Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bintang di Mata Ibu

29 Januari 2023   10:37 Diperbarui: 29 Januari 2023   10:41 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Iya, mungkin karena habis pengajian, orang-orang pada punya makanan, Nak!" kata Ibu. Matanya menatap sayuran pecel yang masih utuh.

"Mudah-mudahan ada yang beli , Bu!" aku menadahkan tangan.

"Amin!" Ibu mengaminkan doaku.

Allah mengabulkan do'a hambanya. Kudengar lamat-lamat, langkah mendekati kami. Ternyata Pak Haji Ade beserta istri. Tetangga kami di belakang rumah. Dia punya usaha meubel yang cukup terkenal.

"Masih ada pecelnya, Teh?" tanyanya.

Ibu mendudukkanku di kursi.

"Oh, masih. Silakan, mau berapa bungkus Bu Haji?"

"Dua bungkus, pake rawit dua!"

"Baik, silakan duduk," Ibu mempersilakan pasangan suami istri itu untuk duduk di bangku panjang.

Dengan cekatan Ibu mengulek kacang goreng, kencur, bawang putih, rawit, garam, gula merah, dan setelah halus, dicampurnya dengan air matang dan berbagai sayuran. Harum bumbu pecel, membuatku lapar. Nasi dari hajatan tadi sore, tak membuatku kenyang.

Ibu membungkus pecel dengan daun pisang dan menyematnya dengan potongan lidi yang ujungnya dipotong lancip. Dua bungkus pecel dimasukkan ke kresek dan diserahkan kepada pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun