Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Balada Jadi Santri

22 Oktober 2022   20:43 Diperbarui: 22 Oktober 2022   21:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh Neni Hendriati

Ada yang menggelitik saat peringatan Hari Santri, 22 Oktober 2022. Terkenang 36 tahun lalu, aku  mencoba menjadi santri di pesantren tradisional. 

Saat itu, tahun 1986, aku baru lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG), sempat menjadi honorer di sebuah sekolah swasta, tetapi dikarenakan sakit cukup lama, akhirnya  aku keluar dari sekolah tersebut, dan memutuskan untuk "masantren".

Masih kuingat, ibuku bertanya.

"Bisa betah gitu tinggal bersama-sama di tempat orang lain?"

Raut wajahnya menunjukkan rasa khawatir. Maklum, anaknya orang rumahan, tak betah menginap di rumah orang, termasuk di rumah saudara sekali pun.

Kuanggukkan kepala dengan yakin.

"Iya, ibu, tenang aja, aku akan jadi santri yang berhasil!" kutatap matanya yang menyiratkan kasih sayang.

Akhirnya, jadi juga berada di pondok pesantren ini, yang terkenal dengan qiraatnya.

Suara azan awal berkumandang. Rasanya mata masih kesat, semalam belajar kitab sampai pukul sembilan malam, dilanjut dengan tahfiz. Kulirik jam dinding, masih menunjukkan pukul 03.00 pagi!

Semalam, karena suasana baru di pesantren, menyebabkan mata sulit terpejam. Berpuluh kali berubah posisi. Mungkin karena hanya beralaskan tikar, rasanya tak nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun