Mohon tunggu...
NENI RATNA YULIANI
NENI RATNA YULIANI Mohon Tunggu... Administrasi - Membaca Dan Menulis Adalah Dua Sejoli

Saya, seorang ibu rumah tangga biasa yang juga seorang ibu bekerja, yang suka banyak hal untuk dikerjakan. Saya suka menulis, meskipun hanya sebatas untuk disimpan sendiri sebagai catatan pribadi atau bisa disebut sebagai diary sehari-hari saya. Saya suka membaca, apa saja. Dari mulai novel, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Menyanyi pun saya suka, tapi hanya sebatas menyanyi di rumah, tidak untuk tampil di depan umum. Memasak pun saya suka, tapi juga sebatas untuk makanan biasa yang tidak memerlukan perlengkapan lengkap. Yang paling terkini yang masih saya lakukan adalah berkebun, menanam dan merawat tanaman hias. Saya juga senang bermedsos. Saya punya akun Facebook, Instagram, Twitter, dan bahkan punya channel Youtube, di mana saya bisa mengunggah video dari kegiatan saya berkebun dan merawat tanaman hias. Sisanya, saya suka nonton film. Saya suka film apa saja, tetapi saya paling suka dengan film drama, film detektif, dan film biografi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daftar Kuliah Dan Peran Penting Orang Tua

12 Januari 2023   09:59 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:21 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pendaftaran ke Perguruan Tinggi akan segera dimulai, terlebih pendaftaran ke Perguruan Tinggi Negeri. Peran orang tua dalam mendampingi putra-putrinya yang dimulai dari proses persiapan, pendaftaran, sampai keluar pengumuman, akan sangat berarti dan sangat berpengaruh.

Tak terasa, setahun sudah berlalu, bulan Januari 2022 setahun yang lalu adalah masa-masa sibuk saya sebagai orang tua mendampingi putra saya mempersiapkan pendaftaran ke Perguruan Tinggi. Sekarang sudah bulan Januari 2023. Yang saya yakin, di bulan Januari ini, para orang tua yang mempunyai anak di kelas XII SMA, juga sedang sibuk-sibuknya mulai mempersiapkan dan mendampingi putra-putrinya untuk daftar ke Perguruan Tinggi. Yang pasti, untuk siswa-siswi yang memilih untuk mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), perjuangan akan terasa lebih berat, karena terbatasnya kuota dari masing-masing PTN yang ada  di seluruh Indonesia, baik melalui jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi), maupun  jalur SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) di mana tesnya berupa UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer), dan yang terakhir adalah jalur mandiri. Perjuangan yang berat untuk  siswa-siswi, otomatis perjuangan yang berat juga buat para orang tuanya, begitulah yang saya alami dulu. Terlebih di masa setahun yang lalu itu, adalah kondisi yang penuh keterbatasan karena pandemi covid-19, yang menyebabkan segala sesuatunya serba terbatas juga. Terbatas karena minimnya sosialisasi langsung dengan pihak sekolah, dengan pihak kampus, dengan instansi terkait, semuanya rata-rata dilakukan secara daring atau menonton tayangan di sosial media terkait.

Sekarang Alhamdulillah saya lihat, karena kondisi yang sudah berangsur normal, di mana pembatasan sudah tidak diberlakukan lagi, pihak sekolah dan kampus lebih instens dalam hal melakukan sosialisasi. Misalnya, kegiatan Goes To Campus sudah diadakan lagi, di mana pihak sekolah beserta peserta didik sudah mulai lagi melakukan kunjungan ke beberapa PTN pilihan untuk memperkenalkan lebh dekat PTN yang menjadi incaran, setelah 3 tahun sebelumnya ditiadakan karena masa pandemi tersebut. Atau sebaliknya, pihak kampus yang menjemput bola dengan menggelar Campus Expo di SMA-SMA pilihan, untuk memperkenalkan dan mempromosikan kampus masing-masing, biasanya Campus Expo ini diadakan oleh kampus Perguruan Tinggi Swasta. Guru BK (Bimbingan dan Konseling) di sekolah pun, membuka pintu selebar-lebarny untuk para siswa dan orang tua untuk datang berkonsultasi langsung, tanpa terkendala waktu yang dibatasi seperti sebelumnya. Tanpa mengurangi rasa syukur saya bahwa artinya kondisi saat ini sudah kembali normal, terkadang saya tetap merasa iri, melihat apa yang sudah menjadi jauh lebih mudah saat ini, karena berbanding terbalik dengan apa yang saya alami setahun yang lalu. 

Dari pengalaman yang saya alami sebagai orang tua, rajin mencari informasi tentang seluk beluk persiapan, tata cara pendaftaran ke PTN, baik mencari informasi dengan membaca di media massa, atau mengikuti informasi di sosial media pihak-pihak terkait di dalamnya (bisa Instagram, website, Youtube), amat sangat membantu agar bisa mendapatkan informasi yang saya butuhkan. Sebelumnya tentu saja mencari infomasi dari pihak sekolah, khususnya dengan guru BK. Dan yang paling utama juga, bahwa  harus ada kerja sama dan kolaborasi yang baik antara pihak orang tua dengan anaknya, dalam hal ini, antara saya dan putra saya. Bagaimana jadinya kalau masing-masing pihak sibuk sendiri-sendiri, berjalan masing-masing, tanpa ada kesatuan yang solid. Yang mau meneruskan pendidikan memang anak saya, yang mau kuliah juga anak saya, tapi tetap sayalah orang tuanya yang akan membiayai kulihanya, yang juga akan mengeluarkpersetujuan OK atau tidaknya. Begitu pun sebaliknya, saya memang orang tuanya, tetapi yang akan menjalani kuliah dan melanjutkan pendidikan itu adalah anak saya, saya tidak boleh memaksakan kehendak saya untuk anak saya. Keputusan yang diambil nantinya, harus melalui persetujuan semua pihak berdasarkan musyawarah dan mufakat. Dengan berbekal semua itu, insyaallah, pintu kemudahan untuk melewati tahapan selanjutnya yang harus dilalui akan terbuka lebar.

Di tahun 2023 ini, ada perbedaan mendasar untuk dapat melakukan pendaftaran ke PTN. Dari mulai istilah yang digunakan, lembaga yang menyelenggarakannya, sampai pada perbedaan tata cara dan persyaratannya. Berikut perbedaan-perbedaan tersebut:

1. Jalur seleksi

Tahun 2022 dan sebelumnya: SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)  dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

Tahun 2023: SNMPTN berubah menjadi SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) SBMPTN menjadi SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes)

2. Lembaga penyelenggara seleksi masuk perguruan tinggi negeri

Tahun 2022 dan sebelumnya: bernama LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi)

Tahun 2023: diganti menjadi  Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3)

3. Nilai rapor dan mata pelajaran

Tahun 2022 dan sebelumnya: untuk SNMPTN, komponen  nilai rerata rapor untuk jurusan Saintek adalah untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, Biologi. Untuk jurusan Soshum terdiri dari mata pelajaran: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi,  dan Sosiologi

Tahun 2023: untuk SNBP, komponen nilai rerata rapor mencakup seluruh mata pelajaran semester 1-5 di SMA/sederajat. Bobot komponen ini minimal 50 persen.

4. Jalur Test

Tahun 2022 dan sebelumnya:  untuk SMBPTN, kelompok Ujian Sains dan Teknologi (Saintek)  materi ujian: TPS Bahasa Inggris, dan TKA Saintek (Matematika, Fisika, Kimia,   dan Biologi).  Alokasi 195 menit.  Kelompok Ujian Sosial dan Humaniora (Soshum) materi ujian: TPS Bahasa Inggris, dan TKA Soshum (Geografi, Sejarah,  Sosiologi, dan Ekonomi). Alokasi 195 menit.   Kelompok Ujian Campuran (Saintek dan Soshum) materi ujian: TPS Bahasa Inggris, TKA Saintek, dan TKA Soshum.  Alokasi 285   menit.      

Tahun 2023:  untuk SNBT Peserta akan mengerjakan soal berupa Tes Potensi Skolastik  (TPS), Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta Penalaran Matematika. Alokasi waktu yang  diberikan untuk mengerjakan UTBK 2023   adalah 195 menit

Tetapi, mengenai tahapan langkah-langkahnya dan meknismenya saya rasa tidak ada perbedaan signifikan antara SNPMB 2022 dan SNPMB 2023. Sebagai perbandingan, di tahun 2022, tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

Penetapan siswa eligible oleh pihak masing-masing sekolah. Siswa eligible adalah siswa yang disaring dari setiap kelas XII yang ada di tahun berjalan, yang memenuhi syarat nilai rerata rapor dengan ambang batas yang sudah ditentukan, yang mana nilai tersebut akan diambil dari rapor semester 1 sampai dengan 5, dengan grafik naik atau konsisten dari semester ke semester berikutnya. Peringkat kelas tidak akan berpengaruh, yang dilihat adalah kekonsistenan nilai rapor dari ke-6 mata pelajaran yang disyaratkan dari masing-masing jurusan (jurusan MIPA untuk Saintek, jurusan IPS untuk soshum).

Setelah pengumuman siswa eligible resmi dikeluarkan pihak sekolah, beranjak ke tahapan pembuatan akun siswa di laman LTMPT. Kemudian pendaftaran melalui laman LTMPT, untuk jalur SNMPTN alias jalur rapor atau disebut juga jalur undangan, akan dibuka dan diumumkaan terlebih dahulu.  Bagi yang lolos di jalur ini, tidak akan bisa lagi ikut daftar di jalur SBMPTN, dan tidak bisa mengundurkan diri. Kalau sejak awal tidak ingin dan tidak yakin untuk menempuh jalur ini meskipun terjaring sebagai siswa eligible, lebih baik tidak usah melaju di jalur ini, Ketika lolos, tetapi kemudian dilepas, dengan alasan apa pun kecuali sakit atau meninggal, akan mengakibatkan diblack listnya pihak sekolah asal, dalam arti, adik-adik kelas selanjutnya yang akan mendaftar di PTN yang sama, akan mengalami kesulitan untuk bisa diterima di PTN tersebut.

Setelah jalur SNMPTN selesai, baru dibuka pendaftaran untuk jalur SBMPTN, mengikuti tes, pengumuman, dan yang terakhir tes jalur mandiri di mana tes tesebut diselenggarakn oleh masing-masing PTN yang bersangkutan.

Menanti pengumuman siswa eligible adalah masa-masa yang penuh dengan harap-harap cemas. Meskipun peringkat kelas putra saya selalu berada di posisi 5 besar dari semester 1 sampai dengan semester 5, saya tetap khawatir dengan syarat nilai yang harus konsisten bahkan sebaiknya harus dengan grafik naik dari tiap semester ke semester berikutnya, setidaknya grafik mendatar, tetapi jangan sampai ada penurunan nilai di semester selanjutnya. Ada juga informasi tambahan dari pihak sekolah, bahwa passing grade nilai rerata rapor untuk melaju di jalur SNMPTN, adalah 86. Apakah putra saya mencapai nilai tersebut? Berdua putra saya,kami lalu membuat tabel kalkulasi untuk melihat grafik nilai dari semester 1 sampai semester 5, untuk mapel Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi dan Sosiologi (anak saya dari jurusan IPS).

Tujuan kami membuat tabel kalkulasi ini adalah untuk bisa melihat nilai rerata yang dicapai putra saya berada di angka berapa, dan apakah grafiknya naik, turun, atau mendatar. Dari situ kami ingin membuat pemetaan sementara, seberapa besar peluang terjaring atau tidaknya putra saya sebagai siswa eligible di kelasnya. Ternyata nilai rerata putra saya ada di angka 87, dengan grafik nilai yang naik. Untuk sementara, setidaknya kami bisa bernafas lega, peluang putra untuk lolos sebagai siswa eligible cukup besar. Dan ketika hari yang kami nantikan tiba, daftar siswa eligible di setiap kelas sudah diumumkan,  Alhamdulillah, nama putra saya ada di antaranya. Dari total 40 siswa di kelasnya, sebanyak 13 orang berhasil terjaring untuk melaju di jalur undangan aau SNMPTN tersebut.

Sementara untuk total siswa secara keseluruhan dari seluruh kelas yang ada, terjaring sebanyak 156 siswa, sebanyak 84 siswa berasal dari kelas jurusan IPS, sebanyak 72 siswa dari jurusan MIPA. Dengan status akreditasi sekolah A, total persentase kuota siswa yang berhak melaju di jalur SNMPTN dari SMA-nya putra adalah sebanyak 40%. Sementara,dilihat di laman LPMPT, untuk daftar sekolah SMA TOP 1000 di Indonesia, pada tahun 2021/2022 peringkat sekolah SMA-nya putra saya, berada di posisi atau di urutan 500-an, tepatnya saya lupa. Sekilas peringkat 500 tampak tak berarti apa-apa, tetapi ingat, masuk di daftar TOP 1000, sudah menjadi tolok ukur bahwa SMA tersebut termasuk SMA yang berkualitas bagus yang telah berhasil mengantarkan siswa-siswinya diterima di  PTN dengan jumlah yang cukup banyak. Mengingat, jumlah keseluruhan SMA dan SMK se-Indonesia baik negeri maupun swasta, terdata mencapai jumlah 27.943.

Dengan kondisi di atas, sudah merupakan modal yang cukup untuk bisa percaya diri maju di jalur SNMPTN, tinggal menggodok pilihan PTN yang akan dituju, menakar nilai dan syarat-syarat lain untuk membaca peluang, berjuang mempersiapkan kesiapan berkas-berkas yang dibutuhkan, menanti pendaftaran dibuka, dan tentu saja berdo’a.

Tibalah saatnya menetapkan pilihan PTN yang menjadi incaran, Dan ini adalah saat-saat yang paling berat dan paling membuat galau serta pusing tujuh keliling.Siapa sih yang tidak ingin mendaftar dan diterima di PTN top 10-nya Indonesia, yaitu UGM, UI, ITB, UNAIR, IPB, ITS, UNPAD, UNDIP, UNBRAW, UNHAS? Tetapi dengan pertimbangan nilai rerata rapor yang pas-pasan, jurusan yang diinginkan harus sesuai dengan minat dan kebutuhan si calon mahasiswa, lokasi PTN yang juga tidak ingin yang jauh-jauh dari rumah, dan yang terakhir, pertimbangan jumlah persebaran alumni SMA di PTN yang diincar tersebut, rasa-rasanya untuk memaksakan mendaftar di salah satu PTN yang tersebut di atas (kecuali ITB, ITS, IPB, karena jurusan putra saya dari IPS, sudah tidak bisa juga untuk mendaftar ke ketiga PTN tersebut), peluang lolos dan diterima sangat kecil, sangatlah sulit.

Terlebih ketika jurusan yang diminati putra saya adalah jurusan Bisnis Digital, di mana jurusan ini belum ada di setiap PTN.  Setahu saya, waktu itu baru ada di UNPAD, UNJ, dan UNESA, dan UPI. Kuota SNMPTN yang dikeluarkan setiap PTN untuk jurusan Bisnis Digital ini juga sangat sedikit. Perbandingan daya tampung dan peminat yang ada sangat tidak sebanding, yang mengakibatkan tingat persaingannya menjadi sangat tinggi.  UNJ hanya memberikan kuota sebanyak 36 orang, UNPAD 16 orang, terbanyak di UNESA sebanyak 50 orang.

Beberapa kali putra saya menghadap guru BK di sekolah, konsul masalah pemilihan prodi dan PTN, beberapa kali selalu muncul pilihan UNJ pilihan prodi Bisnis Digital, UPN Veteran Jakarta pilihan prodi Ekonomi Pembangunan, dan UIN Jakarta pilihan prodi Ilmu Ekonomi, selain persebaran alumni di ketiga PTN tersebut cukup banyak, ditambah dengan lokasi yang dekat dengan rumah, juga persaingan yang tidak terlalu ketat, dalam pikiran kami waktu itu. Ternyata di luar dugaan, lepas dari posisi peringkat nasional ketiga PTN tersebut, tidak termasuk 10 besar bahkan 20 besar pun tidak, peminat dan pendaftarnya tetap saja sangat banyak, salah satunya mungkin karena posisi yang diuntungkan berada di DKI Jakarta. Untuk masuk UPN Veteran Jakarta pun putra saya ketar-ketir karena ketika cek dan ricek ke sana  kemarii, ke sesama temannya, yang juga memilih prodi yang sama, putra saya nilainya kalah tinggi dibanding temannya tersebut, bisa saja putra saya tersingkir oleh temannya sendiri. Memilih UNJ dan UIN Jakarta pun sama beratnya.

Belum selesai kegalauan karena dihadapkan pada sulitnya membuat pilihan PTN berikut prodinya, ditambah pula dengan lokasi asal sekolah yang ternyata berpengaruh pada saat ingin memilih dua pilihan PTN. Asal sekolah putra saya, dari Provinsi Banten, di mana, ketika memilih PTN yang terdiri dari pilihan kesatu dan pilihan kedua, salah satunya PTN tersebut harus berada di provinsi yang sama, dalam hal Provinsi Banten, PTN yang ada hanyalah UNTIRTA (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa), tidak ada pilihan yang lain. Alhasil, putra saya tdak akan mendaftar dengan dua pilihan, karena kalau pilihan kesatu tidak berhasil, bukan tidak mungkin diterima di pilihan kedua, yaitu UNTIRTA, padahal UNTIRTA tidak termasuk dalam radar incaran putra saya.

Ditambah pula ada kisi-kisi dari Guru BK, menurutnya sepanjang beliau mengawal dan mendampingi anak-anak didiknya mendaftar di jalur SNMPTN, sepanjang itu pula tidak dan belum pernah ada yang lolos diterima di PTN pilihan kedua. Jadi kata beliau, fokus saja ke pilihan pertama, tidak perlu ada pilihan kedua. Ada juga tambahan informasi bahwa, rata-rata, PTN di masing-masing provinsi, juga akan memprioritaskan penerimaan siswa-siswi dari daerahnya masing-masing. Sebagai contoh, putra saya dari Provinsi Banten, lalu mendafar di UNPAD Jawa Barat, ketika ada lagi siswa yang mempunyai nilai yang sama atau di bawah nilai putra saya, memilih prodi yang sama, tetapi berasal dari sekolah SMA di Jawa Barat, bukan tidak mungkin, yang akan dipilih adalah siswa dari SMA yang berasal dari jawa Barat tersebut.

Akhirnya kami menunggu sampai saat-saat terakhir pendaftaran akan ditutup, meskipun kami tetap berprinsip jangan sampai di hari H atau H-1 penutupan pendaftaran, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan atau di luar dugaan, seperti system error, sakit, dan sebaginya. Menunda sampai last minutes, dalam batas masih mempunyai cadangan waktu yang cukup tetapi juga menjadi punya waktu yang lebih panjang untuk mematangkan dan mempertimbangkan pilihan secara masak-masak dan dengan keputusan yang bulat.

Hari di mana putra saya harus memutuskan pilihan sudah tiba, masanya menunda untuk mendaftar sudah berakhir, kira-kira dua hari sebelum pendaftaran ditutup, putra saya melakukan pendaftaran dengan pilihan PTN yang berada di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, dengan pilihan Prodi Bisnis Digital.

Dan ketika hari pengumuman tiba, saya kebetulan sedang cuti dari kantor, karena di hari yang bersamaan saya juga harus melakukan vaksin ketiga (booster). Jadi saya bisa secara bersama-sama dengan putra saya, membuka pengumuman tersebut, dan Masyaallah,Alhamdulilaah, ketika tombol lihat hasil ditekan, ada ucapan Selamat bahwa putra saya diterma di PTN yang dipilih tersebut.

Tak terhingga rasa syukur kami, dan segera saja saya mengirim pesan WA kepada Guru BK di sekolah dan Guru Wali Kelasnya putra saya, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka, sekaligus berbagi kebahagiaan saya itu. Meskipun pada akhirnya kampus yang kami pilih berada di luar kota di luar luar provinsi, tetapi kami cukup puas bahwa jurusan yang dipilih sudah sesuai dengan minat dan keinginan,  bahagia bahwa sudah diterima di kampus negeri, bersyukur, bisa melaju di jalur SNPMTN yang tidak mengharuskan melalu tes, tanpa ada biaya pendaftaran, dan bisa mendaftar lebih awal yang tentunya bisa mendapatkan pengumumannya pun jauh lebih awal pula dibandingkan dengan maju di jalur SBMPTN atau jalur mandiri.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun