Bissmillahirrohmaanirrokhiiim, assalamu 'alaikum warohmatullohi wa barokatuh....
Yang saya hormati dewan juri serta bapak ibu guru. Tak lupa teman-temanku yang berbahagia.
Apa kabar, how are you today??????
Alhamdulillahi robbil 'alamiin. Marilah kita panjatkan puji Syukur kepada Alloh azza wa jallah yang telah memberi kesempatan kita untuk berkumpul di  sini. Selanjutnya sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Baginda Agung Muhammad SAW. Yang menjadikan kita beriman, islam,dan berilmu pengetahuan.
Hadirin rokhimakumulloh, sebelum kita lanjutkan saya akan membacakan pantun, mohon izin ya...
Pohon pepaya manis sekali
Tumbuh subur di pinggir kali
Izinkan saya perkenalkan diri
Salam kenal untuk mengawali
Baiklah para hadir saya ..., kelas 4 wakil dari SD ... akan menyampaikan cerita Islami yang berjudul SUNAN KALIJAGA.
Sunan kalijaga memiliki nama asli Raden Said. Beliau merupakan salah satu tokoh Islam di pulau Jawa. Dalam berdakwah Sunan Kalijaga menggunakan metode yang lekat dengan kehidupan masyarakat. seperti, seni budaya, wayang dan gamelan. Beliau adalah putra dari Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilantika atau Raden Sahur. Sejak kecil hingga dewasa Raden Said telah dididik dengan ilmu agama Islam. Beliau sangat tidak menyukai para penguasa yang ada di Tuban. Mereka sangat semena-mena pada rakyat kecil. Mereka meminta pajak hasil panen pada para petani. Dan jumlah yang mereka harus bayarkan sangat besar. Hal ini sangat memberatkan rakyat kecil. Apalagi saat terjadi kemarau panjang, para penguasa tetap meminta pajak pada rakyat jelata.
Raden said mengetahui hal ini, karena beliau memiliki sikap mudah bergaul dengan siapa pun. Lalu beliau meminta ayahnya untuk menghentikan penarikan pajak tersebut.
Raden Said   : Nuwun sewu, ayah kalau boleh penarikan pajak rakyat dikurangi saja.
Ayah        : Betul anakku, ayah juga kasihan sekali melihat penderitaan mereka. Tetapi ayah hanya seorang adipati. Ayah tidak bisa berbuat banyak. Maafkan ayah, anakku.
Mendengar hal itu, Raden Said berjanji akan tetap berusaha meringankan beban rakyat. Yaitu dengan cara mencuri harta dari para penguasa. Beliau menggunakan pakaian serba hitam dan topeng. Beliau melakukannya di malam hari. Hasil curian tersebut lalu dibagikan kepada rakyat.
Hadirin yang dirahmati Alloh. Pada suatu hari Raden Said difitnah seseorang. Beliau dianggap telah menyakiti seorang anak kecil. Dari kejadian tersebut ayahnya marah.
Ayah        : Hei Raden Said keluar kamu dari kadipaten ini!!!!! Jangan injakkan kakimu di sini kecuali kamu bisa melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an yang bisa menggetarkan dinding istana.
Raden Said   : Ta,,,, tapi aku tidak bersalah yah. Jangan hukum aku. Aku hanya membela kaum lemah.
Ayah        : Keluar kamu Said !!!!
Raden Said pun pergi, dan hidup terlunta-lunta. Hingga Raden Said bertemu dengan Sunan Bonang yang berjubah putih serta membawa tongkat yang berkilauan.
Sunan Bonang      : Wahai anak muda, janganlah kamu mencuri. Itu perbuatan yang tidak baik. Bila kamu  mencuri, dan membagikan harta itu untuk orang miskin sama saja kamu mencuci baju dengan air kencing.
Raden Said pun tersadar, bahwa perbuatannya selama ini tidak terpuji. Kemudian beliau pun belajar kepada Sunan Bonang.
Suatu hari ibu Raden Said mengetahui bahwa anaknya tidak bersalah. Dan beliau menyesal telah mengusir Raden Said. Beliau ingin sekali bertemu dengan Raden Said. Hingga akhirnya Raden Said mengerahkan ilmunya untuk melantukan ayat-ayat Al Qur'an. Dan suara beliau mampu menggetarkan dinding istana dan siapa saja yang mendengarnya.
Begitulah cerita tentang SUNAN KALIJAGA atau RADEN SAID, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari keteladan beliau. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI