus dilakukan secara onshore dan bukan offshore. Ia juga memiliki hak paten tentang desain offshore di Amerika Serikat.

Melihat rekam jejaknya di bidang pemerintahan kurang memiliki pengalaman namun secara intelektual, perlu di akui bahwa Archandra merupakan salah satu ilmuwan yang dibutuhkan dilihat dari riwayat pekerjaannya berikut ini:

1. Asisten Peneliti Offshore Technology Research Center: 1997--2001

2. Technical Advisor Noble Denton: 2000

3. Peneliti Technip Offshore: 2001--2006

4. Hydronynamics Lead FloaTec LLC: 2006--2007

5. Principal dan Presiden Asia Pasific AGR Deepwater Development System: 2007--2009

6. Principal Horton Wison Deepwater: 2009--2013

7. Presiden Petroneering: 2013--2016

8. Menteri ESDM Indonesia: 27 Juli 2016--15 Agustus 2016

Archandra merupakan sosok yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan cawapres nanti. Hal ini dikarenakan, negeri ini sedang minim pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan Energi dan Sumber Daya Mineral yang merupakan energi yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia sehingga beliau dapat diharapkan dengan kemampuan intelektual dan pengetahuan di bidang mineral dapat menjadikan Indonesia negara yang dapat mengelola bahan mentah sendiri tanpa melibatkan perusahaan asing apalagi Pembangunan Kilang Minyak Abadi Blok Masela secara onshore akan dilakukan mulai tahun ini yang kemudian onstream pada 2027. Para relawan perlu kerja keras dalam menentukan wakil yang tepat untuk Presiden Jokowi.

Dr. TGH. Muhammad Zainul Madji, M.A

Pria yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) lahir di Selong, 31 Mei 1972. Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo ini pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI Komisi X dari Partai Bulan Bintang periode 2004-2009 yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan.

Berdasarkan pengalamnnya ini, ia terpilih menjadi Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua periode. Mungkin TGB merupakan salah satu gubernur terbaik di Republik ini. Berbagai penghargaan diraih karena kesuksesannya dalam memimpin NTB. Misalnya penghargaan karena mampu meningkatkan produksi padi di NTB, Gubernur paling visioner dalam menangani birokrat, Provinsi terbaik dalam penanggulangan kemiskinan, Provinsi terbaik dalam laju kinerja pencapaian sasaran MDGs secara komulatif dan masih banyak penghargaan yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Berikut jumlah penghargaan yang diraih setiap tahun:

1. Tahun 2008: 2 Penghargaan

2. Tahun 2009: 11 Penghargaan

3. Tahun 2010: 9 Penghargaan

4. Tahun 2011: 6 Penghargaan

5. Tahun 2012: 9 Penghargaan

6. Tahun 2013: 6 Penghargaan

7. Tahun 2014: 8 Penghargaan

8. Tahun 2015: 9 Penghargaan

9. Tahun 2016: 7 Penghargaan

Pengalamannya memimpin NTB menjadi modal utama mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 apalagi salah satu program utamnya Jokowi adalah "Membangun  Indonesia dari Desa". Visi ini akankah lebih cocok Jokowi berjalan bersama Pria kelahiran Selong ini?

Dr. H. Asman Abnur, S.E., M.Si

Putra kelahiran Padang Pariangan, 02 Februari 1961 merupakan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia pada Kabinet Kerja yang dilantik sejak tanggal 27 Juli2016 yang juga merupakan seorang politisi Indonesia. Aktivitasnya di dunia politik, membuatnya terpilih menjadi Anggota DPRD Batam, Wakil Walikota Batam dan Anggota DPR RI dari tahun 2004-2016.

Asman lahir dari pasangan H. Aburuddin Hamzah dan Hj. Nurcahya. Ayahnya merupakan seorang pedagang emas di Tanjung Pinang dan Batam. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Asman melanjutkan usaha orang tuanya berjualan emas. Dari usaha ini ia kemudian mengembangkan berbagai macam jenis usaha, diantaranya beberapa unit SPBU, sejumlah Restoran, Apotik, Pusat Kebugaran, Bank Perkreditan Rakyat Syariah, dan money changer. Karena aktif di dunia usaha, ia pernah memegang berbagai posisi penting, diantaranya Ketua HIPMI Batam dan Ketua Kadin Batam. 

Kini aktivitas bisnisnya merentang antara Batam, Singapura, dan Jakarta. Asman juga merupakan alumnus Universitas Airlangga. Asman Abnur lulus dari S2 Magister Sains tahun 2004. Saat ini, di tengah kesibukannya sebagai menteri, Asman lulus menjalani S3 doktoral pada program studi Ilmu Ekonomi Islam pada tahun 2017.

Berdasarkan latar belakangnya, ia juga merupakan sosok yang memiliki banyak pengalaman, di bidang usaha mungkin punya peran yang sama seperti Airlangga, bidang politik dan birokrasi mungkin punya peran yang hampir miri TGB. Tentunya tidak diragukan untuk mendampingi Jokowi di Pilpres 2019.

Nah, setelah melihat rekam jejak kelima orang ini, tentunya secara intelektual dan pengalaman, kelima orang ini merupakan manusia-manusia yang tidak kalah jenius di bangsa ini. Namun, perlu diperhatikan adalah sosok yang punya elektabilitas yang tinggi agar mampu menopang Jokowi untuk kembali memenangi Pilpres 2019. 

Akan tetapi yang terpenting adalah dia yang memiliki hati untuk melayani dan berkorban bagi bangsa dan negara. Tidak kalah penting juga, cawapres yang punya Integritas dan Ideologi sejalan dengan visinya Pak Jokowi. Hal ini akan lebih mudah dalam berkomunikasi dan bersinergi membangun bangsa ini. Tentunya harapan terbesar masyarakat Indonesia adalah kedua nahkoda yang terpilih tetap punya keakraban dan bergandengtangan, sehati, sepikir. Dalam artian tidak ada perpecahan atau perang ideologi sebelum masa jabatan berakhir.

  • #Salam Indonesia Raya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun