Mohon tunggu...
Nengsih Sakeru
Nengsih Sakeru Mohon Tunggu... mahasiswastte medan

hobby: Bolavoly, Menari kepribadian saya: Ceria

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tetaplah Jadi Diri Sendiri, Walau Tak Ada yang Mengapresiasi

26 Juli 2025   09:10 Diperbarui: 26 Juli 2025   09:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang serba cepat ini, di mana validasi sering datang dari jumlah "like" dan pujian publik, tetap menjadi diri sendiri tanpa pengakuan bisa terasa berat. Kita hidup di zaman di mana pencapaian dinilai dari sorotan, bukan proses. 

Namun, di tengah hingar-bingar tersebut, ada nilai yang sangat dalam dan berharga dalam tetap setia pada jati diri, bahkan ketika tak ada satu pun yang mengapresiasi.

Menjadi diri sendiri berarti menerima siapa kita sebenarnya: kelebihan, kekurangan, mimpi, dan luka. Namun, realitasnya, banyak orang merasa perlu menyesuaikan diri dengan ekspektasi lingkungan agar diterima.

 Kita sering menyembunyikan sisi jujur diri demi dianggap "cukup" oleh orang lain. Tapi apakah hidup hanya soal terlihat hebat di mata orang lain?

Apresiasi memang penting, tapi tidak boleh menjadi alasan utama untuk bertumbuh. Jika kita hanya berkarya atau hidup agar dilihat orang lain, maka semangat itu akan mudah luntur saat tidak ada tepuk tangan.

Akan ada saat-saat di mana kerja keras kita tidak dipuji, niat baik disalahpahami, bahkan ketulusan diremehkan. Tapi justru di momen itulah integritas diuji: apakah kita bisa tetap berjalan dalam keaslian atau tergoda untuk berubah demi pengakuan.

Ketika kita tetap menjadi diri sendiri, kita sedang membangun kehidupan dengan pondasi yang kuat bukan citra palsu. Orang lain bisa saja tidak melihat perjuanganmu, tetapi dirimu tahu nilai setiap langkah yang kamu ambil. 

Bahkan dalam kesendirian dan sunyi, pertumbuhan tetap terjadi. Seperti akar pohon yang terus menghujam ke dalam tanah dalam diam, tapi justru menjadi penopang yang kuat saat badai datang.

Tidak semua hal yang berharga harus disorot. 

Seorang guru yang membimbing murid-muridnya dengan sabar, seorang ibu yang membesarkan anak tanpa pamrih, seorang penulis yang terus menulis meski belum dibaca siapa-siapa mereka adalah contoh nyata bahwa hidup tak harus mendapat tepuk tangan untuk jadi berarti.

Apresiasi diri menjadi kunci utama. Hargailah prosesmu, perjuanganmu, dan keberanianmu untuk tidak menjadi tiruan dari orang lain. Kamu tidak diciptakan untuk menjadi versi kedua dari siapa pun.

Dunia mungkin belum mengenal potensimu, tapi itu tidak membuatmu kurang berharga. Kadang, sinar tidak langsung terlihat, tapi tetap memiliki kekuatan untuk menerangi.

Akhirnya, menjadi diri sendiri adalah pilihan yang bijak dan berani. Jangan menyerah hanya karena belum ada yang melihat atau memuji. 

Tetaplah berkarya, berbuat baik, dan bertumbuh karena nilai hidupmu tidak ditentukan oleh penonton, tetapi oleh kesetiaanmu pada kebenaran dalam dirimu

Jadilah versi terbaik dari dirimu, bahkan ketika dunia memilih untuk diam. Sebab dalam diam itulah, Tuhan tetap melihat, dan prosesmu sedang menyiapkanmu untuk hal besar yang belum terlihat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun